Tak Beberapa Lama Enjel Memasukkan Dua Jarinya Kekemaluannya


Malam itu Andi mengerjakan tugas yg menumpuk dari kantor di kosannya. “sial dasar PNS malas, lagi-lagi junior seperti saya harus mengerjakan tugas-tugas mereka dgn embel2 harus belajar lebih giat” umpat Andi dalam hati. terbesit kejadian yg Andi lakukan bersama Tisca tiba-tiba kepala Andi terasa pusing berat. handpone Andi bergetar, segera ia melihat ada sms masuk. ternyata itu sms dari Tisca yg mengucapkan terimakasih sudah mau mendengarkan curhatan dia. Andi masih terbayg-bayg kejadian tadi “sial kenapa sih tak aku lanjutkan saja permainan tadi” nampaknya Andi menyesal.

Pusing dikepala Andi sungguh menyiksa, kalau sudah begini apa daya pekerjaan kantor yg menumpuk tak jadi dikerjakan. akhirnya Andi memutuskan untuk istirhat sejenak.Sudah beberapa hari Andi hanya menghubungi Tisca melalui sms atau telpon. Andi benar-benar malu dan merasa bersalah dgn Tisca. hari ini seperti biasa tugas Andi datang di pertemuan bos-bos besar. Pertemuan itu banyak sekali orang. wanitanya cantik-cantik, berkulit putih dan mulus.

Andi memang memiliki jabatan yg strategis, kedekatanya dgn pengusaha-pengusaha membawa dia menjadi salah satu orang kepercayaan mereka. Andi selalu membantu mereka dalam mengurus surat perizinan. entah untuk periklanan, pajak, dll. sebenarnya kerja PNS hanyag ongkang kaki saja di kantor, kalo tak ada duit kaki mereka”PNS” males jalan.

sedangkan surat perijinan secepatnya harus mereka”pengusaha” dapatkan untuk tujuan promo atau kelancaran usaha mereka. inilah bobroknya PNS senior, makan duit rakyat kerjanya. jika memakai jalur biasa, yah surat mereka hanya jadi tumpukan paling akhir. itu aja mungkin alasan telat, bos lagi sibuk,keluar daerah, padahal dokumen mereka”PNS” timbun. ujung-ujungnya di peraturan negara surat keluar 2 minggu ini bisa berbulan-bulan.

Andi selalu saja dikenalkan dgn kerabat mereka”pengusaha”. sangat jarang orang indo alias pribumi di jodohin dgn salah satu keluarga mereka”pengusaha” loh. karena mereka”pengusaha” sangat menjaga garis keturunan terlebih generasi nenek moyg. hanya pasti mereka”pengusaha” mendapat keuntungan lebih bukan jika memiliki menantu seperti Andi.

pertemuan pengusaha ini tertutup, sepertinya hanya sedikit keturunan pribumi yg hadir. mereka”pengusaha” mengobrol dgn bahasa ingris, china dll. sedikit-sedikit Andi tau obrolan mereka secara pasif karena walaupun Andi berkerja waktu luangnya dipakai untuk les bahasa asing guna menunjang pergaulanya yg ini nih. dari keramaian datang seorang pengusaha membawa seseorang wanita yg cantik bersamanya. Andi yg sedang menikmati minuman di panggilnya.

“Andi…Andi….sini” panggil ko Sendo.
Andi langsung saja berjabat tangan dgn ko Sendo. dan segera berjabat tangan dgn wanita disebelahnya.

“Andi…” sapa Andi,”Enjel…” sapa Enjel.
melihat penampilannya ci Enjel. ternyata dia masih sangat muda, mungkin kisaran umur 23an lah, taksir Andi.
“Enjel ini habis di putusin pacarnya” Sendo menambahkan.
“Sendo ah biasa aja, malu tau masa baru kenal tau2 bilangnya kaya gitu” Enjel membalas sambil mencubit Sendo.

sebenarnya usia mereka tak jauh berbeda. Sendo merupakan penerus usaha ayahnya dibidang garment dan dia selalu mengurus surat perijinan untuk jualan ataupun promosi ke Andi. karena mereka masih muda, obrolan mereka lanjut tak seperti obrolan dgn pengusaha yg sudah berkeluarga obrolan mereka lebih banyak ke usaha dan keluarga, hanya sedikit basa-basi.
“Andi ayo lah karoke bareng-bareng” ajak Sendo.
“ah lo mah karoke minta atas sama bawah” jawab Andi.
“sial kok ngomonginya di depan Enjel, ketauan belang gw dah” jawab Sendo.
“jadi selama ini belum berubah yah masih nakal kya dulu” timpa Enjel.
“hahaha aq tau kok Andi, lo gx suka wanita sembarangankan? nih ajakin Enjel aja” tawar Sendo.
“lah, kok ajakin aku. nanti aku juga di suruh karoke atas bawah juga dong sama Andi” jawab Enjel.
“hahahahah mereka tertawa bersama”

Enjel sebenarnya lebih cocok untuk Sendo. Enjel berbadan putih, mulus, tinggi, cantik terawat. namun satu kekurangnya Enjel. dadanya rata. entah itu BH di sumpel apa biar minidres yg dia pakai muat.

Andi yg sudah faham banget bentuk serta ukuran merasa kurang tertarik. mungkin kalo homo bercinta dgn Enjel merasa aman dan nyaman tak ada masalah ataupun konflik batin dah. karena bentuk badanya sama dgn lelaki langsing ketimbang dgn wanita. Andi berfikir positif ,
“mungkin emang keturunan juga kali atau masih masa pertumbuhan”.
tiba-tiba Sendo di panggil orang lain.

“yah sial ikut obralan orang tua lagi nih” umpat Sendo kepada Enjel dan Andi.
“hahahaha sukurin, udh sana pergi nanti dibilang durhaka” jawab Andi.
“eh iya yg ada gw bisa bangkrut juga nih kalo gx ikut, titip Enjel sebentar doang yah” jawab Sendo.
“lama juga gpp kok, nanti tak bawa pulang” jawab Andi.
tawa Sendo terlepas seraya pergi meninggalkan mereka berdua.
“eh anggel sebenarnya Sendo itu siapa kamu?, maaf yah tiba2 nanya begitu” tanya Andi.
“ohhh ko Sendo tuh masih sepupu” jawab Enjel.
“kalo sepupu bisa dong menikah?” tanya Andi.
“enggak, orang tua kita ngelarang. karena ko Sendo pengen banget adik wanita yah dia selalu ngajakin aku” jawab Enjel.
“oh gitu, sayg banget yah” timpa Andi.
“hahaha enggaklah, kalo udh jadian sama ko Sendo mah nanti Enjel gx boleh turun dari kasur” jawab Enjel.
“hahaha ngaco kamu, gx Sendo gx adiknya sama ngaco” jawab Andi dgn becanda.
“ia lah kakaknya yg ngajarin, sebagai adik yg baik harus mengikuti” kata anggel.
“hahahah jadi kalo ko Sendo yg lagi karaoke Enjel juga mau?” tanya Andi.
“sial, emang beneran ko Sendo hobynya masih kya gitu?” tanya Enjel.
“tanya aja sendiri” timpa Andi seraya pergi mengambil minuman.
“ahhhhhhhhhhh” suara rengek Enjel.

Enjel mengikuti Andi. ia terus berada di dekat Andi. padahal tamu-tamu di situ banyak wanita berpakaian sexy jauh lebih sexy daripada Enjel. mungkin karena Enjel mudah di ajak bicara dan seumuran Andi merasa nyaman. kalau wanita yg lain palingan seperti biasa jadi pajangan bos-bos doang.

Andi memperhatikan pakaian Enjel. minidres dgn tubuh setinggi Enjel membuatnya terlihat janggal. paha Enjel yg mulus terus terpampang menggoda setiap setiap mata untuk melihat isi dalemannya. menggoda setiap tangan untuk mengelusnya dgn lembut. pikiran Andi yg ngeres menjadikan dia pusing dan berat. matanya terpejam beberapa detik.

“sepertinya ini harus cepat dikeluarkan” pikir Andi. tiba-tiba tangan Enjel menyentuk lengan Andi, sedikit menahanya agar Andi tak hilang keseimbangan.

sikut Andi tepat di tengah dadanya. Andi kaget, yg mengagetkan biasanya jika tangan Andi berada diposisi ini ia bisa merasakan kehangatan. ini berbeda, rasanya kosong. Andi ingin sekali tertawa, namun tak enak dgn usaha Enjel. Enjel segera memanggil Sendo. dgn cepat Sendo datang dan menanyakan keadaan Andi. Andi hanya butuh istirahat, mungkin karena tidur larut malam Andi kurang sehat.

Dgn inisiatif, Sendo memanggil taksi dan menyuruh Enjel menemaninya. Enjel bingung harus bawa kemana Andi. Andi meminta untuk istirahat sejenak. sebelum pergi ia bertemu dgn si punya pertemuan, si pemilik menawarkan ruangan untuk istirahat namun Andi menolak karena lebih nyaman untuk pulang.

Sendo masih melanjutkan pertemuan, karena menurutnya Enjel saja yg mengantarnya sudah cukup terlebih dia di temani supir pasti beres. kebetulan mobil Enjel sudah ada di depan gedung, Andi dan Enjel menaikin mobil itu meninggalkan gedung. taksi yg dipesanpun tak jadi. sesampainya di mobil, Andi bertambah sakit. mukanya kini pucat, badanya lemas.

Enjel yg duduk berdua di bangku tengah, merasa iba dan menyuruh Sendo untuk tidur di atas pahanya. tangan Enjel menyentuh wajah Sendo yg pucat, menariknya untuk tidur di atas pahanya. minidress Enjel pakai untuk berdiri saja hampir memperlihatkan isi dalemanya ini Enjel duduk, kebayg paha Enjel sudah naik hingga kemana-mana. Andi yg melihat paha Enjel menjadi lemas, bukan lemas karena sakit lemas karena pikiran.

“jika tak keluar nih bakalan gawat”wajah Andi menyentuh paha Enjel. “terasa hangat dan nafasnya sedikit panas” pikir Enjel. Enjel bilang ke supir agar mampir saja rumahnya karena ia rasa tempat itu yg paling dekat.

Andi merasakan halus dan wangi paha Enjel. putih mulus, tak ada satupun bulu yg menempel. wangi ini membuat Andi semakin tenggelam, karena sudah beberapa kali hasratnya hanya di pendam. Andipun tertidur diperjalanan. tiba-tiba Andi terbangun, merasakan selimut hangat namun udara dingin sekali. Andi melihat sekeliling ruangan, dgn tembok bercat pink rose dan interior yg dominan putih. selagi mengumpulkan nyawa yg masih hilang ia melihat segelas air diatas meja, Andi mengambil lalu meminumnya dgn cepat, menenggaknya hingga tak setetespun tersisa.

sakit kepalanya kini sudah hilang, namun rasanya masih melayg. Andi mencoba memperhatikan kamar ini. mungkin pemiliknya wanita. dari jendela ia bisa melihat jalan utama menuju rumah dgn pos satpam di samping gerbang. Andi masih melihat diatas meja kecil terdapat foto Enjel bersama dgn wanita. bukan keturunan china lebih mirip orang jawa barat. jika dilihat sekilas mereka seperti kakak adik.

Andi mendengar suara air dari salah satu pintu di kamar itu. suara gemericik membuat Andi penasaran, mungkin dia (yg di foto bersama Enjel) pemilik kamar ini atau jangan-jangan ini memang kamar Enjel. Andi melihat sekeliling, terdapat selembar kain, sepertinya pakaian ini mirip yg dipakai Enjel. Andi masil lemas enggan untuk berjalan melihatnya lebih dekat.

“crek” suara pintu terbuka. Andi berpura-pura untuk tidur. ternyata benar, Enjel pemilik kamar ini. dgn rambut basah dan tubuh terlilit handuk, Enjel keluar dari kamar mandi.

Tubuhnya yg putih mulus sangat kontras dgn handuk gelap miliknya. Enjel berjalan ke depan lemari, dibukanya pintu lemari sembari memilih pakaian.

sepertinya ia kali ini memilih sebuah miniset tanpa tali. bentuknya unik seperti bandana berwarna hitam menutupi kedua dadanya datar. Andi sepertinya ketahuan terlihat Enjel melihat dari arah cermin, Andi sedang memperhatikan. agar Andi merasa tak bersalah Enjelpun melanjutkan aktifitasnya memakai baju. Andi yg sudah panas dingin melihat Enjel di depan kasur merasa hawa panas menjalar di tubuhnya. bukan karena sakit ini perasaan yg lain.

Enjel menutup tubuhnya dgn tantop berwarna biru laut. dgn memakai celana pendek, sepertinya Enjel memilih untuk tak memakai CD. karena dari tadi Andi memperhatikan tak satupun CD yg ia bawa, hanya celana pendek itu saja.

ukuranya terlalu pendek untuk menutupi bongkahan pantatnya yg sedikit besar. kakinya tetap jenjang, pahanya lurus mulus membuat siapapun yg melihatnya meneteskan ludah. Andi sudah terlalu panas melihat seluruh tubuh Enjel, namun Andi tak dapat mendekatinya. seperti ada sebuah rantai yg mengikatnya untuk tetap tidur disini dan hanya terus memperhatikan kali ini Andi hanya bisa memperhatikan sembari menahan hawa panas yg membuat AC ruangan ini seperti tak berkerja.

Enjel mengambil karet dan mengikat rambutnya keatas agar tak membasahi tanktop yg ia pakai. kali ini,Andi benar2 menelan ludah, lehernya yg jenjang membuka rantainya untuk bergerak. ia bergerak sedikit menggeser tubuhnya agar berada di pinggi ranjang.

“oh udah bangun kak” tanya akrab Enjel.
“eh udah kok dek” jawab Andi reflek.
“udah sehatan belum? kalo belum sehat mending istirahat aja” Enjel segera berjalan menjuju ke Andi.
“udah kok, udah sehat nih mau mencoba jalan sendiri” jawab Andi.

Enjel bak model, melangkah di depan Andi sambil memperlihatkan bentuk tubuhnya yg hampir sempurna. celana Enjel membuat gemes Andi. dari bahanya yg rabun terlihat sedikit lekukan kemaluan Enjel. kali ini Enjel benar-benar membius Andi. matanya tak henti memperhatikan Enjel.

“kak kok malah bengong ngeliatin Enjel?” tanya Enjel.
“eh iya kamu cantik” jawab Andi terlalu jujur.
“ah basi, kalo kakak tau aku belok gimana?” tanya Enjel.
“hah? serius kamu belok” jawab Andi.
“jadi foto itu” Andi melanjutkan.
“iya kak itu mantan” potong Enjel.
“oh iya, iya pantesan kamu biasa aja sama lelaki yah” kata Andi.
mereka berdua terdiam sejenak. sambil memperhatikan masing-masing
“kata kakak(Sendo) aq harus sembuh kak” Enjelpun memulai pembicaraan.
“hahahahh iya tuh harus semubuh tuh, emang Enjel tipe apa? butchy atau femme?” tanya Andi.
“ihhhh kak malah nanya serius, aq sebenernya andro butchy” jawab Enjel.
“hah? apaan lagi tuh?” tanya Andi.
“penampilanku sebenernya seperti lelaki hanya sifatnya masih perempuan.

Dulu saat masih pacaran dgn dia(menujuk di foto) aq selalu memakai jins dan tanktop aja, rambut gx sampe di cepak hanya di potong pendek. jadi sekarang rada feminim di paksa kakak(Sendo), sampe di beliin baju,dres,sepatu tiap bulan pokoknya semua tentang perempuan. akhirnya daripada gx dipakai sayg yg merubah sedikit penampilan” cerita Enjel.
“emang kenapa kok bisa sih kenal kya gitu?” tanya Andi penasaran sambil berusaha mendekatkan diri ke Enjel yg akhirnya bercerita sambil duduk di tepi ranjang.
“waktu itu Enjel bersekolah di sebuah SMP. saat itu Enjel masuk sekolah khusus wanita dan hanya ada guru laki-laki, itupun Enjel mempertanyakan kelakiannya(Enjel sedikiti tersenyum). akhirnya Enjel berkenalan dgn kakak kelas. ternyata rata-rata siswa di sana diharuskan untuk masuk asrama juga agar lebih fokus belajar. orang tua tak keberatan demi masa depan anaknya. semenjak itu aku tak pernah berkenalan dgn laki-laki” Enjelpun terdiam.
“Enjel” bisik Andi.

Andi yg sedari tadi berusaha mendekat diri ke tempat duduk Enjel, ternyata kini sudah tepat di sampingnya. Enjel hanya sedikit menoleh. matanya teringat masa lalu, entah sebuah kesalahan atau takdir.
“Enjel” bisik Andi lagi.

Enjel masih terdiam. teringak pertama kali,ia dan kakak kelasnya(wanita) berkenalan. kakak kelasnya selalu bermain ke kamar asramanya walaupun beda gedung. untuk pertama kalinya Enjel merasa memiliki kakak yg sayg dgn dia. beberapa bulan dekat Enjel sudah di peringatkan bahwa kakak kelasnya memang belok. namun Enjel tetap tak percaya. akhirnya kakak kelasnya menyatakan cinta kepada Enjel. waktu itu Enjel masih SMP, mungkin cinta pertamanya salah tempat,waktu dan keadaan. ia tak sempat berkenalan dgn lelaki. ya pertama kalinya Enjel tidur berdua dgn mahkluk sejenisnya. dalam hati Enjel masih ragu.

ia ingat saat itu Enjel berdiri di pinggir ranjang dan kakak kelasnya berada di sampingnya. berbisik kata cinta dan selalu memujinya ganteng daripada cantik. tubuhnya lebih mirip seorang lelaki daripada wanita.

Andipun kini memujinya cantik walau dalam hati Enjel masih ingin dibilang ganteng. kakak kelasnya mulai menyentuh bibirnya dgn tangan. begitula Andi yg sudah menyentuh pipinya dan menuju ke bibir. kakak kelasnya berusaha meraih bibir Enjel dgn cara sedikit membelokkan dagu Enjel dgn tangannya. begitu pula dgn yg Andi lakukan saat ini.

kini Enjel merasa nafasnya mulai tak teratur, jantungnya berdetup kencang. mata Enjel menatap Andi kosong, baygan masa lalunya sibuk mencari-cari berkas kenangan lama untuk disatukan kembali.
sesaat Enjel tersadar. ia menarik mencoba memalingkan wajahnya. kini Andi berhadapan dgn lehernya. kesempatan ini tak terbuang sia-sia. Andi segera mencium belakang lehernya Enjel yg ditumbui bulu-bulu halus seperti rambut kecil. saat lidahnya yg basah menyentuh leher Enjel. semua bulu itu sontak bereaksi seraya mendapatkan sinyal dari syaraf kulit.

“ssshhhhh……”desah Enjel membuat ia mengingat kakak kelasnya melakukan hal yg sama. tangan Andi tak tinggal diam.

ia mencoba meraih tangan Enjel yg hanya berpegangan di tepian ranjang. disentuhnya lalu di gengamnya. tagan kiri Andi tak tinggal diam. ia mencoba memasukkan tanganya dari bawah tangtop Enjel. Andi merasakan perut Enjel sudah panas sedikit berkeringat. tangan kirinya terus menjalar keatas. rupanya tangan kiri Enjel berusaha untuk menghentikan langkah tangan kiri Andi.

Andipun tak habis akal. ia berusaha membasahi bibirnya dgn lidahnya lalu mencium leher belakang Enjel. sengaja ia membasahi sedikit agar saat Andi sedot lalu ia tarik akan menimbulkan bunyi “POP….”. dgn melakukan aksi ini tangan kiri Enjel yg menahan tiba-tiba melemas. kini tangan kiri Enjel mencoba mencari tangan kiri Andi untuk segera mengarahkan ke dadanya.
Andi merasa kecewa. ia merasa seperti anak kecil bermain kelereng. tanganya mendapatkan gundukan pasir yg diatasnya ada sebiji kelereng besar tak lebih dari itu. namun sentuhan Andi membawa kepada Enjel sebuah ombak lautan yg besar. Andipun penasaran. akhirnya tangan kanan Andi berpindah, mengarah kebagian pusar Enjel.

ternyata Andi mendapatkan suatu kejutan. pusar Enjel memiliki tindikan, jari Andi bisa merasakan benda logam dingin diantara panasnya kulit yg basah. kali ini Andi sedikit tersenyum. tangan kiri Andi terus saja mencoba untuk memindahkan biji kelereng. karena ia menyusup kedalam miniset yg ketat, Andi merasa tanganya sedikit terhambat. Enjel menyadarinya, tanyg kanan Enjel mencoba untuk menaikkan pelindung dadanya itu. tak kuasa menahan bendungan ini. Enjel sendiri langsung ikut bermain dgn kelereng yg nganggur.

“aachhhhh…..” lirih Enjel ketika menyentuh memakai tanganya sendiri.

tetapi rintihan itu bukan dari ulah tanganya sendiri. tangan Andi ternyata sudah mencari kacang dedekat goa. Andi tekan, lalu gesekkan lagi. terkadang Andi pencet kedalam agar kacang tersebut tertimbun dalam tanah.
terasa kacang itu tumbuh sangat rapih, tak ada serabut akar yg tak terawat tumbuh disekitarnya. setiap Andi menyentuh hingga pangkalnya. goa itu mengalirirkan air yg cukup membuat tangan Andi licin. jari manis dan kelingkin Andi mencoba untuk menyibak mulut goa.saygnya masih terlindungi oleh celana yg sudah basah. jari tengahnya mencoba untuk menggali lebih dalam. kali ini hanya sebatas kuku jari.

“ahhhhhh………. Enjel” ternyata tangan kiri Enjel meyentuh gelembung celana Andi.

tangan kiri Enjel sekarang sudah menyelinap masuk kedalam celana Andi. tak peduli betapa sempitnya dilam sana, Enjel berusaha untuk masuk. telapak tanganya terkunci oleh sempitnya celana hasilnya hanya jari Enjel yg masuk, namun tak perlu usaha lebih untuk menyentuhnya Enjel bisa merasakan kepala yg berusaha keluar dari sangkarnya.

“aw….sakit” jerit Andi.

ternyata Enjel sama sekali tak paham. kuku Enjel tanpa sengaja menyentuh lubang kemaluan Andi. dgn cepat Andi menarik tangan kananya dari permainan menambang tadi. seketika itu pula ia menari tangan kirinya dari permainan kelereng. segera ia memastikan, si otong tak kenapa-kenapa. Enjel yg dalam keadaan terhipnotis, mencoba mengembalikan kesadaranya. ia melihat Andi berdiri dihadapannya seraya memperhatikan mukanya panik. Enjel hanya melihat tangan kirinya, ia lupa kukunya sedang panjang. dgn cepat Andi membuka resleting dan sabuknya, lalu dgn sigap ia menurunkan kolornya. Enjel sontak kaget. menutup muka.

“kakak itu….” teriak Enjel.
“apaan itu-itu,…. gx ngeliat tadi aq juga triak gara-gara tititku kamu lukai” jawab Andi sewot.
“hah? luka, mana?” Enjel mencoba membuka mata dan tangan yg menghalangi wajahnya.
Enjel memperhatikan kepalanya. tanpak sedikit goresan merah berbentuk seperti senyuman. mungkin ini karena ia menekan dgn jarinya tadi.
“enggak ada luka kok nih kepalanya senyum gitu” ajak Enjel becanda.
“senyum-senyum,…. tanggung jawab nih perih” kata Andi.
Enjel tiba-tiba duduk dilantai.
“kak,…. aku bo….”belum sempat selesai Enjel berkata Andi langsung memasukkan kontolnya kedalam mulut Enjel.
“ahhhhhhh………bolehhhh” jawab Andi.tiba-tiba Enjel menjauhkan kepalanya, kontol Andipun terlepas dari mulutnya.
“uhguuukkkkk………sial….”umpat Enjel.
“lah kok sial???” tanya Andi.
“kamu tuh tiba-tiba…..” belum sempet menyelesaikan omonganya, Enjel di tarik keatas agar berdiri. dan
“ummmmmppppfffff” Andi menciumnya dgn ganas. lidah mereka saling bertempur didalam. Enjel merasakan kenikmatan.
“hu…hu..hu..”seperti sedang berebut nafas. Andi membalikkan tubuh Enjel menghadap kasur. lalu Andi mendorongnya.
akhirnya tubuh Enjel terpendal perutnya tertahan sudut kasur. ia seperti seorang bersujud, namun kakinya masih menyentuh lantai dan badanya diatas kasur.
“ah……….kak jangan ka………”belum sempet Enjel menyelesaikan kalimatnya Andi dgn berutal menjilati kemaluan Enjel.
“nih perempuan makan apa, kok rasanya gx seperti kemaluan orang-orang yg bau amis. ini terasa wangi dan dan manis” pikir Andi. setiap jengkal tak henti Andi jelajahi isinya.
“ahhhh….gila kak,….jangan di sedot lagi bisa-bisa….ahhhh” kalimat Enjel terpatah-patah karena merasakan begitu derasnya aliran listrik yg tersengat disana.

Enjel mencoba meraih kedua bongkahan pantatnya. ia berharap dgn menarikanya kedua celah sempit di vaginayanya lebih terbuka agar Andi bisa sempat menjelajahi lebih dalam lagi. setalah Enjel memegang dan menahanya. Andi tiba-tiba berdiri dan tidur disamping Enjel. muka Andi seperti orang yg habis cucimuka, belepotan cairan liurnya dgn vagianya. Andi merasa mukanya trlalu panas dan pedih. ia mengambil selimut lalu mengelap mukanya. terlihat Enjel yg sedang berharap lebih namun tak menemukan jawaban dari Andi. Enjel diam seribu bahasa melihat kelakuan Andi yg tak melanjutkan aksinya.

“enak….?” tanya Andi.
“iah enak kak…..” jawab Enjel sembari menatap berharap dilanjutkan lagi.
“nah kya gitu tuh lagi enak-enak tiba-tiba gx jadi” Andi mencoba menasehati.
“ahhhh… kakak” rengek Enjel.. dgn kesal Enjel berdiri diantara selangkangan Andi.

posisi Andi kini tertidur di pinggir ranjang dan kaki yg sedang terleonjor kelantai. Enjel mengambil posisi di tengah-tengah. Enjel duduk sembari membuka lebar selangkangan Andi. kini Enjel berhadapan langsung dgn kontol Andi. ia tarik keatas menantang langit-langit sebelum masuk ke langit-langit rongga mulut Enjel. Andi nampak memperhatikan. mungkin kya gini yah homo lagi ngisep. hanya beda dia ada lobangnya aja. pikir Andi hanya kalo homo beneran dih, serem. lagi mikir begitu, tiba-tiba Andi merasakan setruman hebat. lidah lembut Enjel mencoba menutupi gigi bagian bawahnya. Enjel mencoba membuka mulutnya selebar mungkin berharap kontol Andi masuk semua.

“gilaaaaa….kamu Enjel” teriak Andi yg sedang diberikan sensasi berbeda.

kepala kontol Andi dimasukkan dgn cara vertikal keatas searah dgn mulut Enjel. hasilnya bagian bawah dari kontol Andi menyentuh lidahnya yg basah dan kepala kontolnya menyentuh rongga mulut Enjel. hal ini cukup menyulitkan bagi Enjel terlebih ukuran mulut Enjel pas-pasan menghadapi kontol Andi. yg luar bisanya lagi Enjel menaikkan turunkan badanya bukan kepalanya saja. memberikan sensasi konsisten terhadap kontol Andi. mulut dan bibir Enjel sudah berubah karena bercampur air liur. air liur yg keluar dari mulut Enjel begitu pekat.

“ahhh Enjel….” kata Andi keenakan. tiba-tiba tangan Andi mencoba memegang rambut Enjel dan kepala Enjel.
“ahhh….Enjel….aku….” teriak Andi…..kini Enjel bisa merasakan seluruh kontol Andi masuk hingga bagian tenggorokanya. Enjel ingin muntah,…hanya bisa mengeluarkan bunyi
“ghuuurururu….ghrururur” seperti orang tercekik.

Andi menahan lebih dari 10detik. membuat Enjel hampir mati kehabisan nafas. karena tak tahan Enjel memukul dan meronta-ronta dgn tanganya. seketika itu Andi mengeluarkan semua curahanya. entah seberapa banyak yg bisa Enjel telan. ygjelas hal ini membuat Enjel benar-benar tersedak.bahkan ia langsung memuntahkan isinya dilaantai kamar. mulut, kepala, leher, Enjel benar-benar pegal menahan perbuatan yg Andi lakukan.

Andi terlihat puas pandanganya benar-benar mengaburkan semuanya. seolah-olah semua beruhan menjadi baygan dan gelap. ia tak melihat Enjel lagi larut dalam satu tujan kenikmatan. Enjel terbatuk-batuk sambil mengumpulkan nafasnya. ia melihat Andi sudah tertidur mungkin.Andi hanya memejamkan matanya tak bergerak. Enjel menumpulkan segenap tenaganya. rasa aneh dalam mulutnya coba ia selesaikan dgn pergi kelemari es di sudut ruangan. sedikit minum. untuk melepas rasa haus dan menghilangkan perasaan aneh
ditenggorokannya. Enjel merasa tenggorokanya penuh dgn lem yg dimasukkan secara paksa kedalam isi perutnya.Enjel segera kekamar mandi, kali ini ia benar-benar muntah. muntah bercampur air dan sedikit sisa-sisa seperma yg kental. kini ia keluar kamar. tangtopnya masih ia kenakan namun kusut ditambah lagi nimisetnya sudah berpindah keatas.

ia lihat cairan sperma yg jatuh dilantai dgn penasaran ia sentuh lengket bercampur air liur dan mengering di tangan karena AC. Enjel yg masih on, membasahi tanganya dgn seperma yg dilantai, ia angkat keatas tangtopnya ia sentuh kulitnya dan cairan itupun menjadi satu diatas tubuhnya. badanya yg wangi kini berbau entah siapa yg menciumnya ia tak peduli.

kini Enjel mencoba mencari sisa-sisa seperma yg ada. ia duduk menghadap kedepan cermin ia loloskan cenananya yg sudah basah. Enjel duduk dgn kaki terbuka lebar siap menerima benda apa saja untuk masuk memuaskan birahinya. Enjel membasahi kemaluannya dgn sisa cairan yg ada di tanganya. ia berusaha mencari kenikmatan.

tangan kirinya terus bermain diluar kemaluannya. agar terus basah. tangan kananya terus merangsang pentilnya agar mencari kenikmatan. tak beberapa lama ia memasukkan dua jarinya kedalam kemaluannya, ia sudah tak peduli lagi yg tadinya menjadi pelumas adalah sperma Andi. yg penting dgn berharap kontol Andi yg masuk ia mempercepat kedua jarinya keluar masuk. kemaluannya benar-benar licin dan becek. bahkan ia sendiri bisa melihat didepan cermin cairan terus keluar dari lobang menyentuh tempat duduknya dia yg berbahan kulit. Enjel sungguh tak peduli yg ingin dia capai hanyalah menuntaskan birahinya.

“aachh….” teriak Enjel, seraya habislah derita yg ia bawa.

Enjel merasa sekarang benar-benar menjadi wanita. ia merasa dicintai oleh Andi. dibalik kaca kamarnya ia mengintip wajah Andi yg sedang tertidur lelap. aliran darah membawa semua hormon oksitosin ketubuh Enjel. Andi adalah lelaki pertama yg ia cintai. Andi berada di tempat yg salah, waktu yg salah dan keadaan yg salah. apa Enjel peduli?

ia mengambil semua cairan cinta yg ia tumpahkan diatas kursi. Enjel menuju ke kasur. ia mengusap wajah Andi. yah mengusapnya dgn cairan cinta mereka, mungkin. usapan itu membuat Andi tersenyum karena sensasi basah yg di timbulkan. Enjel masuk kedalam selimut, memeluk kekasihnya, mungkin. mereka terlelap dan hanyut dalam mimpi masing-masing.

0 comments:

Tangannya Makin Erat Memegang Tititku

Tangannya Makin Erat Memegang Tititku


Waktu itu Rounald yg masih duduk di perkuliahan mempunyai teman akrab namanya
Silvina dia berasal dari Sumatera dan katanya dia masih menumpang di rumah tantenya, kebetulan
hobi kita sama yaitu naik gunung pecinta alam kita sering bersama kadang aku juga maen
kerumahnya, dan bisa lebih karena aku juga naksir dgn adik sepupunya namanya Seshy.Seshy adalah
anak dari tante yg rumahnya ditumpangi oleh Silvina, meskipun aku sudah akrab dgn keluarganya
tante tapi aku tak langsung pacari si Seshy, tapi selama perjalanan waktu sudah berubah dimana
ayah Seshy yg wakil rakyat meninggal dunia.

Jadi Sekarang Ibunya yg mengurus semua perusahaan yg dikendalaikan ayah Seshy, Harapanku
untuk memacari Seshy tetap ada, meskipun saat aku berkunjung kerumahnya jarang bertemu
langsung dgn Seshy, malah Ibunya yg namanya Desta menemaniku, karena kesibukannya Seshy yg di
Jakarta sedang belajar di sekolah presenter stasiun TV swasta.

Tapi sebenarnya kalau mau jujur Seshy masih kalah dgn ibunya. Bu Desta lebih cantik.,kulitnya lebih
putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Seshy agak sawo matang, nurun
ayahnya kali? Seandainya Seshy seperti ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan penuh
perhatian, baik juga.

Sekarang, di rumah yg cukup mewah itu hanya ada bu Desta dan seorang pembantu. Silvina sudah tidak
di situ, sementara Seshy sekolah di ibukota, paling-paling seminggu pulang. Akhirnya aku di suruh
bu Desta untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya aku
memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya, yg aku tekuni sejak SMA.

Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Desta lalu aku menawari program akuntansi dan
keuangan dgn komputer, dan bu Desta setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yg
dDestangani perusahaannya, dsb.

Aku menyukai pekerjaan ini. Yg jelas bisa menambah uang saku aku, bisa untuk membantu kuliah,
yg saat itu baru semester dua. Bu Desta memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran aku. Pegawai
bu Desta ada tiga perempuan di kantor, tambah aku, belom termasuk di lapangan.

Aku sering bekerja setelah kuliah, sore hingga malam hari, datang menjelang pegawai yg lain
pulang. Itupun kalau ada proyek yg harus dikerjakan. Part time begitu. Bagi aku ini hanya kerja
sambilan tapi bisa menambah pengalaman.

Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan aku dgn bu Desta semakin akrab.
Semula sih biasa saja, lambat-laun seperti sahabat, curhat, dan sebagainya.

Aku sering dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, aku sering pegang tangannya, mencium
tangan, tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yg lain. Dan rupanya dia senang. Tapi aku tetap
menjaga kesopanan.

Pengalaman ini yg mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Desta, dia mampu
menggetarkan dadaku. Meskipun sudah cukup umur perempuan ini tetap jelDesta. Aku kira siapapun
orangnya pasti mengatakan orang ini cantik bahkan cantik sekali.

Dasar pandai merawat badan, karena ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan
peralatannya. Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat sangat sedap dipandang. Ini
sudah aku ketahui sejak aku SMA dulu, tapi karena aku kepingin mendekati Seshy, hal itu aku
kesampingkan.

Data-data pribadi bu Desta aku tahu betul karena sering mengerjakan biodata berkaDestan dgn proyek-
proyeknya. Tingginya 161 cm, usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya
52 kg. Cukup ideal.

Pada suatu hari aku lembur, karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk
diikutkan tender. Pukul 22.00 pekerjaan belom selesai, tapi aku agak terhibur bu Desta mau
menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku.
Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda. Bahkan kalau minumanku habis
dia tidak segan-segan yg menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Dia tak enggan pegang
tanganku, mencubit, namun aku tak berani membalas.

Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak akan membalas. Dan yg cukup surprise
tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang.

“Capek ya..? Aku pijit, nih”, katanya.

Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yg kurasakan dadanya,
pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang, aku rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku
sengaja aku pepetkan dgn tangannya yg mulus, dia diam saja.

Dia membalas membelai-belai daguku, yg tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang. Hampir
pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan, aku membersihkan kantor dan masih dibantu bu Desta.
Wah perempuan ini betul-betul seorang pekerja keras, gumanku dalam hati.

Aku bersiap-siap untuk pulang, tapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum.

“Kamu sudah punya pacar Ron?”
“Belom Bu”, jawabku
“Masa.., pasti kamu sudah punya. Perempuan mana yg tak mau dgn lelaki ganteng”, katanya
“Belom Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah, dgn
penerangan yg agak redup. Entah siapa yg mendahului, kami berdua saling berpegangan tangan
saling meremas lembut. Yg jelas semula aku sengaja menyenggol tangannya

Mungkin karena terbawa suasana malam yg dingin dan suasana ruangan yg syahdu, dan terdengar
suara mobil melintas di jalan raya serta sayup-sayup suara binatang malam, aku dan bu Desta hanyut
terbawa oleh suasana romantis.

Bu Desta yg malam itu memakai gaun warna hDestam dan sedikit motif bunga ungu. Sangat kontras dgn
warna kulitnya yg putih bersih.

Perempuan pengusaha ini makin mendekatkan badannya ke arahku. Dalam kondisi yg baru aku
alami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-
kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Aku menjadi bergemetaran, dan
tak mampu berbuat banyak, meski tanganku tetap memegang tangannya.

“Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu.

Sementara tangan kiriku dDestarik dan mendekap lengan kirinya yg memang tanpa lengan baju itu.
“Ya, Bu dingin sekali”, jawabku.

Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di
sekitar, aku duduk, menambah suasana romantis
“Kalau ketahuan Darti (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar.
“Darti tidak akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya.

Aku menjadi aman. Lalu aku mencoba mengecup kening perempuan lincah ini, dia tersenyum lalu
dia menengadahkan wajahnya. Tanpa diajari atau diperintah oleh siapapun, kukecup bibir indahnya.

Dia menyambut dgn senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami
bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing.
Tangankupun mulai meraba-raba badan sintal bu Desta, diapun tidak kalah meraba-raba punggungku
dan bahkan menyusup dibalik kaosku. Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yg indah
ini.

Sejenak jeda, kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-
waktu sebelomnya.

Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yg sedang mabuk asmara sedang bermesraan,
padahal antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut
semantara tanganku mulai meraba-raba badannya, pertama pantatnya, kemudian menjalar ke
pinggulnya.

“Sejak kamu kesini dgn Silvina dulu, aku sudah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya
setengah berbisik.
“Ah ibu ada-ada saja”, kataku mengelak meskipun aku senang mendapat sanjungan.
“Aku tidak merayu, sungguh”, katanya lagi.

Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin menanjak naik, dadaku semakin bergetar,
demikian juga dada bu Desta. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau.

Kemudian aku beranjak, berdiri dan menarik tangan bu Desta yg supaya ikut berdiri. Dalam posisi ini dia
aku dekap dgn hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan
membelah celana yg aku pakai.

Lalu aku bimbing dia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Desta menurut saja. Kami
berbaring bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu.

“Gimana kalau aku tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih.

Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia beranjak menuju lemari dan
mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada aku.
“Ini pakai punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur.

Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya.

Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam aku terbangun lagi.
Dalam kondisi begini, jelas aku susah tidur.
Udara terasa dingin, aku mendekapnya makin kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di
selakangan aku. Kemaluanku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, kemaluanku semakin
menjadi-jadi kencangnya, yg sesungguhnya sejak tadi di sofa.
Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana? Apakah aku lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir
untuk mengatakan tidak! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku kuat sekali yg
mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku.
Meskipun aku diamkan beberapa saat, tetap saja kejaran libido yg terasa lebih kuat. Memang aku
sadar, perempuan yg ada didekapanku adalah majikanku, tantenya Silvina, mamanya Seshy, tapi
sebagai lelaki normal dan dewasa aku juga merasakan kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Desta
sebagai perempuan yg sintal, cantik dan mengagumkan.

Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya badannya dan perasaannya, meski pengalaman ini
baru pertama kali kualami.

Aku tak kuasa berkeputusan, dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara mengelak
dan hasrat yg menggebu-gebu. Aku perhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja aku
lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai perempuan, di depan lelaki
dewasa.

Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, aku tidak
tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya.
Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, dia memakai beha warna putih
dan celana dalamnya juga putih.

Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan badan bu Desta, putih dan indah banget. Ku raba-raba
badannya, dia mengeliat geli dan membuka matanya yg sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik
baju tidur yg kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku, lalu pakaianku terlepas. Kini akupun
hanya pakai celana dalam saja.

“Kamu ganteng banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Aku tersenyum senang.
“Makasih. Ada 171. Bu Desta juga cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia hanya tersenyum.

Aku berusaha membuka behanya dgn membuka kaDestannya di punggungnya, kemudian keplorotkan
celana dalamnya sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yg tiada tara ini. Hal ini
menjadikan dadaku semakin bergetar.

Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dgn perempuan tanpa busana yg berbadan indah, yg
selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. Kini langsung mengamati dari dekat
sekali bahkan bisa meraba-raba.

Perempuan yg selama ini aku lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah, bagian kaki dan
bagian lengan ini, sekarang tampak seluruhnya tiada yg tersisa. Menakjubkan! Darahku semakin
mendidih, melihat pemandangan nan indah itu.

Di saat aku masih bengong, pelan-pelan aku melorot celana dalamku, aku dan bu Desta sama-sama tak
berpakaian. Kemaluanku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba
dan membelai.

Kaki kami berdua saling menyilang yg berpangkal di selakangan, saling mengesek. Kemaluanku yg
kencang ikut membelai paha indah bu Desta. Sementara itu ia membelai-belai lembut kemaluanku dgn
tangan halusnya, yg membawa efek nikmat luar biasa.

Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal
pahanya. Ia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu, aku
meraba selakangannya, ada rerumputan di sana, tidak terlalu lebat jadi enak dipandang.

Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya. Mulutku menciumi buah dadanya
dgn lembut dan mengedot puntingnya yg berwarna coklat kemerah-merahan, lalu membenamkan
wajahku di antara kedua buah dadanya.

Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut muncul dari mulut
indahnya. Aku semakin bernafsu meski tetap gemetaran. Tanganku mulai aktif memainkan
selakangannya, yg ternyata basah itu.

Aku penasaran, lalu kubuka kedua pahanya, kemudian kusingkap rerumputan di sekitar
keperempuanannya. Bagian-bagian warna pink itu aku belai-belai dgn jemariku. Klitorisnya, ku
mainkan, menyenangkan sekali.

Desta mengerang lembut sambil menggerakkan pelan kaki-kakinya. Lalu jariku kumasukkan
keterowongan pink tersebut dan menari-nari di dalamnya. Dia semakin bergelincangan.
Kelanjutannya ia menarikku.

“Ayo Ron”aku tak tahan”, katanya berbisik

Dan merangkulku ketat sekali, sehingga bagian yg menonjol di dadanya tertekan oleh dadaku.
Aku mulai menindih badan sintal itu, sambil bertumpu pada kedua siku-siku tanganku, supaya ia
tidak berat menompang badanku.

Sementara itu senjataku terjepit dgn kedua pahanya. Dalam posisi begini saja enaknya sudah bukan
main, getaran jantungku makin tidak teratur. Sambil menciumi bibirnya, dan lehernya, tanganku
meremas-remas lembut buah dadanya.

Kemaluanku menggesek-gesek sekalangannya, ke arah atas (perut), kemudian turun berulang-ulang
Tak lama kemudian kakinya direnggangkan, lalu pinggul kami berdua beringsut, untuk mengambil
posisi tepat antara senjataku dgn lubang keperempuanannya. Beberapa kali kami beringsut, tapi
belom juga sampai kepada sasarannya. Kemaluanku belom juga masuk ke vaginanya

“Alot juga”, bisikku. Bu Desta yg masih di bawahku tersenyum.
“Sabar-sabar”, katanya. Lalu tangannya memegang kemaluanku dan menuntun memasukkan ke
arah keperempuanannya.
“Sudah ditekan… pelan-pelan saja”, katanya. Akupun menuruti saja, menekan pinggulku…
“Blesss”, masuklah kemaluanku, agak seret, tapi tanpa hambatan. Ternyata mudah! Pada saat masuk
itulah, rasa nikmatnya amat sangat. Seolah aku baru memasuki dunia lain, dunia yg sama sekali baru
bagiku.

Aku memang pernah melihat film orang beginian, tetapi untuk melakukan sendiri baru kali ini.
Ternyata rasanya enak, nyaman, mengasyikkan. Wonderful! Betapa tidak, dalam usiaku yg ke 23,
baru merasakan kehangatan dan kenikmatan badan perempuan.

Gerakanku mengikuti naluri lelakiku, mulai naik-turun, naik-turun, kadang cepat kadang lambat,
sambil memandang ekspresi wajah bu Desta yg merem-melek, mulutnya sedikit terbuka, sambil keluar
suara tak disengaja desah-mendesah. Merasakan kenikmatannya sendiri.

“Ah… uh… eh… hem””

Ketika aku menekankan pinggulku, dia menyambut dgn menekan pula ke atas, supaya kemaluanku
masuk menekan sampai ke dasar vaginanya. Getaran-getaran perasaan menyatu dgn lenguhan dan
rasa kenikmatan berjalan merangkak sampai berlari-lari kecil berkejar-kejaran.

Di tengah peristiwa itu bu Desta berbisik

“Kamu jangan terlalu keburu nafsu, nanti kamu cepat capek, santai saja, pelan-pelan, ikuti
iramanya”, ketika aku mulai menggenjot dgn semangatnya.

“Ya Bu, maaf”, akupun menuruti perintahnya.

Lalu aku hanya menggerakkan pinggulku ala kadarnya mengikuti gerakan pinggulnya yg hanya
sesekali dilakukan. Ternyata model ini lebih nyaman dan mudah dinikmati. Sesekali kedua kakinya
diangkat dan sampai ditaruh di atas bahuku, atau kemudian dibuka lebar-lebar, bahkan kadang
dirapatkan, sehingga terasa kemaluanku terjepit ketat dan semakin seret.

Gerak apapun yg kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri. Setelah lebih dari
sepuluh menit , aku menikmati badannya dari atas, dia membuat suatu gerakan dan aku tahu
maksudnya, dia minta di atas.

Aku tidur terlentang, kemudian bu Desta mengambil posisi tengkurap di atasku sambil menyatukan
alat vital kami berdua. Bersebadanlah kami kembali.Ia memasukkan kemaluanku rasanya ketat
sekali menghujam sampai dalam.

Sampai beberapa saat bu Desta menggerakkan pinggulnya, buah dadanya bergelantungan nampak
indah sekali, kadang menyapu wajahku. Aku meremas kuat-kuat bongkahan pantatnya yg bergoyg-
goyg. Buah dadanya disodorkan kemulutku, langsung kudot.

Gerakan perempuan berambut sebahu ini makin mempesona di atas badanku. Kadang seperti orang
berenang, atau menari yg berpusat pada gerakan pinggulnya yg aduhai. Bayg-bayg gerakan itu
nampak indah di cermin sebelah ranjang.

Badan putih nan indah perempuan setengah baya menaiki badan pemuda agak coklat kekuning-
kuningan. Benar-benar lintas generasi!

Adegan ini berlangsung lebih dari lima belas menit, kian lama kian kencang dan cepat, gerakannya.
Nafasnya kian tidak teratur, sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja. Tanganku mempererat
rangulanku pada pantat dan pinggulnya, sementara mulutku sesekali mengulum punting buah
dadanya. Rasanya enak sekali. Setelah kerja keras majikanku itu mendesah sejadi-jadinya”

“Ah… uh, eh… aku, ke.. luaar..Ron..”, rupanya ia orgasme.

Puncak kenikmatannya diraihnya di atas badanku, nafasnya berkejar-kejaran, terengah-engah
merasakan keenakan yg mencapai klimaknya.

Nafasnya berkejar-kejaran, gerakannya lambat laun berangsur melemah, akhirnya diam. Ia menjadi
lemas di atasku, sambil mengatur nafasnya kembali. Aku mengusap-usap punggung mulusnya.
Sesekali ia menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, pelan sekali, merasakan sisa-sisa puncak
kenikmatannya. Beberapa menit dia masih menindih aku.

Setelah pulih tenaganya, dia tidur terlentang kembali, siap untuk aku tembak lagi. Kini giliran aku
menindihnya, dan mulai mengerjakan kegiatan seperti tadi. Gerakan ku pelan juga, dia merangku
l aku. Naik turun, keluar masuk.

Saat masuk itulah rasa nikmat luar biasa, apalagi dia bisa menjepit-jepit, sampai beberapa kali.
Sungguh aku menikmati seluruhnya badan bu Desta. Ruaar biasa! Tiba-tiba suatu dorongan tenaga
yg kuat sampai diujung senjataku, aliran darah, energi dan perasaan terpusat di sana, yg
menimbulkan kekuatan dahsyat tiada tara.

Energi itu menekan-nekan dan memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan, saling memburu dan
kejar-kejaran. Didorong oleh gairah luar biasa, menimbulkan efek gerakan makin keras dan kuat
menghimpit badan indah, yg mengimbangi dgn gerakan gemulai mempesona.

Akhirnya tenaga yg menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar biasa”, suara tak
disengaja keluar dari mulut dua insan yg sedang dilanda kenikmatan. Air maniku terasa keluar tanpa
kendali, menyemprot memenuhi lubang kenikmatan milik bu Desta.

“Ahh… egh… egh… uhh”, suara kami bersaut-sahutan.

Bibir indah itu kembali kulumat makin seru, diapun makin merapatkan badannya terutama pada
bagian bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya,

“Aku” keluar Bu”, kataku terengah-engah.
“Aku juga Ron”, suaranya agak lemah.
“Lho keluar lagi, tadi kan sudah?! Kok bisa keluar lagi?!”, tanyaku agak heran.
“Ya, bisa dua kali”, jawabnya sambil tersenyum puas.

Kami berdua berkeringat, meski udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras tenaga, bagai habis
naik gunung saja, lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh, tapi aku masih bisa merasakan
sisa-sisa kenikmatan bersama.

Selang beberapa menit, setelah kenikmatan berangsur berkurang, dan terasa lembek, aku mencabut
senjataku dan berbaring terlentang di sisinya sambil menghela nafas panjang. Puas rasanya
menikmati seluruh kenikmatan badannya.

Perempuan punya bentuk badan indah itupun terlihat puas, seakan terlepas dari dahaganya, yg
terlihat dari guratan senyumnya. Aku lihat selakangannya, ada ceceran air maniku putih kental
meleleh di bibir vaginanya bahkan ada yg di pahanya.

Pengalaman malam itu sangat menakjubkan, hingga sampai berapa kali aku menaiki bu Desta, aku
lupa. Yg jelas kami beradu nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur.

Keesokan harinya. Busa-busa sabun memenuhi bathtub, aku dan bu Desta mandi bersama, kami
saling menyabun dan menggosok, seluruh sisi-sisi badannya kami telusuri, termasuk bagian yg paling
pribadi. Yg mengasyikkan juga ketika dia menyabun kemaluanku dan mengocok-kocok lembut. Aku
senang sekali dan sudah barang tentu membawa efek nikmat.

“Aku heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Silvinas, besar lagi. Ukuran jumbo
lagi?!”, katanya sambil menimang-nimang tititku.

“Kan Ibu yg bikin begini?!”, jawabku. Kami tersenyum bersama.

Sehabis mandi, kuintip lewat jendela kamar, Darti sedang nyapu halaman depan, kalau aku keluar
rumah tidak mungkin, bisa ketahuan. Waktu baru pukul setengah enam. Tetapi senjata ini belom
juga turun, tiba-tiba hasrat lelakiku kembali bangkit kencang sekali.

Kembali meletup-letup, jantung berdetak makin kencang. Lagi-lagi aku mendekati janda yg sudah
berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi. Aku agak membungkuk, karena aku lebih tinggi. Bau
wewangian semerbak disekujur badannya, rasanya lebih fresh, sehabis mandi.

Lalu ku lepas gaunnya, ku tanggalkan behanya dan kuplorotkan celana dalamnya. Kami berdua
kembali berbugil ria dan menuju tempat tidur. Kedua insan lelaki perempuan ini saling bercumbu,
mengulangi kenikmatan semalam.

Ia terbaring dgn manisnya, pemandangan yg indah paduan antara pinggul depan, pangkal paha, dan
rerumputan sedikit di tengah menutup samara-samar huruf “V”, tanpa ada gumpalan lemaknya.

Aku buka dgn pelan kedua pahanya. Aku ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha
mulusnya. Sementara tangannya mengurut-urut lembut kemaluanku. Badanku mulai bergetaran,
lalu aku membuka selakangannya, menyibakkan rerumputan di sana.

Aku ingin melihat secara jelas barang miliknya. Jariku menyentuh benda yg berwarna pink itu, mulai
bagian atas membelai-belainya dgn lembut, sesekali mencubit dan membelai kembali. Bu Desta
bergelincangan, tangannya makin erat memegang tititku.

Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian menari-nari di sana, seperti malam tadi. Tapi
bibir, dan terowongan yg didominasi warna pink ini lebih jelas, bagai bunga mawar yg merekah.
Beberapa saat aku melakukan permainan ini, dan menjadi paham dan jelas betul struktur
keperempuanan bu Desta, yg menghebohkan semalam.

Gelora nafsu makin menggema dan menjalar seantero badan kami, saling mencium dan mencumbu,
kian memanas dan berlari kejar-kejaran. Seperti ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada
kendali yg dapat mengekang dari kami berdua.

Apalagi ketika puncak kenikmatan mulai nampak dan mendekat ketat. Sebuah kejutan, tanpa aku
duga sebelomnya kemaluanku yg sejak tadi di urut-urut kemudian dikulum dgn lembutnya. Pertama
dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya.

Rasanya aku diajak melayg ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Aku menjadi kelelahan. Sesi
berikutnya dia mengambil posisi tidur terlentang, sementara aku pasang kuda-kuda, tengkurap yg
bertumpu pada kedua tangan aku.

Aku mulai memasukkan kemaluanku ke arah lubang keperempuanan bu Desta yg tadi sudah aku
“pelajari” bagian-bagiannya secara seksama itu. Benda ini memang rasanya tiada tara, ketika
kumasukkan, tidak hanya aku yg merasakan enaknya penetrasi, tetapi juga bu Desta merasakan
kenikmatan yg luar biasa, terlihat dari ekpresi wajahnya, dan desahan lembut dari mulutnya.

“Ah”, desahnya setiap aku menekan senjataku ke arah selakangannya, sambil menekankan pula
pinggulnya ke arah tititku. Kami berdua mengulangi mengarungi samodra birahi yg menakjubkan,
pagi itu.

Semuanya sudah selesai, aku keluar rumah sekitar pukul setengah delapan, saat Darti mencuci di
belakang. Dalam perjalanan pulang aku termenung, Betapa kejadian semalam dapat berlangsung
begitu cepat, tanpa liku-liku, tanpa terpikirkan sebelomnya.

Sebuah wisata seks yg tak terduga sebelomnya. Kenikmatan yg kuraih, prosesnya mulus, semulus
paha bu Desta. Singkat, cepat dan mengalir begitu saja, namun membawa kenikmatan yg
menghebohkan.

Betapa aku bisa merasakan kehangatan badan bu Desta secara utuh, orang yg selama ini menjadi
majikanku. Menyaksikan rona wajah bu Desta yg memerah jambu, kepasrahannya dalam
ketelanjangannya, menunjukkan kedagaan seorang perempuan yg mebutuhkan belaian dan
kehangatan seorang lelaki.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, si kumbang muda makin sering mendatangi bunga
untuk mengisap madu. Dan bunga itu masih segar saja, bahkan rasanya makin segar menggairahkan.
Memang bunga itu masih mekar dan belom juga layu, atau memang tidak mau layu

0 comments:

Terdengar Keluhan Serta Rintihan Panjang Dari Mulut Bu Miksa

Terdengar Keluhan Serta Rintihan Panjang Dari Mulut Bu Miksa


Aku seorang laki-laki yg dilahirkan di kota Pekan baru di propinsi sumatera, kota yg panas karena terletak di dataran rendah. Selain tinggi tubuh seukuran orang-orang bule, kata kawanku wajahku lumayan. Mereka bilang Aku hitam manis. Sebagai laki-laki, Aku juga bangga karena ketika SMA dulu Aku banyak memiliki kawan-kawan wanita.

Walopun Aku sendiri tak ada yg tertarik satupun di antara mereka. Mengenang ketika-ketika dulu Aku kasertag tersenyum sendiri, karena walo bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yg berharga dalam diri kita. Apalagi kenangan manis.

Aku mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Tapi para pembaca, sampai ketika ini pun Aku masih belom bisa menyelesaikan studiku hanya gara-gara satu mata kuliah saja yg belom lulus, yaitu mata kuliah yg berhubugan dgn hitung berhitung. Walopun sudah kuambil selama empat semester, tapi hasilnya belom lulus juga. Untuk mata kuliah yg lain Aku bisa menyelesaikannya, tapi untuk mata kuliah yg satu ini Aku benar-benar merasa kesulitan.

“Coba saja dirimu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata kawanku Andi ketika kita berdua sesertag duduk-duduk dalam kamar kost.
“Sudah, Di. Tapi beliau juga lepas tangan dgn masalahku ini.
Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” Kata Aku sambil menghisap rokok dalam-dalam.

“Benar juga apa yg dikatakan beliau, Gi, semua ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Andi sambil termangu, tangannya sibuk memainkan korek api di depannya.

Lama kita sibuk tenggelam dalam pikiran kita masing-masing, sampai akhirnya Andi berkata,

“Gini saja, Gi, dirimu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau membantu.” kata Andi.

Mendengar perkataan Andi, seketika Aku langsung teringat dgn dosen mata kuliah yg menyebalkan itu. Namanya Ibu Miska, umurnya kira-kira 35 tahun.

Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak kawanku begitu juga Aku mengatakan Ibu Miska adalah dosen killer, banyak kawanku yg dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Miska belom berkeluarga alias masih sendiri, wanita yg masih sendiri mudah tersinggung serta sensitif.

“Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer di kampus kita..,” Kata Aku bimbang.
“Iya sih, tapi walo bagaimanapun dirimu harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau tak mau membantu..,” kata Andi memberi saran.

Aku terdiam sejenak, berbagai pertimbangan muncul di kepala Aku. Dikejar-kejar ketika, pesan orang tua, dosen wanita yg killer.

Akhirnya Aku berkata, “Baiklah Di, akan kucoba, besok Aku akan menghadap beliau di kampus.”
“Nah begitu dong, segala sesuatu harus dicoba dulu,” sahut Andi sambil menepuk-nepuk pundakku.

Siang itu Aku sudah duduk di kantin kampus dgn segelas es teh di depanku serta sebatang rokok yg menyala di tanganku. Sebelom bertemu Ibu Miska Aku sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun nanti Aku akan gugup menghadapinya, Aku akan menenangkan diri dulu beberapa ketika. Tanpa Aku sadari, tiba-tiba Andi sudah berdiri di belakangku sambil menepuk pundakku, seketika Aku kaget dibuatnya.

“Ayo Chris, sekarang ketikanya. Bu Miska kulihat tadi sesertag menuju ke ruangannya, mumpung sekarang tak mengajar, temuilah beliau..!” bisik Andi di telingAku.
“Oke-oke..,” Kata Aku singkat sambil berdiri, menghabiskan sisa es teh terakhir, kubuang rokok yg tersisa sedikit, kuambil permen dalam saku Aku, kutarik dalam-dalam nafasku. Aku langsung melangkahkan kaki. “Kalau begitu Aku duluan ya, Chris.

Sampai ketemu di kost,” sahut Andi sambil meninggalkanku.

Aku hanya bisa melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk bimbang, bagaimana Aku harus menghadapai Ibu Miska, dosen killer yg masih sendiri itu.

Perlahan Aku berjalan menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang ketika itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yg meliburkan diri, lagipula kalau saja Aku tak mengalami masalah ini lebih baik Aku tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dgn kawan. Hanya karena masalah ini Aku harus bersusah-susah menemui Bu Miska, untuk bisa membantuku dalam masalah ini.

Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Miska terletak di pojok ruangan, sehingga tak ada orang lewat simpang siur di depan ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yg sepi.

Pikirku,
“Mungkin saja wanita yg belom bersuami inginnya menyendiri saja.” Perlahan-lahan kuketuk pintu, seketika kemudian terdengar suara dari dalam,

“Masuk..!”

Aku langsung masuk, kulihat Bu Miska sesertag duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka map. Kutup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Miska memansertagku sambil tersenyum, sesaat Aku tak menygka beliau tersenyum ramah padAku. Sedikit demi sedikit Aku mulai bisa merasa tenang, walopun masih ada sedikit rasa gugup di hatiku.

“Silakan duduk, apa yg bisa Ibu bantu..?” Bu Miska langsung mempersilakan Aku duduk,

Seketika Aku terpesona oleh kecantikannya. Bagaimana mungkin dosen yg begitu cantik serta anggun menbisa julukan dosen killer. Kutarik kursi pelan-pelan, kemudian Aku duduk.

“Oke, Bertho, ada apa ke sini, ada yg bisa Ibu bantu..?” sekali lagi Bu Miska menanyakan hal itu kepada Aku dgn senyumnya yg masih mengembang.

Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Miska, mulai dari keinginan orangtua yg ingin Aku agak cepat menyelesaikan studiku, sampai ke mata kuliah yg ketika ini Aku belom bisa menyelesaikannya.

Kulihat Bu Miska dgn tekun mendengarkan cerita Aku sambil sesekali tersenyum kepada Aku. Melihat keadaan yg demikian Aku bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dgn spontan Aku berkata,

“Apa saja akan kulakukan Bu Miska, untuk bisa menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu ketika membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun Aku akan melAkukannya demi agar mata kuliah ini bisa aku selesaikan. Aku mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada aku.”

Mendengar kejujuran serta perkataanku yg polos itu, kulihat Bu Miska tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yg kelihatan misterius, dimana Aku tak bisa mengerti apa maksudnya.

“Apa saja Bertho..?” kata Bu Miska seakan menegaskan perkataanku tadi yg secara spontan keluar dari mulutku tadi dgn nada bertanya.

“Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dgn spontan.

Seketika kemudian tanpa kusadari Bu Miska sudah berdiri di belakangku, ketika itu Aku masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Miska memegang pundakku sambil berbisik di telingAku.

“Apa saja kan Bertho..?” Aku mengangguk sambil menunduk,

Ketika itu Aku belom menyadari apa yg akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Miska sudah menghujani pipiku dgn ciuman-ciuman lembut, sebelom sempat Aku tersadar apa yg akan terjadi. Bu Miska tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepala aku, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Ketika itu Aku tak tahu apa yg harus kulakukan, seketika kedua tangan Bu Miska memegang kedua tanganku, kemudian meremas-remaskan ke buah dadanya yg sudah mulai mengencang. Aku tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya.

“Bu, haruskah kita..” Sebelom Aku menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Miska sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam.

“Sudahlah Bertho, inilah yg Ibu inginkan..” Setelah berkata begitu, kembali Bu Miska melumat bibirku dgn lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas buah dadanya yg montok karena sudah mengencang.

Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yg normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Miska yg menggairahkan serta ucapannya yg begitu pasrah, kita berdua tenggelam dalam hasrat seks yg sangat menggebu-gebu serta panas.

Aku membalas melumat bibirnya yg indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua buah dadanya yg masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi.

Tangan Bu Miska turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yg sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Miska, secara reflek pula Aku mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Miska sambil terus bibirku melumat bibirnya.

Setelah bisa membuka bajunya, begitu pula dgn bajuku yg sudah terlepas, gairah kita semakin memuncak, kulihat kedua buah dada Bu Miska yg memakai BH itu mengencang, buah dadanya menyembul indah di antara BH-nya.

Kuciumi kedua buah dada itu, kulumat belahannya, buah dada yg putih serta indah. Kudengar suara Bu Miska yg mendesah-desah merasakan kenikmatan yg kuberikan. Kedua tangan Bu Miska mengelus-elus dada Aku yg bisertag. Lama Aku menciumi serta melumat kedua buah dadanya dgn kedua tanganku yg sesekali meremas-remas serta mengusap-usap buah dada serta perutnya.

Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Ketika itu Aku benar-benar bisa melihat dgn utuh kedua buah dada yg mulus, putih serta mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dgn mulutku sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yg lain.

Puting yg menonjol indah itu kukulum dgn penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Miska yg semakin menggebu-gebu.

Oh.., oh.., Bertho.. teruskan.., teruskan Bertho..!” desah Bu Miska dgn pasrah serta memelas.

Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dgn penuh gairah yg mengebu-gebu, kedua puting Bu Miska kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yg menonjol tepat di wajahku. Buah dada yg mengencang keras. Lama Aku melakukannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Miska berkata,

“Angkat Aku ke atas meja Bertho.., ayo angkat Aku..!”

Spontan kubopong tubuh Bu Miska ke arah meja, kududukkan, kemudian dgn reflek Aku menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dgn cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yg ditimbulkan tak terkemudian keras.

Masih dalam keadaan duduk di atas meja serta Aku berdiri di depannya, tangan Bu Miska langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celana Aku serta menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta Aku segera membuka celana dalamku, serta melemparkannya ke samping. Kulihat Bu Miska tersenyum serta berkata lirih,

“Oh.. Bertho.., betapa jantannya dirimu.. kemaluanmu begitu panjang serta besar..

Oh.. Bertho, Aku sudah tak tahan lagi untuk merasakannya.” Aku tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Miska yg setengah bugil itu.

Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dgn posisi Aku berdiri di antara kedua pahanya yg telentang dgn rok yg tersibak sehingga kelihatan pahanya yg putih mulus, kuciumi buah dadanya, kulumat putingnya dgn penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya.

Aku memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kita yg berkeringat karena gairah yg timbul di antara Aku serta Bu Miska. Kutelusuri tubuh Bu Miska yg setengah bugil serta telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua buah dadanya yg montok, kemudian leher. Kudengar desahan-desahan serta rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Miska.
Sampai ketika Bu Miska menyuruhku untuk membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Miska, kubuka restletingnya, kemudian kuturunkan roknya, kemudian kujatuhkan ke bawah. Setelah itu kubuka serta kuturunkan juga celana dalamnya.

Seketika hasrat kelelakianku semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Miska yg sudah bugil bulat, tubuh yg indah serta seksi, dgn gundukan daging di antara pahanya yg ditutupi oleh rambut yg begitu rimbun. Terdengar Bu Miska berkata pasrah,

“Ayolah Bertho.., apa yg kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.”

Kurasakan tangan Bu Miska menggenggam kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya. Aku mengikuti kemauan Bu Miska yg sudah memuncak itu, perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yg sudah mengencang keras layaknya milik kuda perkasa itu ke dalam kemaluan Bu Miska.

Kurasakan milik Bu Miska yg masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam kemaluan Bu Miska. Terdengar Bu Miska merintih serta mendesah,

Oh.., oh.., Bertho.. terus Bertho.. jangan lepaskan Bertho.. Aku mohon..!

” Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yg sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dgn posisi Bu Miska yg telentang di atas meja serta Aku berdiri di antara kedua pahanya.

Mula-mula teratur, seirama dgn goygan-goygan pantat Bu Miska. Sering kudengar rintihan-rintihan serta desahan Bu Miska karena menahan kenikmatan yg amat sangat. Begitu juga Aku, kuciumi serta kulumat kedua buah dada Bu Miska dgn mulutku. Kurasakan kedua tangan Bu Miska meremas-remas rambutku sambil sesekali merintih,

“Oh.. Bertho.. oh.. Bertho.. jangan lepaskan Bertho, kumohon..!”

Mendengar rintihan Bu Miska, gairahku semakin memuncak, goyganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur semakin cepat. Terdengar lagi suara Bu Miska merintih,

“Oh.. Bertho.. dirimu memang perkasa.., kau memang jantan.. Bertho..
Aku mulai keluar.. oh..!”
“Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, Aku juga sudah tak tahan lagi,” keluhku.

Setelah berkata begitu, kurasakan tubuhku serta tubuh Bu Miska mengejang, seakan-akan terbang ke langit tujuh, kurasakan cairan kenikmatan yg keluar dari kemaluanku, semakin kurapatkan kemaluanku ke kemaluan Bu Miska.

Terdengar keluhan serta rintihan panjang dari mulut Bu Miska, kurasakan juga dada Aku digigit oleh Bu Miska, seakan-akan nmenahan kenikmatan yg amat sangat.

“Oh.. Bertho.. oh.. oh.. oh..”

Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam kemaluan Bu Miska, kurasakan tubuhku yg sangat kelelahan, kutelungkupkan tubuhku di atas tubuh Bu Miska dgn masih dalam keaserta bugil, agak lama Aku telungkup di atasnya.

Setelah kurasakan kelelahanku mulai berkurang, Aku langsung bangkit serta berkata,

Bu, apakah yg sudah kita lakukan tadi..?

” Kembali Bu Miska memotong pembicaraanku,
“Sudahlah Bertho, yg tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama menginginkannya, sekarang pulanglah serta ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak kepadamu, dirimu mau kan..?”

Setelah berkata begitu, Bu Miska langsung menyodorkan kartu namanya kepada Aku. Kuterima kartu nama yg berisi alamat itu.

Sejenak kutermangu, kembali Aku dikagetkan oleh suara Bu Miska,

Bertho, pulanglah, pakai kembali pakaianmu..!”

Tanpa basa-basi lagi, Aku langsung mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu serta keluar ruangan. Dgn gontai Aku berjalan keluar kampus sambil pikiranku berkecamuk dgn kejadian yg baru saja terjadi antara Aku dgn Bu Miska. Aku telah bermain cinta dgn dosen killer itu. Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walo bagaimanapun nanti malam Aku harus ke rumah Bu Miska.

Kubisai rumah itu begitu kecil tapi asri dgn tanaman serta bunga di halaman depan yg tertata rapi, serasi sekali keasertanya. Langsung kupencet bel di pintu, tak lama kemudian Bu Miska sendiri yg membukakan pintu, kulihat Bu Miska tersenyum serta mempersilakan Aku masuk ke dalam.

Kuketahui ternyata Bu Miska hidup sendirian di rumah ini. Setelah duduk, kemudian kita pun mengobrol. Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya kuketahui bahwa Bu Miska selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki yg dicintainya.

Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan cintanya. Setelah bosan, laki-laki itu meninggalkan Bu Miska. Kemudian dgn jujur pula dia meminta Aku selama masih menyelesaikan studi, Aku dimintanya untuk menjadi kawan sekaligus kekasihnya. Akhirnya Aku mulai menyadari bahwa posisiku tak beda dgn gigolo.

Kudengar Bu Miska berkata, “Selama dirimu masih belom wisuda, tetaplah menjadi kawan serta kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti kan Bertho..?”

Selain melihat kesendirian Bu Miska tanpa ada laki-laki yg bisa memuaskan hasratnya, Aku pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai mata kuliahku. Akhirnya Aku pun bersedia menerima tawarannya.

Akhirnya malam itu juga Aku serta Bu Miska kembali melakukan apa yg kita lakukan siang tadi di ruangan Bu Miska, di kampus. Namun bedanya kali ini Aku tak canggung lagi melayani Bu Miska dalam bercinta.

Kita bercinta dgn hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat senyum kepuasan di wajah Bu Miska. Walo bagaimanapun serta entah sampai kapan, Aku akan sekemudian melayani hasrat seksualnya yg berlebihan, karena memang ada jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yg tak lulus-lulus itu dari dulu.

0 comments:

Kusodorkan Kemaluanku Kemulut Mbak Riyani

Kusodorkan Kemaluanku Kemulut Mbak Riyani


3 hari yg lalu,tubuhku terasa lelah sekali. Akhirnya aqu memutuskan untuk beristirahat. Pagi hari sengaja aqu tak bekerja. Toh juga masih ada assistenku yg bisa meng-handle pekerjaan,pikirku. Walaupun mencoba ebristirahat,namun tubuh terasa kaqu dan capek. Akhirnya sesudah berpikir
lama,aqu teringat dgn kata kawanku. Dia mempunyai seorang kenalan yg berprofesi pemijat
panggilan. Ahh…tak apalah,pikirku. Daripada aqu ke tempat pijat,aqu juga lagi malas keluar.
Akhirnya,sesudah menghubungi kawanku dan meminta tolong kepada dia,pemijat itu datang
kerumah dgn diantar kawanku tadi. Semula aqu mengira bahwa pemijat itu adalah mbok2 yg sudah
tua. Namun ternyata aqu salah… Pemijat itu lebih muda dari perkiraanku.

“Bro…ini Mbak Riyani. Tukang pijat langganan nyokap aqu. Pokoknya lo bakalan rileks deh. Tarifnya
lo tanya sendiri ke orangnya ya. Aqu cuman nganterin doank kesini. Tar kalo udah selesai,lo anter
sendiri dia pulang atau lo kasih ongkos.”,jelas kawanku.

“Oke. Sip.. Tengkyu ya.”,jawabku.

Sepeninggal kawanku,kupersilahkan Mbak Riyani ini untuk langsung ke kamarku. Tempat dimana
aqu dipijat nantinya. Mbak Riyani sudah membawa minyak sendiri rupanya.

“Mbak Riyani,biasa dibayar berapa sama ibunya temen aku untuk pijat?”,tanyaqu sembari mulai
menanggalkan pakaian.
“Panggil Mbak Riyani aja,Mas. Biasanya sih rata-rata 50rb,Mas.”,jawabnya.
“Ohh…iya.. Aku kira tadi yg mijat tua lho. Mbak Riyani ini keliatannya masih muda ya..”,ujarku.
“Bisa aja,Mas. Ya umur aku sekitar 29 tahun ini. Terima kasih kalau dibilang masih
muda.”,jawabnya.
Ya…Mbak Riyani ini memang diusianya yg ke-29,masih tampak muda. Kulitnya nampak masih kencang.
Aqu mulai berbaring,dgn cuma mengenakan sepotong celana kolor. Mbak Riyani mulai melumuri
kakiku dgn minyak. Sesudah melemaskan beberapa sendi,Mbak Riyani mulai memijat dgn pelan.
Sembari memijat itu,kami mengobrol agar tak bosan.

“Lho,suaminya Mbak kerja apa? Mungkin kalau cocok bisa aku jadikan sopir di tempat kerja aku.
Soalnya aku lagi butuh sopir.”,tanyaqu.
“Aku sudah cerai sekitar setahun yg lalu,Mas. Suami aku nikah lagi.”,jawabnya.
“Ohh…Maaf,aku nggak tahu,Mbak. Namun masih nafkahi anak?”,tanyaqu.
“Belum punya anak,Mas. Jadi aku tinggal cuman sama ibu aku. Mau nggak mau,ya aku jadi pemijat.
Karena aku dulu juga pernah bekerja ditempat pijat.”,balasnya.

Sesudah mengobrol basa-basi cukup lama,tak terasa Mbak Riyani sudah selesai memijat bagian
belakang tubuhku. Saatnya kini aqu terlentang,agar Mbak Riyani bisa memijat kaki,perut dan dada.

Sesudah terlentang,Mbak Riyani mulai memijat kembali bagian kakiku. Dari bawah,sampai kepangkal
paha. Memang benar menurut ilmu Permupengan. Saat tubuh kita merasa rileks,maka si “otong”
akan menjadi tegang. Begitu juga sebaliknya. Dan itu kini terjadi padaqu.

Mbak Riyani masih memijat bagian pahaqu. Dari paha bawah sampai ke pangkalnya. Tiba2
kemaluanku menegang. Sebenarnya aqu cukup malu dgn kejadian ini dan berusaha untuk
menutupinya dgn guling,atau apalah agar Mbak Riyani tak mengetahuinya. Namun rupanya,sudah
terlambat. Mbak Riyani melirik beberapa kali kearah selangkanganku,kemudian tersenyum kecil.

“Aduhh..Maaf..Mbak..Aku nggak ada pikiran macem2 kok.”,ujarku.
“Nggak apa-apa,Mas. Aku sudah biasa. Memang biasanya begitu. Saat tubuh rileks,beberapa bagian
otot akan bereaksi sebaliknya.”,jawabnya.

“Ya…namun aku jadi ngerasa nggak enak. Malu juga.”,jawabku.Mbak Riyani tersenyum. Entah
kenapa,pijatan Mbak Riyani terasa lama sekali diarea pahaqu. Bahkan ketika ia mulai memijat
pangkal pahaqu dan tak sengaja menyentuh batang kemaluanku walaupun Cuma
nyerempet,rasanya beda. Kemaluanku makin berdenyut2 dan mengeras. Mbak Riyani tampak
sesekali melirik kemaluanku sembari tangannya terus memijat.

Kemudian,pijatan Mbak Riyani beralih kearea dada dan perut. Saat ia memijat perut,terkadang ia
memijat perutku bagian bawah. Terang saja tangannya menyenggol kepala kemaluanku yg sedang
berdiri tegak itu. Sepertinya Mbak Riyani cuek saja dan tetap meneruskan memijat. Aqu yg jadi salah
tingkah sendiri karena malu,namun juga lama-lama horny.

Mbak Riyani memakai pakaian biasa. Tak minim ataupun kedodoran. Ia memakai rok panjang dgn
kaos casual dibagian atasnya. Cukup gaul untuk seorang pemijat.
Beberapa kali tangan Mbak Riyani dgn tak sengaja menyenggol kepala kemaluanku. Kemaluanku
tampak menjulang,sesampai celana kolor yg kupakai seaakan terdorong keatas oleh sesuatu.
Ya…kesalahanku adalah,saat dipijat aqu tak memakai celana dalam. Agar rileks,pikirku. Ternyata…

Aqupun lama-lama menjadi horny tak karuan. Apalagi ketika Mbak Riyani yg saat itu berada disisi
kiriku hendak memijat tangan kananku. Bukannya pindah tempat,ia malah mendorongkan tubuhnya
condong kearah tangan kananku,sesampai tubuhnya sesekali terasa bertumpu pada tubuhku.
Buah dadanya terasa menekan dadaqu. Semakin horny saja jadinya. Kicoba mengusir rasa horny itu
dgn mengajak Mbak Riyani mengobrol. Namun tak berhasil. Bahkan Mbak Riyani bercerita tentang
kesulitan ekonomi yg dialaminya saat ini. Katanya ia sedang membutuhkan uang 200rb. Sampai hal2
pribadinya meluncur dari mulutnya.Iseng,otak nakalku bekerja.

“Mbak. Kalo mijit yg kanan,Mbak nggak pindah aja ke kanan?”,tanyaqu.
“Kenapa,Mas ?”,tanyanya balik.
“Emmm…nggak sih. Cuman,kalo Mbak nggak pindah taqutnya malah bikin yg bawah tadi tambah
nggak karuan,Mbak.”,balasku sambil bercanda.
“Ohh…Hahaha…Iya,nanti baru pindah kok,Mas. Sekarang Mas nya rileks aja dulu.”,ujarnya.

Gimana bisa rileks kalau si “otong” tegang dan otak jadi ngeres gini? Pikirku… Mbak Riyani tetap
dalam posisinya. Malah yg ada,beberapa kali terasa kemaluanku tersenggol dgn seringnya. Karena
tak tahan,akhirnya naluri nakalku keluar juga.

“Wahh…si Mbak nggak pindah nih. Jadi tambah berdiri kan tuh. Trus gimana donk. Tubuh aku
rileks,namun yg bawah kayaknya nggak rileks tuh,Mbak.”,protesku.
“Ohh…ya Maaf,Mas.”,jawabnya singkat sambil tersenyum.
“Wahh,..harusnya Mbak juga bisa buat rileks dong. Kan katanya biar seluruh tubuh rileks.”,candaqu.
“Dibuat rileks gimana maksudnya,Mas?”,tanya Mbak Riyani.

Sesudah Ssi cukup alot,akhirnya Mbak Riyani berhasil juga kurRiyani. Dgn imbalan 100rb
tentunya,cuma BJ. Aqu bisa berpikir seperti itu karena beberapa hal.

Pertama,Mbak Riyani membutuhkan uang. Kedua,sebenarnya aqu tak berpikiran akan mngejak
Mbak Riyani exe. Dan Ketiga,Mbak Riyani berwajah cukup manis,dan memiliki buah dada yg
woow…toge… Kulitnya kuning langsat,bersih dan kencang.
“Gimana,Mbak? Kalau mau ya,ayo.. kalau nggak mau,ya nggak apa-apa. Pijat biasa aja.”,tawarku.
“Emmm…gimana ya,Mas. Sebenarnya aku nggak pernah begini-beginian. Aku nggak pernah jual diri
selama ini. Namun..karena aku butuh uang,dan juga sudah lama ditinggal suami,ya…aku mau
deh..”,jawabnya.
“Nah…gitu dong. Ini 100rb ditambah ongkos pijat 50rb,jadi 150rb.”,ujarku sambil menaruh uang ke
tepi ranjang.
Uang pun segera masuk kedalam tas kecil Mbak Riyani. BJ seharga 100rb ? Mahal juga,pikirku.
Ahh…namun nggak apa-apa deh.. Sekali-sekali,pikirku. Namun kan yg penting dapet CIM.
Akhirnya sesudah sepakat,Mbak Riyani mulai membuka celana kolorku dan melepaskannya. Ia
menaruh kolor itu di meja tepi ranjang. Sesudah membersihkan sisa2 minyak ditangannya, tangan
Mbak Riyani mulai memijat batang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Perlahan ia mulai memijit
dan mengocok naik-turun. Aqupun meminta Mbak Riyani untuk membuka kaos yg dikenakannya.
Mbak Riyanipun menuruti,dan terlihatlah buah dada itu. Besar,padat,dan kenyal. ( maklum,Mbak
Riyani belum turun mesin ). Sembari tangan Mbak Riyani memijat kemaluanku,tanganku juga
meremas buah dadanya. Terasa sekali buah dada itu mengencang. Kumainkan putingnya,dan
semakin lama puting itu menegang. Mbak Riyani mulai menjilati kepala kemaluanku. Lalu
menghisapnya perlahan. Tak lama,kemaluanku pun keluar-masuk didalam mulut Mbak Riyani.
Sesekali ia mainkan lidahnya dgn menyapu dari batang sampai kepala kemaluanku. Lembut sekali BJ
dari Mbak Riyani. Aqu benar-benar sangat horny sekali waktu itu. Sesekali,kuremas bokong Mbak
Riyani yg masih tertutup rok panjangnya.
“Mbak,boleh aqu pegang bokongnya dari dalem aja ?”,tanyaqu.
Mbak Riyani menganggguk sambil terus menghisap kemaluanku. Kuremas-remas bokongnya.
Lumayan,dan yg penting tak tepos. Tanganku semakin nakal. Kuselipkan jariku dan membelai
belahan bokongnya. Sesekali kusenggol pelan kemaluannya. Terasa sekali bulu jembi Mbak Riyani
bersentuhan dgn jariku.

“Mbak,memeknya aqu mainin boleh kan?”,tanyaqu.
“Boleh,Mas. Asal pelan-pelan aja ya. Dan jangan lama-lama,Mas”,jawabnya.

Aqupun langsung menyelipkan jari-jariku kedalam cd Mbak Riyani. Mbak Riyani tampak sedikit
membuka selangkangannya. Kubelai pelan bibir kemaluannya. Lalu kuelus-elus klitorisnya. Mbak
Riyani tampaknya mulai bernafsu. Terdengar beberapa kali ia menahan nafas. Jari tanganku mulai
semakin badung.

Kumasukkan jari tengahku pelan-pelan kedalam lubang kemaluan Mbak Riyani. Kemaluan itu basah.
Rupanya sudah terangsang. Bless… Hangat sekali kemaluan Mbak Riyani. Aqu menggerakkan jariku
keluar-masuk dgn perlahan.

“Mpphh…Mpphh….”,desah Mbak Riyani dgn pelan.

Rupanya karena memang terlalu horny,aqu hendak ejaqulasi terlebih dahulu. Sekitar 15 menit
berselang,kemaluanku terasa berdenyut tak karuan. Mbak Riyani terus menghisap kemaluanku.
Sembari tangan kanannya mengocok batang kemaluanku.

“Mbak…Mau keluar nih…Ohhh…”,ujarku..
“Keluarin aja,Mas. Di mulut aku. Keluarkan semua…Mpphhh….”,jawabnya.

Mbak Riyani terus saja mengeluar-masukkan kemaluanku didalam mulutnya. Lama-lama tak bisa
kutahan. Hisapan Mbak Riyani terlalu nikmat.

CROOT…CROTT..CROOT….Air maniqu muncrat didalam mulut Mbak Riyani. Beberapa kali
semburan,nampaknya cairan kental itu memenuhi rongga mulut Mbak Riyani.

“Mpphh….Mppphhh….Mpphhh…”,desahnya seiring dgn muncratnya air maniqu.

Tangan Mbak Riyani tampak mengocok beberapa kali saat lahar panasku muntah. Nikmat sekali
rasanya… Luaaar Biasaaa…

Rupanya air maniqu itu ditelan Mbak Riyani. Tampak sesudah ia menelan air maniqu,ia masih saja
menghisap dan menjilati kepala kemaluanku sampai tak ada lelehan air mani yg keluar. Mbak Riyani
terus menghisap sampai kemaluanku mulai melemas,lalu ia sudahi acara menghisap itu.

Aqu masih juga belum memakai celanaqu. Sengaja kubiarkan diriku telanjang. Mbak Riyani
sepertinya juga menikmati kegiatan tadi. Lalu,sesudah beberapa menit ia beristirahat,ia kembali
memijat. Dgn aqu yg masih telanjang,dan ia telanjang bagian atasnya. Sejam berlalu,kemaluanku
malah menegang kembali. Namun kali ini Mbak Riyani membisikkan sesuatu padaqu.

“Tegang lagi ya,Mas ? Yg tadi kurang?”,tanya dia.
“Iya..kurang kayaknya. Hahaha… Namun biarin deh,nggak apa-apa,Mbak.”,jawabku.
“Nggak apa-apa,Mas. Kalau Mas mau nambah lagi,aku mau kok. Nggak Cuma ngemut aja,Mas.
Langsung main.”,ujarnya.
“Namun…nambah lagi bayarnya?”,tanyaqu.
“Nggak,Mas. Gratis. Karena aku daritadi juga sudah pingin. Aku coba tahan2 pas ngemut tadi lama-
lama aku kepingin juga,Mas. Sudah lama nggak ngerasain rasanya itu,Mas.”,jelasnya sambil
menunjuk kemaluanku yg mulai menegang kembali.
“Beneran nih,Mbak?”,tanyaqu memastikan.
“Beneran,Mas. Anggap saja sebagai bonus. 100rb cuma ngemut rasanya aku nggak enak juga. Jadi
kali ini,main namun nggak perlu bayar,Mas. Karena aku juga kepingin.”,terangnya.

Dan akhirnya…tanpa menunggu lama,kami melaqukan pelampiasan nafsu saat itu juga. Mumpung
rumah lagi sepi,pikirku. Dari cerita sebelumnya,sesudah Bj dahsyat yg membuatku Crot itu,Mbak
Riyani rupanya terangsang. Sesudah beristirahat satu jam ( ane yg istirahat,Mbak Riyani tetep mijit
tubuh ane namun nyantai ),Mbak Riyani yg melihat kemaluanku kembali tegang,malah menawarkan
exe gratis. Tentu saja tak kutolak. Toh,,berdasarkan kabar dari kawanku itu,Mbak Riyani memang
orangnya bersih dan sehat. Selain bahenol tentunya.

“Rumahnya sepi kan,Mas ? Nanti taqutnya pas neak lagi gituan,ada orang.”,tanyanya.
“Sepi kok. Nanti sore baru pada pulang. Jadi tenang aja,Mbak.”,jawabku.

Mbak Riyani mulai melepas rok panjang yg dipakainya. Lalu celana dalam berwarna biru muda yg
dikenakannya pun ikut dipelorotkannya. Ditaruhnya di tepi ranjang.

“Mbak,diemut lagi ya. Biar makin tegang dulu.”,pintaqu.

Mbak Riyani mengangguk pelan sambil tersenyum. Kemudian ia mulai menghisap kemaluanku
kembali. Posisi masih sama seperti tadi. IA bersimpuh disisi kiriku dgn kepala menghadap
kekemaluanku dan selangkangannya menghadap kearahku. Mbak Riyani membuka kedua pahanya.
Nampaklah kemaluan yg daritadi belum kulihat ini. Jembinya tak lebat. Rapi. Dan kemaluannya itu
tak berwarna hitam atau gelap. Malah bisa kubilang bersih. Aqupun mengarahkan tanganku ke
kemaluan Mbak Riyani. Kuleus-elus bibir kemaluannya. Sesekali kumainkan klitorisnya yg tampak
menegang itu. Dan kumasukkan jariku kedalam lubang kemaluannya. Keluar-masuk kugerakkan
jariku sampai kemaluan Mbak Riyani mulai basah. Dan itu membuatnya mendesah. Kali ini
desahannya lebih kencang dari pertama.

“Aghhh…Ya..Mas…Teruuss….Mppphh….”,rintihnya sembari mengemut kemaluanku.
Dua jari kumasukkan kedalam lubang itu. Mbak Riyani semakin merintih.
“Oghhh…Masss…Teruuss…Mas…aghhh…”,erangnya.

Aqu terus memainkan jariku di area kemaluan Mbak Riyani. Mbak Riyani tampak sibuk menghisap
kemaluanku sambil sesekali mendesah. Kemaluanku sudah mengeras,begitu juga kemaluan Mbak
Riyani yg sudah basah.

“Sekarang aja,Mbak.”,ajakku.

Mbak Riyani menyudahi hisapannya,lalu segera beranjak untuk duduk di atasku. Ia menduduki
selangkanganku. Perlahan digenggamnya batang kemaluanku dan dimasukkannya kedalam
kemaluannya. Dgn sedikit tekanan,akhirnya kemaluanku terbenam didalam kemaluan Mbak Riyani.
Kemaluan Mbak Riyani walaupun basah namun terasa peret. Perlahan,Mbak Riyani mulai bergerak
menggoyg tubuhku.

“Aghh…Aghhh….”,rintihnya sembari bergoyg naik-turun.

Buah dadanya terlihat mengikut gerakan tubuhnya. Kuraih buah dada itu dan kuremas-remas.
Sesekali kumainkan putingnya yg menegang.Mbak Riyani terus bergoyg,bahkan gerakannya sesekali
memutar pinggulnya.

“Ohh…ya..Mbak…Teruss..Mbak…”,rintihku.

Kuangkat tubuh bagian atasku,sampai posisi Mbak Riyani kini kupangku. Sembari menikmati goygan
Mbak Riyani,aqu menghisap puting buah dadanya. Kujilati dgn penuh nafsu. Mbak Riyani
melingkarkan tangannya di pundakku.

“Oghhh…Ya..Masss….Enaak..Mass…Aghhh…”,erangnya.

Beberapa menit berselang,kuminta Mbak Riyani untuk nungging. Ia pun menuruti. Sesudah
nungging,aqu pun mulai menancapkan kemaluanku kedalam kemaluannya dari
belakang.“Ughhh….”,rintihnya kala kemaluanku membelah kemaluannya.

Aqu mulai bergerak maju-mundur dgn pelan. Sesekali kucoba untuk menepuk pelan bokong Mbak
Riyani yg besar dan bulat itu.

“Aghh…Teruuss…Masss…Aghhh….Lebihh..cepaat…Masss…”,rintihnya.Kupercepat gerakanku.
Tanganku berpegangan di pinggulnya. Dan tak lama kemudian.“Mass…Aqu
keluaarr..Mass…Aghh….Aghhhhh…”,erangnya.Kepala Mbak Riyani tak lagi mendingak
keatas,melainkan kebawah. Tubuhnya menggelinjang kecil. Jarinya tampak meremas bantal.
Rupanya Mbak Riyani orgasme. Terasa sekali waktu orgasme itu,kemaluan Mbak Riyani seperti
mencengkeram kemaluanku dan memijat-mijatnya. Jadi kuhentikan gerakanku sejenak. Sesudah
orgasme nya terlihat mereda,aqu kembali bergerak. Mbak Riyani tetap saja mendesah tak
karuan.“Mppphh….Mpphhh…Mas….Ohh….”,erangnya.Aqu terus menusuk kemaluan Mbak Riyani
dgn kemaluanku. Buah dadanya menggantung bebas dan bergerak seirama dgn gerakan tubuhnya
saat kugenjot. Cukup lama dgn doggy,kuminta Mbak Riyani untuk terlentang. Mbak Riyani segera
membalikkan tubuh dan berbaring terlentang. OA membuka kedua pahanya. Tampak sekali
kemaluan itu memerah dan basah. Klitorisnya menegang. Kugesek-gesekkan perlahan kepala
kemaluanku dibibir kemaluannya. Lalu kumasukkan perlahan. Kutekan kemaluanku semakin dalam.
Mbak Riyani tampak memejamkan matanya.

Kemudian aqu memompa kemaluanku didalam kemaluan Mbak Riyani. Aqu bergerak maju-mundur.
Kutaruh kedua kaki Mbak Riyani bertumpu pada kedua bahuku. Kugoyg tubuh sintal itu dgn cepat.
“Aghhh…Aghhh..Teruss…Masss….Ahhh….”,rintihnya dgn mata terpejam.Lalu kuturunkan
kakinya,dan kemudian dilingkarkannya di pinggangku. Seakan membantuku mendorongkan
kemaluanku kedalam kemaluannya. Tangannya menggenggam lenganku. Sesekali,kujilati puting
buah dadanya. Dan beberapa menit kemudian..“Teruuss,,,Mass…Aghhh…Aqu mau…keluaar
lagiiihh…Aghhh…Masss…”,erangnya dgn keras.

Dan benar saja,beberapa detik kedepan,Mbak Riyani orgasme. Matanya terpejam dgn mulut
mengeluarkan rintihan panjang. Kakinya menekan pinggangku sampai gerakanku terhenti.
Tangannya mencengkeram lenganku.
“Ooghhh…Oghh…Mppphhh…..”,erangnya menikmati orgasme.Tak sampai semenit aqu kembali
menggenjot tubuh Mbak Riyani. Ia masih saja
merintih.“Enak,Mbak?”,tanyaqu.“Iya..Mass..Ahh….”,jawabnya sembari merintih pelan.“Nanti
dikeluarin dimana,Mbak? Di mulut lagi?”,tanyaqu.“Didalem aja,Mas. Nggak apa-apa.”,jawabnya.

Kuhentikan gerakanku.“Nggak taqut hamil,Mbak? Ini nggak ada perjanjian tanggung jawab
lho,Mbak. Aku kan bayar.”,balasku.

“Iya,Mas,Aku tahu…Tenang saja. Aku biasa minum jamu kok.”,jawabnya sambil tersenyum.

Mendengar itu aqu jadi lega. Dan aqu kembali menggoyg tubuh bahenol Mbak Riyani.Kumainkan
puting buah dadanya dgn lidahku. Sesekali kuhisap sambil aqu terus mengoyg
selangkangannya.“Mass…suka netek ke aku,ya..?”,tanyanya.

“Iya,Mbak. Teteknya bikin gemes.”,jawabku.Aqu terus menggenjot Mbak Riyani sampai beberapa
menit kemudian.

“Mbak…Aqu mau..keluar…ohh….ohhh…”,rintihku.
“Keluariin…Mass…Aghhh…Aghhh….Mppphh…..Ahh…”,erangnya.

Dan benar saja,kupercepat gerakanku…CROOTT…CROOT…CROOOT…CROTT…Tumpahlah cairan
kentalku didalam kemaluan Mbak Riyani. Kutekan kemaluanku lebih dalam. Aqu bersimpuh ditubuh
Mbak Riyani,sambil menghisap puting buah dadanya. Sedangkan Mbak Riyani mendesah pelan
menikmati setiap semburan air maniqu yg menghangatkan kemaluannya.Lalu,kucabut
kemaluanku.“Sini,Mas…Aku emut.”,ujarnya.

Kusodorkan kemaluanku kemulut Mbak Riyani. Dan segera dijilati dan dihisapnya kemaluanku. Aqu
merasa kegelian dan nikmat sekali.

Sesudah selesai membersihkan onderdil,Mbak Riyani berpakaian kembali. Aqu juga kembali
mengenakan kolorku. Ia meminta istirahat sejenak. Dan kembali memijatku selama 15 menit. Servis
Mbak Riyani ini memang special menurutku. Baygkan,habis Bj,trus exe,masih mau mijat. Sesudah
kurasa cukup,aqu yg tadinya membayarkan uang sebesar 150rb untuk Mbak Riyani,kini
kutambahkan 50rb lagi sebagai tips. 200rb untuk BJ dan exe 2x crot ya…murahlah.Kami berbincang
sejenak sebelum Mbak Riyani kuantar pulang. “Mbak,kapan-kapan kalau aku mau pijat lagi aku
hubungi Mbak saja ya.”,kataqu.

“Oya,Mas. Boleh. Kapan saja. Namun kalau yg main seperti tadi,aku juga siap Mas kecuali pas lagi
tanggal merah,aku Cuma bisa pakai mulut saja.”,jawabnya.“Oke,Mbak. Namun bener lho,Mbak. Tadi
itu enak sekali main sama Mbak.”,ujarku.

“Aku juga,Mas. Aku puas sekali tadi. Malah pengennya nambah lagi. Namun waktunya yg nggak
pas.”,ujarnya.
“Ohh..kalau mau nambah lagi,ya boleh. Kapan?’,tanyaqu.
“Ya…kapan aja Mas panggil aku. Namun aku maunya jangan sampai orang2 tahu ya,Mas. Aku soanya
maunya cuma sama Mas saja ngasih bonusnya. Soalnya selama mijat,baru sama Mas saja aku
ngelaquin kayak tadi.”jelasnya.
“Iya,Mbak. Nanti kalo ada waktu aku panggil lagi. Namun bukan mijit aja ya,Mbak.”,candaqu.

Mbak Riyani tersenyum. Hari beranjak mulai sore,dan segera kuantarkan Mbak Riyani pulang.
Rumahnya tak terlalu jauh dari rumahku.

Benar-benar pemijat yg ahli. Ahli dalam membuat pelanggan puas. Puas dgn cara yg beda. 200rb
untuk servis spt itu ? Wahh…beruntung sekali…
Sepertinya bakal lebih sering untuk “pijat” nih….

0 comments:

Dikemaluanku Ada Sedikit Bercak-bercak Darah Karena Luka Selaputku Robek

Dikemaluanku Ada Sedikit Bercak-bercak Darah Karena Luka Selaputku Robek


Layangmu wes tak tompo wingi kui. Wes tak woco opo karepe atimu. Trenyuh ati iki moco tulisanmua, cah ayu entenono tekaku.

Sebut saja nama aku Pristy (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.

Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.

Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengPrisahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.

Suatu hari sPriselah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.

Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Mujiono (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang,

“Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
aku menjawab,
“Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.
“Iya, nanti jam sPrisengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”. aku dan teman-teman mengajak,
“Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia sPrisuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”! aku dan teman-teman bilang,
“Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, bPrisuu..uul. SPrisujuu..”.
Ketika Pak Mujiono mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Pristy, langsung deh, dekPris-dekPris, jangan mau Pak”. Pak Mujiono menjawab,
“Ah! Ya, ndak apa-apa”.

Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Mujiono tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.

“Sorry, ya Pak”.

Penjaga Server dan Teknisi Komputermenjawab,

“That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Mujiono.

Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Mujiono dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Mujiono, dia baru selesai mandi dan kagPris melihat kedatanganku.

“Eeeh, kamu Pris. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”. aku menjawab,

“Ah, nggak iseng aja Kata Nyoman Manusia Terkuat . Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.

Lalu dia mengajak masuk ke dalam,

“Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pake baju dulu”. Memang tampak Pak Mujiono hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. aku sekedar menjelaskan,

“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi bangPris Pak, rumahnya”. Dia tersenyum,
“Saya kost di sini. Sendirian.”

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Mujiono tanya,
“Udah laper, Pris?”. aku jawab,
“Lumayan, Pak”. Lalu dia berdiri dari duduknya,
“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”. Langsung kujawab,
“Ok-ok aja, Pak.”.

Sewaktu Pak Mujiono pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Mujiono pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah dewasa dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati kemaluan cewek dan cewek sedang mengisap kemaluan cowok yang besar, panjang dan kekar.

Tidak disangka-sangka suara Pak Mujiono tiba-tiba terdengar di belakangku,

“Lho!! Ngapain di situ, Pris. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap,
“Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”. Pak Mujiono hanya tersenyum saja,
“Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.

Syukurlah Pak Mujiono tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera. Pada saat makan aku bertanya,
“Koleksi bacaannya banyak bangPris Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”. Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya,
“Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”. Lalu aku memancing,
“Kok, tadi ada yang begituan”. Dia bertanya lagi,
“Yang begituan yang mana”. aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum,
“Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”. Kemudian dia tertawa,
“Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Mujiono menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri,

“Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”. akupun langsung beranjak ke sana. aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah dewasa yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Mujiono bertanya lagi,

“Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Mujiono dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh kemaluanku. aku ingin merintih tetapi kutahan.

Pak Mujiono bertanya lagi,

“Sakit, Pris”. aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Mujiono semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. aku hanya bisa mendesah

”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.

Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Mujiono pun naik dan bertanya.

“Enak, Pris?”

“Lumayan, Pak”.

Tanpa bertanya lagi langsung Pak Mujiono mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kemaluan yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Mujiono berhenti merangsangku dan mengambil majalah dewasa yang masih tergelPrisak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

“Boleh saya seperti ini, Pris?”.aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Mujiono menganggap aku sPrisuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan kemaluanku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan kemaluanku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam kemaluannya dan mengarahkan ke kemaluanku.

Kelihatan Pak Mujiono agak susah untuk memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar kemaluanku masih kaku. Pak Mujiono memperingatkan,

“Tahan sakitnya, ya, Pris”. aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan,

“Akhh.., bukan main perihnya ketika batang kemaluan Pak Mujiono sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Mujiono tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kemaluannya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di kemaluanku.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kemaluan Pak Mujiono mengocok kemaluanku. aku terengah-engah,

“Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Mujiono semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kemaluan Pak Mujiono semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam kemaluanku menggeliat-geliat dan berputar-putar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Mujiono kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Mujiono semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kemaluannya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Mujiono agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam kemaluanku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kemaluannya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.

SPriselah semuanya tenang dia bertanya padaku,

“Gimana, Pris? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”. Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih,
“tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”. Dia berkata lagi,
“Sama, saya juga”.

Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Mujiono juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Mujiono dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Mujiono hanya menggunakan handuk dan berkata

“Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.

Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tPrisap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Mujiono masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Mujiono menyabuni kemaluanku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan kemaluannya yang perkasa itu.

SPriselah semua selesai, Pak Mujiono membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Mujiono memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi kPrisahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Mujiono untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tPrisap menikmati genjotan Pak Mujiono walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Mujiono menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan kemaluan guru bahasa Inggrisku itu.

0 comments: