Cerita Seks Di Padang Golf


Aqu bekerja disebuah perusahaan dibagian pembelian. Tugasku ya ngurusin semua pembelian yg dilaqukan kantor, termasuk kontak suppliernya. Bosku ingin menservis beberapa pejabat yg suka banget maen golf, makanya aqu usulin untuk buatkan membership padang golf aja selama setahun.
Bos setuju, dan dia suruh aqu nyari padang golf mana yg bonafid dan gak terlalu mahal membership
feenya.

Setelah survei kesana kemari, akhirnya aqu kontak salah satu padang golf yg cukup punya nama, dan
minta untuk ngirim marketingnya untuk diskusi ma aqu. Pada waktu yg telah ditentukan, datanglah
seorang perempuan muda yg cantik dan sexy, dari padang golf yg kutelpon. Dia mengenakan
pantalon dan blazer yg tak bisa menyembunyikan kemontokan buah dadanya. Aqu tak dapat
menyembunyikan kekagumanku pada perempuan tersebut, Meydita namanya.

Mataqu jelalatan menelusuri tubuh sexynya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandanganku
fokus ke arah buah dadanya yg montok. Kelihatan Meydita mengerti apa yg kuinginkan. Dibukanya
kancing blazernya dgn alasan panas, sehingga terlihatlah belahan buah dadanya mengintip dari balik
tank topnya yg belahan dadanya rendah.

Pembicaraan mengalir cepat, karena dia telah dibekali dgn kebijakan mengenai harga dan lain-lain,
maka dia bisa menjawab semua pertanyaan yg kuajukan. Dia membuat janji lagi untuk membawa
proposal yg berisikan perjanjian-perjanjian lisan yg telah disepakati. Aqu melahap tubuhnya dgn
pandangan yg penuh napsu.

Pada hari yg dijanjikan, aqu menelponnya mengatakan bahwa penanda- tangananproposal akan
dilaqukan di apartemen kantor saat makan siang. Aqu juga mengelola
beberapa apartment yg disewa kantor untuk tamu-tamu VIP. Kebetulan adaapartment yg sedang tak
digunakan, makanya aqu mengundang Meydita untuk keapartment tersebut. Terus terang aqu telah
sangat tergiur dgn kemolekan tubuhnya. Meydita tiba tepat pada waktunya. Aqu menyambutnya
dgn mata berbinar-binar, saat itu dia menggunakan pakaian yg sama jenisnya dgn ketika ketemu
pertama kali di kantor. Aqu santai saja, dasi telah kulepas, tangan baju juga telah kugulung. Aqu
mengajaknya langsung ke meja makan dan menyantap makanan yg telah kusiapkan sembari ngobrol
ke sana kemari. Akhirnya obrolan menjurus kearah yg aqu inginkan.

“Meydita, kamu cantik sekali, sexy lagi”, rayuku. “Kalau proposal ditandatangani
, saya dapet bonus apa?”.
“Bapak maunya apa?”, tantangnya.
“Maunya Meydita, boleh gak”, kataqu to the point.
“Maksudnya ditemani Meydita, gitu pak”, jawabnya sembari tersenyum.
“Iya Meydita nemenin saya di apartment ini, mau gak”, kataqu menjelaskan.
“Siapa taqut”, jawabnya.
“Tetetapi bapak tandatangani dulu ya persetujuan proposal ini”, jawabnya.

Segera proposalnya kutandatangani, memang aqu diberi wewenang untuk menandatangani
proposal ini dan kuberikan padanya. Dia tersenyum melihat proposalyg telah kutandatangani,
mungkin nilainya melebihi target penjualannya untuk bulan ini.

“Jangan panggil pak, aqu kan belum tua, panggil mas aja. Aqu mau mandi dulu ya, gerah, Meydita
mau mandi bareng?” tanyaqu menggoda. Dia hanya tersenyum, aqu menghilang ke kamar mandi.
Tak lama kemudian aqu keluar hanya dgn mengenakan celana pendek dan T shirt saja, santai.

“Giliranmu, di balik pintu ada kimono baru, pake aja, biar lebih relax ”, katanya sembari tersenyum.

Dia menghilang ke kamar mandi, tak lama kemudian dia keluar dgn hanya mengenakan kimono dari
bahan handuk. Aqu terpana memandangnya, kimono itu pendek hanya 15 cm diatas lutut. Paha dan
betis menjadi terlihat, tersingkap ketika dia melangkah. Kimononya melekat erat di tubuhnya,
sehingga bokongnya yg besar, pinggangnya yg ramping dan buah dadanya yg membusung tercetak
dgn jelas.Kimono itu tak diikatkan sempurna sehingga belahan buah dadanya menyembul di belahan
baju.Aqu duduk di sofa dan Meydita langsung duduk disebelahku, merapat ketubuhku. Tanganku
segera merangkul pundaknya.

“Meydita, kamu cantik dan seksi sekali”, kataqu sembari mencium pipinya.
“Ih, mas genit”, jawabnya manja.

Aqu mulai mengelus pahanya yg terbuka, kusingkapkan kimononya. Tanganku dibiarkannya
mengelus makin ke atas dan berhenti di pangkal pahanya, kimono yg dipakainya makin tersingkap,
dia sengaja merengangkan pahanya sehingga aqu dapat melihat CD minimnya yg tipis, rambut
kemaluannya yg lebat menyeruak di kiri dan kanan CD serta sedikit dibagian atas CDnya.

“Rambut kemaluan kamu lebat ya Meydita, napsu kamu pasti besar ya. Aqu suka ngentot dgn
perempuan yg rambut kemaluannya lebat”, kataqu dgn napas memburu.

“Kenapa begitu mas?’ tanyanya.
“Kalo perempuan rambut kemaluannya lebat, minta nambah terus kalo dientot, binal dan gak puas-
puas”, jawabku.
“Itu bukan binal mas, tetetapi menikmati”, jawabnya.
“Itu telah tau, kok tadi nanya”.

Meydita hanya tersenyum saja. Jariku mulai mengelus pangkal pahanya dan daerah kemaluannya.
Dia menggeliat, geli. Aqu bangkit dan berlutut didepannya. Pahanya kuciumi bergantian, sembari
kuremas-remas. Paha terbuka makin lebar sehingga aqu makin mudah mengakses daerah
kemaluannya. Aqu jadi makin beringas, tali kimononya kuurai dan kimononya kulepas.

“Wow, Meydita, kamu merangsang sekali”, kataqu sembari memandangi tubuhnya yg hanya
berbalut bra dan CD.
“Kita teruskan diranjang yuk”, aqu tarik dia bangun dan kugandeng ke kamar.

Dia merebahkan diri di ranjang, setelah kimononya kulepaskan. Aqu langsung memeluknya. Kuciumi
buah dadanya sembari kuremas-remas. Karena terhalang bra, tak lama branya kulepas. Aqu semakin
semangat, kuciumi buah dadanya. Pentilnya kuemut, kugencet dgn gigi dan lidahku. Makin lama
makin kuat emutanku dan makin luas daerah buah dadanya yg kuemut. Napsunya juga telah
berkobar-kobar. Aqu membenamkan wajahku di belahan buah dadanya, kemudian bergerak ke
bawah pelan-pelan mengarah ke perut. Pusernya kujilati. Dia menggelinjang karena kegelian.
Napsuku makin berkobar saja. Aqu memeluk pinggulnya dgn gemas, kecupanku terus turun ke arah
CDnya, aqu menjilati rambut kemaluan yg keluar dari samping CDnya, kemudian kucium daerah
kemaluannya dgn kuat. CDnya telah basah sepertinya karena napsunya yg telah berkobar.
“Kamu udah napsu ya Meydita, CD kamu telah basah begini”, kataqu sembari tersenyum.
Aqu senang bisa merangsang napsunya sehingga dia tampak pasrah saja dgn tindakanku.
Aqu bangkit dan melepaskan semua yg melekat ditubuhku. Kemaluanku telah ngaceng dgn keras,
lumayan besar dan panjang. Aqu menjepitkan kemaluanku di belahan buah dadanya, dan kugerakkan
maju mundur. Dia membantu dgn mengepitkan kedua buah dadanya menjepit kemaluanku. Lama-lama
gerakan maju mundurku makin cepat, aqu jadi merem melek keenakan,

“Baru dijepit buah dada aja udah nikmat Meydita, apalagi kalo dijepit kemaluan kamu ya”.
Napasnya juga telah memburu, selama ini dia menahan saja napsunya dan membiarkan aqu
menggeluti sekujur tubuhnya.
“Meydita, enak banget deh”, kataqu tersengal-sengal.

Kemudian aqu berhenti, kemaluan kugesek-gesekkan di buah dadanya sembari terus meremas-
remasnya. Gesekan kemaluanku terus kearah perut, sesekali digesekkan ke lubang pusarnya.
Kembali dia menggelinjang kegelian.

Akhirnya, aqu melepas CDnya. Rambut kemaluannya yg lebat menutupi sekitar kemaluannya. Aqu
mengangkangkan pahanya makin lebar. Rambut kemaluannya kusingkap dan terlihatlah
kemaluannya yg telah basah sekali. Aqu menggenggam kemaluanku dan kugesek-gesekkan ke
rambut kemaluannya, kemudian kuarahkan ke kemaluannya. Kemaluanku yg keras dan besar
menyeruak diantara bibir kemaluannya.

“Mas, gede banget kemaluanmu, masukin semua mas, Meydita udah pengen dientot”, rengeknya.

Aqu menggetarkan kemaluanku sembari kumasukkan sedikit demi sedikit ke kemaluannya. Sekarang
kepalanya telah terjepit di kemaluannya. Dia menjadi belingsatan karena lambatnya proses
memasukkan kemaluanku, padahal dia udah pengen dienjot keluar masuk dgn keras.

“Ayo dong mas, masukin semua, enjot mas, Meydita udah gak tahan nih”, kembali dia merengek
minta dienjot.

Aqu hanya tersenyum saja. Pelan tetetapi pasti kemaluanku ambles ke dalam kemaluannya, telah masuk
separo. Dia menggerakkan otot kemaluannya meremas-remas kemaluanku, aqu terpancing untuk
menancapkan kemaluanku semuanya ke dalam kemaluannya.

“Duh mas, nikmatnya, kemaluan mas udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget. Kemaluan
Meydita sampe sesek rasanya”, katanya.
“Tetetapi enakkan”, jawabku.
“Enak banget mas, sekarang dienjot yg keras mas, biar tambah nikmat”, katanya lagi.

Masih dgn pelan-pelan aqu mengenjotkan kemaluanku keluar masuk. Sewaktu keluar, yg tersisa di
kemaluannya hanya tinggal kepalanya saja, kemudian kuenjotkan ke dalam sekaligus sehingga
nancap di bagian kemaluannya yg paling dalam.

“Enak mas, kalo dienjot seperti itu, yg cepat mas”, rengeknya lagi sembari terus mengejang-
gejangkan otot kemaluannya.
Aqu pun menjadi belingsatan karena remasan otot kemaluannya sehingga enjotanku menjadi makin
cepat dan makin keras.
“Gitu mas, aduh enak banget deh mas, terus mas, terasa banget gesekan kemaluan mas ke
kemaluan Meydita, nancepnya dalem banget lagi, terus mas, yg cepat”, katanya terengah- engah
keenakan.

Aqu mempercepat enjotan kemaluanku, caranya masih sama, kutarik tinggal kepalanya saja dan
terus kuenjotkan kembali ke dalam dgn keras. itu membuat dia menjadi liar, bokongnya
menggelinjang saking nikmatnya dan dia terus merintih kenikmatan sampai akhirnya dia tak dapat
menahan lebih lama.
“Mas, Meydita nyampe mas”, jeritnya.

Aqu masih bertahan juga dgn terus mengenjotkan kemaluanku keluar masuk dgn cara tadi. Nikmat
sekali rasanya. Sampe akhirnya, aqu menarik kemaluanku keluar dari kemaluannya. Kembali aqu
menggeser dan menjepitkan kemaluanku yg berlumuran dgn lendir dari kemaluannya di buah
dadanya. Dia menjepit kemaluanku dgn buah dadanya dan aqu menggerakkan maju mundur. Karena
panjangnya, ketika aqu mendorong kemaluanku maju, kepalanya menyelip ke dalam mulutnya,
diemut sebentar sebelum aqu memundurkan kon tolku lagi, berulang-ulang.

“Meydita, nikmat banget, aqu mau ngecret dimulutmu ya Meydita”, kataqu sembari terus memaju
mundurkan kemaluanku.
“Kenapa gak Meyditagecretin di kemaluanku aja mas, aqu lagi gak subur kok”, jawabnya.
“Nanti ronde kedua”, jawabku sembari dgn cepet memaju mundurkan kemaluanku.

Buah dadanya makin keras dijepitkan ke kemaluanku. Akhirnya aqu mendorong kemaluanku masuk
ke mulutnya, segera diemutnya dgn keras.

“Meydita, aqu ngecret Meydita”, teriakku sembari mengecretkan pejuku kedalam mulutnya.

Dia segera menggenggam kemaluanku dgn tangannya, dikocok pelan sembari terus mengemut
kepalanya. Pejuku nyemprot beberapa kali sampe habis, banyak banget ngecretnya sampe meleleh
keluar dari mulutnya. Dia menelan pejuku tanpa merasa jijik.

”Aduh Meydita, nikmat banget ya ngentot sama kamu. Kamu nikmat kan”, kataqu terengah”.
“Nikmat mas, Meydita mau lagi dientot”, jawabnya lemes.
Setelah nafsuku menurun, kemaluanku mengecil.
“Mas, lemes aja kemaluannya udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget”, katanya.
“Tetetapi kamu suka kan”, jawabku.
“Suka banget mas. Meydita suka kalo dientot kemaluan yg besar panjang seperti punya mas”.
“Kamu udah sering dientot ya Meydita, kayaknya kamu udah pengalaman”.
“Meydita cuma sering dientot kekasih Meydita aja mas, kemaluannya gak segede kemaluan mas,
dientot mas jauh lebih nikmat”, jawabnya memuji.

Aqu memeluknya dan mencium pipinya.
“Kita istirahat dulu ya Meydita, kalo udah seger kita ngentot lagi”, karena lemes abis ngen tot diapun
tertidur dipelukanku. Cukup lama Meydita tertidur. Ketika dia bangun, hari telah gelap. Dia keluar
dari kamar, masih bertelanjang bulat.
“Kamu tidur nyenyak sekali, cape ya. Kamu mau makan apa. Bisa delivery kok”, kataqu.
“Terserah mas aja”, jawabnya. “Meydita mandi dulu ya mas”.

Dia kembali ke kamar mandi, aqu memesan pizza dari restoran yg ada di lobby apartment. Selesai
mandi, dia mengenakan bra dan CD yg lain lagi, tetetapi tetep minim dan sexy. Rupanya dia membawa
beberapa CD dan bra yg minim dan sexy. Terdengar bunyi bel, pesananan makanan dateng.

“Kok cepet mas”, tanyanya.
“Aqu pesen pizza, di lobby bawah kan ada counternya. Kamu suka kan pizza”, jawabku.
“Kalo lagi laper, apa aja doyan kok mas, apalagi yg gede, panjang dan keras banget”, katanya
menggoda.
“Kamu merangsang banget Meydita,

memangnya daleman kamu seksi semua kaya begini ya. Asik dong kekasih kamu. Tetetapi ngeliat
caranya kamu ngempot, kamu gak cuma ngentot dgn kekasih kamu deh”, jawabku.

“Biar mas napsu terus, makanya Meydita sengaja bawa beberapa daleman yg seksi begini”,
jawabnya sembari mengambil sepotong pizza.
Sembari makan, kita ngobrol ngalor ngidul.
“Mas kok tinggal sendiri, gak punya istri atau udah dicere”, tanyaqu.
“Belum punya istri kok. Meydita mau tinggal sama aqu, tetetapi gak boleh ngentot dgn kekasih lain”,
jawabku.

Dia tak menjawab pertanyaanku, malah bertanya lagi.
“Memangnya mas gak punya perempuan?”
“Dulu punya, tetetapi kawin sama kekasih lain”, jawabku.
“Kenapa?” tanyanya lagi.
“Soalnya kalo pacaran aqu selalu ngajakin ngentot dan dia gak mau”, jawabku terus terang.
“Gak pernah ketemu sama perempuan itu lagi”, lanjutnya bertanya.
“Pernah, beberapa waktu yg lalu aqu ketemu dia di Ancol”, jawabku.
“Terus, mas ajak ngentot lagi”, sambungnya.
“Ya iya lah, rupanya dia gak puas dgn suaminya sehingga mau aja aqu entotin”, jawabku.
“Wah asik dong, berapa kali mas”, tanyanya lagi.
“Sampe 4 kali, sampe dia lemes banget”, jawabku.
“Wah mas kuat banget, Meydita dientot 4 kali juga ya mas”, rengeknya.

“Iya sekarang abisin dulu pizzanya. Kamu bener cuma ngentot sama kekasih kamu”, gantian aqu yg
menginterogasinya.
“Enggak juga sih mas”, jawabnya.
“Terus sama siapa. Om om?” tanyaqu lagi.
“Iya mas, dikenalin sama temen, keterusan deh sampe sekarang”, jawabnya terus terang.
“Banyak dong koleksi om om nya”, lanjutku.
“Gak kok mas, Meydita cuma main sama 3 om aja, itu-itu terus”, jawabnya lagi.
“Pantes empotan kemaluan kamu kenceng banget, telah terlatih ya”, kataqu,
“Aqu mandi dulu ya”, aqu masuk kamar mandi.

Dia duduk disofa sembari nonton TV. Gak lama kemudian aqu keluar dari kamar mandi hanya
mengenakan celana pendek. Aqu duduk disampingnya dan memeluknya.

“Gak Meyditagin Meydita cuma pake daleman”, tanyaqu.
“Kan ada mas yg ngangetin”, jawabnya manja.

Aqu mempererat rangkulanku pada bahunya. Bibirnya segera kulumat dgn penuh napsu. Dia
meladeni ciumanku dgn penuh napsu juga, napsuku telah mulai bangkit lagi. Aqu makin erat
memeluknya, tangan kiriku meremas pinggangnya. Kemudian ciumanku beralih ke lehernya.

“Geli mas”, katanya sembari menengadahkan kepala sehingga aqu makin leluasa menciumi lehernya.

Tangan kananku mulai meremas buah dadanya yg masih dibungkus dgn bra, tak lama kemudian bra
kulepaskan sehingga aqu lebih leluasa meremas buah dada dan memlintir pentilnya. Pentilnya telah
menegang dgn keras, napsunya makin memuncak. Puas dgn lehernya, aqu turun lagi ke belahan
buah dadanya, kedua buah dadanya kuremas-remas. Aqu menciumi belahan buah dadanya,
kemudian ciumanku merembet ke pentilnya dan kuemut dgn gemas, sementara tanganku masih
terus meremas-remas buah dadanya.

“Geli mas”, erangnya keenakan.

Emutanku makin keras, dan remasanku juga makin kuat. Pentil yg satu kuplintir dgn jempol dan
telunjuk.

“Mas, geli”, rengeknya lagi.

Tetetapi aqu tak mempedulikannya, terus saja dgn kuremas dan kuplintir. Napsunya telah
memuncak, dia menggeliat-geliat keenakan, kemaluannya telah basah dgn sendirinya dan menyerap
di CD tipisnya. Dia tak mau kalah. kemaluanku diremasnya dari luar celana pendekku. Telah ngaceng,
keras sekali. Celana pendekku dilepasnya dan kemaluanku langsung tegak, besar, panjang dan keras
sekali.

“Mas gedenya, pantes kalo telah masuk kemaluan Meydita jadi sesek banget rasanya”, katanya
sembari meremas-remas kemaluanku.
“Mas, terusin diranjang yuk”, ajaknya.
“Udah napsu ya Meydita”, jawabku sembari bangkit ke kamar bersamanya.

Di kamar aqu memeluknya dari belakang, sembari menciumi lehernya dan telinganya sampai dia
menggelinjang kegelian, buah dadanya kembali kuremas- remas. Kemaluanku keras menekan
bokongnya. Segera, CDnya kupelorotin dan dia kutarik ke ranjang. Aqu berbaring disebelahnya yg
telah telentang. Kembali jempol dan telunjukku memlintir-mlintir pentilnya yg telah mengeras
karena napsu sembari menciumi lehernya lagi. Dia menjadi menggeliat-geliat kegelian. Ciuman
kemudian kupindah ke bibirnya, kulumatnya bibirnya dgn penuh napsu. Dia menyambut ciumanku
dgn tak kalah napsunya. Aqu menindihnya, kucium kembali ke lehernya, kemaluanku yg keras
menggesek-gesek pahanya. Puas dgn leher, aqu kembali menyerang buah dadanya. Aqu menciumi
belahan buah dadanya dan kemudian mengemut pentilnya. Pentilnya kukulum- kulum dan
kumainkan dgn lidah.

“Mas, geli”, katanya melenguh, tetetapi aqu tak perduli.

Aqu terus saja mengulum pentilnya yg mengeras sembari meremas buah dadanya. Aqu
melaqukannya bergantian antara buah dada kiri dan kanan sementara kemaluan terus saja kugesek-
gesekkan ke pahanya, dia mengangkangkan pahanya. Aqu kembali menciumi lehernya dan
mengarahkan kepala kemaluanku ke kemaluannya. Kuputar- putar kepala kemaluanku dirambut
kemaluannya yg lebat. Dia telah gak tahan, segera diraihnya kemaluanku sembari mengangkangkan
pahanya lebih lebar lagi.

“Mas, gedenya, keras banget”, katanya mengarahkan kepala kemaluanku ke kemaluannya.
Aqu pun menggetarkan kemaluanku

sehingga kepalanya mulai menyelinap masuk ke kemaluannya. Kepalanya telah terbenam di dalam
kemaluannya. Terasa kemaluanku yg besar mulai mengisi kemaluannya pelan- pelan, nikmat banget
rasanya.

“Terus masukin mas, enak banget deh”, erangnya keenakan.
Tetetapi aqu menghentikan gerakan kemaluanku, hanya kugerakkan pelan-pelan, sehingga hanya
kepalanya saja yg menancap.
“Mas terusin dong, masukin semuanya mas biar sesek kemaluan
Meydita, ayo dong mas”, protesnya.

Tetetapi aqu tetep melaqukan hal yg sama sembari menciumi keteknya.
“Geli, mas, ayo dong dimasukin semua kemaluannya mas”, rengeknya terus.
Tiba-tiba aqu menghentakkan kemaluanku dgn keras sehingga kemaluanku meluncur ke dalam
kemaluannya, amblas semuanya.
“Akh, mas” erangnya kaget.

Aqu diam sesaat, membiarkan kemaluanku yg besar dan panjang itu menancap semuanya di
kemaluannya. Kemudian mulailah kuenjot, mula-mula perlahan, makin lama makin cepat
kemaluanku keluar masuk kemaluannya.

“Enak Meydita”, tanyaqu sembari terus mengenjot kemaluannya.
”Enak banget mas, kemaluan mas kan besar, panjang dan keras banget. Kemaluan Meydita sesek
rasanya keisi kemaluan mas. Gesekannya terasa banget di kemaluan Meydita. Mau deh Meydita
tinggal sama mas, asal Meydita dientot tiap malem”, jawabnya.

“Bener nih”, kataqu dgn penuh semangat terus mengenjotkan kemaluanku keluar masuk.

Kemudian aqu merubah posisi tanpa mencabut kemaluanku dari kemaluannya. Kakinya kuangkat
satu keatas dan aqu merebahkan diri miring. Enjotan kemaluan terus kulaqukan, dgn posisi itu terasa
kemaluanku masuk lebih dalem lagi dan gesekannya lebih hebat lagi ke kemaluannya. Aqu terus
mengenjotkan kemaluanku, sementara kedua buah dadanya kuremas-remas bergantian. Pentilnya
juga kuplintir-plintir perlahan. Nikmat banget rasanya ngentot seperti itu.

“Enak mas”, erangnya.
Enjotanku makin lama makin cepet dan keras.
“Terus mas, enak banget”, erangnya untuk kesekian kalinya.
“Mas nikmat gak?” tanyanya.

“Enak banget Meydita, empotan kemaluanmu kerasa sekali, kemaluanku serasa diremes dan diisep,
lebih nikmat dari emutan mulutmu”, jawabku sembari terus mengenjotkan kemaluanku keluar
masuk.

“Terus mas, lebih keras mas, Meydita hampir nyampe”, erangnya lagi.

Aqu terus mengenjotkan kemaluanku keluar masuk, makin cepat. Dia merintih-rintih keenakan,
akhirnya dia tak bisa menahan lebih lama.

“Mas, Meydita nyampe, akh”, terasa kemaluannya berkedut- kedut meremas kemaluanku yg masih
keras sekali itu. Tubuhnya mengejang.

Aqu menghentikan enjotanku dan menurunkan kakinya. Dia terbaring mengangkang dgn
kemaluanku yg masih menancap di kemaluannya, aqu kembali ke posisi semula: menelungkup
diatasnya.

“Mas, lemes banget deh”, lenguhnya.
“Tetetapi enak kan”, jawabku.
“Enak banget mas, terusin aja mas, kan mas belum ngecret”, jawabnya terengah-engah.
“Mas, hebat banget deh ngentotnya, belum pernah Meydita dientot dgn gaya seperti tadi, enak
banget mas”, katanya lagi.

Aqu kembali mendekapnya dan kemaluan mulai kuenjotkan lagi keluar masuk kemaluannya,
perlahan. Dia mulai mengedutkan otot kemaluannya meremas kemaluanku yg sedang bergerak
keluar masuk kemaluannya. Aqu melumat bibirnya, satu tanganku meremas-remas buah dadanya
sedang tanganku satunya lagi menygga tubuhku. Pentilnya juga kuplintir-plintir, napsunya mulai
bangkit lagi.

“Enak mas, terus yg kenceng
ngenjotnya mas”, erangnya.

Sembari terus melumat bibirnya, enjotan kemaluan kupercepat. Aqu menyelipkan kedua tanganku
ke punggungnya. Dia pun memeluk dan mengusap-usap punggungku yg basah karena keringat.
Kemaluan makin cepat kuenjotkan. Setiap kali masuk kemaluan kuenjotkan dgn keras sehingga
nancep dalem sekali di kemaluannya, makin lama makin cepet.

“Meydita, kemaluanmu enak banget, empotan kemaluanmu kenceng banget Meydita”, erangku.
“Mas, terus mas, hebat banget deh mas ini, Meydita telah mau nyampe lagi, yg cepet mas”, akhirnya
kembali dia mengejang
sembari melenguh.
“Mas, Meydita nyampe, mas…”

Aqu terus saja mengenjotkan kemaluanku keluar masuk dgn cepat sampe akhirnya aqupun
mengejang sembari menancapkan kemaluanku sedalam-dalamnya di kemaluannya.

“Meydita, aqu ngecret”, bersamaan dgn itu terasa pejuku nyemprot dgn dahsyatnya dalam
kemaluannya.

Nikmat banget rasanya walaupun sekarang lebih lemes ketimbang tadi siang. Beberapa saat kami
terdiam, saling berpelukan menikmati permainan yg baru usai. Aqu menciumi lehernya, dan dia
mengusap-usap punggungku. Nikmat banget ngentot dgn dia.

“Mas, nikmat ya mas, Meydita mau deh tinggal bareng mas, asal tiap malem dientot ya mas”,
katanya pelan.
“Tetetapi kamu gak boleh ngentot dgn lelaki lain ya Meydita, karena kamu telah aqu punya”,
jawabku.Dia tak menjawab, kemudian aqu mencabut kemaluanku yg telah mengecil dari
kemaluannya, kemaluanku berlumuran peju dan cairan kemaluannya.

“Aqu ngantuk Meydita, tidur yuk”, kataqu sembari berbaring disebelahnya, tak lama kemudian
aqupun terlelap lagi. Lemes, cape tetetapi nikmat banget.

Semaleman kita berdua tertidur, aqu terbangun ketika hari telah mulai remang-remang terang.
Meydita pun ikut terbangun, dan dia segera ke kamar mandi. Karena harus kerja lagi, aqu segera ke
kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dia masih bertelanjang bulat sembari mengeringkan tubuh
dgn handuk. Aqu masuk ke kamar, dari belakang aqu memeluknya,

“Ngapain mandi Meydita, kan masih mau satu ronde lagi”, aqu mencium lehernya sembari
meremas-remas kedua buah dadanya dgn napsu. Kemaluanku yg telah mengeras kugeser-geserkan
ke bokongnya.

Dia menggelinjang kegelian, aqu terus saja menciumi lehernya. Kemudian ciumannya bergeser ke
bawah, ke punggungnya sampai akhirnya ke bongkahan bokongnya. Dia hanya mendesah- desah
ketika aqu menyapu bongkahan bokongnya dgn lidahku. Pahanya kurenggangkan dan lidahku
menyapu kemaluannya dari belakang.

“Mas, nikmat banget”, katanya sembari menunggingkan bokongnya ke belakang.
“Jilat terus mas, jilatin semuanya”, katanya terengah.

Aqu membuka belahan bokongnya dan menyapu lobang bokongnya sampe ke kemaluannya. Aqu
menjilati kemaluannya yg telah basah kuyup saking napsunya. Dia sempat menjerit kecil ketika aqu
mencolok kemaluannya dgn lidahku. Kemudian aqu berdiri lagi, ciumanku kembali bergeser ke atas,
ke punggungnya. Kedua tanganku meremas-remas buah dadanya dari belakang, beberapa kali dia
tersentak nikmat ketika kedua pentilnya kuplintir-plintir dgn jariku. Tangannya menjalar ke belakang,
meremas kemaluanku yg telah keras sekali dan mengurutnya dari atas ke bawah. Dia kubalikkan
sehingga berhadapan dgn aqu, buah dadanya mulai kujilati dan pentilnya kuisap-isap bergantian.
Napsunya makin memuncak ketika aqu menyodok-nyodok kemaluannya dgn telunjuk. Dia berdiri
mengangkang.

“Enak mas”, erangnya.

Permainan kuhentikan, aqu duduk diranjang dgn kaki agak mengangkang, dia segera berlutut
diantara kedua kakinya. Kemaluanku berdiri tegak dan keras sekali sehingga tampak urat-uratnya
menonjol. Segera dia mencekal kemaluanku dan dgn ganas dia menciumi kemaluanku. Aqu sedikit
mengerang sembari merebahkan tubuhku ke atas ranjang. Diapun segera beraksi.

Dijilatinya kemaluanku dari pangkal sampai ke kepala. Lalu diisap, dikulum dalam mulut sementara
tangan kirinya mengelus-elus biji pelirku. beberapa kali tubuhku tersentak karena nikmat. Lalu
dijilatinya biji pelirnya.

“Aaahhkk”, aqu mengerang kenikmatan, mendengar itu dia tambah gairah.

Terus dijilatinya biji pelirku. Sementara tangan kanannya mengurut-urut kemaluanku. Dgn kedua
tangan diangkatnya kedua pahaqu sehingga kedua lututku hampir menyentuh dadaqu. Dgn posisi
demikian dia leluasa menjilati kemaluanku. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya. Lalu dia
menjilat semakin kebawah.. kebawah.. dan akhirnya ujung lidahnya menyentuh bokongku yg
berbulu itu. Segera lidahnya menari-nari di bokongku. Tubuhku beberapa kali
bergetar.

“Aakkkh..Oougghh”, erangku.

Mendengar itu dia tambah bernapsu. Dicolok-coloknya lobang bokongku dgn ujung lidahnya.
Semakin dalam juluran lidahnya ke dalam lobang bokongku, semakin bergetar tubuhku, kemaluanku
yg dikocoknya terasa berdenyut- denyut. Aqu telah tak tahan. Lalu aqu memegang tangannya dan
membimbingnya naik ke atas ranjang. Dia kusuruh menungging diatas ranjang. Aqu menginginkan
doggy style. Sebelum mencobloskan kemaluanku, aqu sekali lagi memperhatikan bentuk
kemaluannya dari belakang, dia pun menanti penuh harap. Dan akhirnya kemaluan kutempelkan
dibibir kemaluannya dan kumasukkan perlahan-lahan ke dalam kemaluannya, terasa seret tetetapi
nikmat.

“Oohh.. Nggk… Ahhh”, desisnya ketika seluruh kemaluanku amblas.

Lalu aqu mulai melaqukan gerakan erotisku. Nikmat sekali. Dan dia cepat sekali nyampe dalam posisi
demikian. Aqu belum mau nyampe. Lalu kusuruh dia berbaring miring. Sementara aqu berada
dibelakang punggungnya. Dia segera menekuk kedua lututnya. Dan membiarkan aqu mencobloskan
kemaluanku ke dalam kemaluannya. Nikmat sekali. Dalam posisi demikian tangan kananku leluasa
meremas- remas buah dadanya dari belakang. Hentakan kemaluanku makin lama makin keras dan
cepat.

“Meydita, aqu mau ngecret dimulutmu lagi”, kataqu.
“Kenapa mas, kan lebih enak ngecret Meyditaonokku”, jawabnya.

Aqu menghentikan gerakanku. Lalu aqu mencabut kemaluan dari kemaluannya. Dan dgn gesit
diapun berlutut disampingku. Dia segera menjilati kemaluanku yg berlendir itu. Lalu diisap-isap
kemaluanku keras dan berurat itu.

“Ooh.. Nggkk.. Aakk”, erangku keenakan.

Dia semakin mempercepat gerakan kepalanya naik turun, beberapa kali aqu mengerang sembari
mengeliat, tetetapi belum ngecret juga. Lalu dia membasahi telunjuk tangan kirinya dgn ludah,
setelah itu dicucukannya telunjuk jarinya itu ke dalam bokongku. Tubuhku sedikit tersentak ketika
dia menekan jarinya lebih dalam lagi ke lobang bokongku. Nikmat luar biasa, dgn isapan pada
kemaluanku dan sodokan jari di bokongku. Hingga,

“Aaahh… Aaakkhh”, aqu mengerang hebat bersamaan dgn menyemburnya pejuku dalam mulutnya.

Crott.. Croot, banyak sekali sehingga kembali meleleh keluar dari mulutnya. Pejuku ditelannya. Lalu
aqu mengeluarkan kemaluanku dari dalam mulutnya. Tampak sedikit sisa-sisa pejunya masih keluar.
Dan dia segera menyapunya dgn lidahnya.

“Hebat… Hebat sekali kamu Meydita.” pujiku, dia hanya tersenyum saja.

“Terima kasih buat proposalnya ya mas, aqu tunggu proposal berikutnya. Kalo mas perlu Meydita,
call saja, dgn segala senang hati Meydita bersedia melayani mas kapan saja mas mau”, jawabnya.
Dia membersihkan diri lagi, demikian juga aqu. Kemudian dia kuantara pulang karena dia harus
segera masuk kantor, demikian pula aqu.

0 comments:

Hubungan Seks Sejuta Rasa


Meskipun telah belasan tahun meninggalkan Bandung keterikatanku kepada kota kembang itu tidak begitu saja lepas, terutama setelah kegagalan rumah tanggaku. Dalam setahun aku sempatkan 2-3 kali berkunjung ke Bandung bernostalgia bersama kawan-kawan yang tetap bertahan tinggal disana selepas kuliah. Walaupun kesemrawutan kota Bandung agak mengurangi kenyamanan namun tetap tidak mengurangi keinginanku untuk berkunjung.

Banyak perubahan terjadi, Jl. Dago-juga daerah2 yg aku sebut kota lama-Cipaganti, Cihampelas, Setiabudhi, Pasteur dan daerah lainnya yang hancur keasriannya demi “pembangunan” namun ada dua hal yg masih bertahan, makanannya yang enak dan bervariasi dan..wanitanya yang terkenal cantik.

“Di Bandung, beberapa kali kita melangkah akan selalu bertemu wanita cantik” anekdot kawan-kawan dan itu hampir sepenuhnya benar.

Oktober 1998 dengan kereta Parahyangan siang aku berangkat ke Bandung, liburan “nostalgia” selalu aku lakukan saat weekday menghindari hingar bingar Bandung saat weekend. Setelah menaruh tas bawaanku, menghempaskan tubuh dibangku dekat jendela dan langsung membuka novel John Grisham kegemaranku. Belum lagi selesai membaca satu paragraph aku dikejutkan sapaan suara halus:

“Maaf, apakah tidak keberatan kalau kita bertukar bangku?” aku menengadah, kaget dan terpana! begitu mengetahui si pemilik suara.

” Hmm..sure..ehh maaf..tidak, maksud saya tidak apa-apa” jawabku dengan gagap.

Dia cukup tinggi untuk ukuran wanita Indonesia lebih kurang 170, putih, postur yang proporsional dengan rambut hitam lurus sebahu bak bintang iklan shampoo! Umurnya kira-kira sekitar akhir 20an mengenakan baju krem ketat dan celana hitam yang juga ketat sehingga menonjolkan semua lekak-lekuk tubuhnya! Saat aku berdiri bertukar bangku, semilir tercium aroma parfum lembut yang entah apa merknya, yang pasti pas sekali dengan penampilannya.

“Maaf mengganggu kenyamanan Anda tapi saya seringkali tertidur dalam perjalanan, kalau dekat jendela lebih mudah menyandarkan kepala” Ia menjelaskan sambil meminta maaf.

“Ngga apa-apa kok” sahutku, bagaimana mungkin menolak permintaannya gumamku dalam hati. Setelah selesai merapihkan bawaannya Iapun duduk dan membuka Elle edisi Australia yang dibawanya. Kamipun tenggelam dengan bacaan masing-masing. Ingin rasanya aku menutup John Grisham-ku dan memulai pembicaraan dengannya namun melihat Ia begitu asik dengan Elle-nya niat itu pun aku urungkan. Kesempatan itu muncul saat pesanan makanan kami tiba,

“Suka juga roti isi” tanyaku membuka pembicaraan
“Iya, entah kenapa aku suka sekali roti isi di kereta, padahal rasanya biasa-biasa aja” jawabnya
“Mungkin suasana kereta membuatnya enak” lanjutku sekenanya
“Mungkin, oh ya Mas kenalkan saya Mirna” sambil menjulurkan tangannya
“Andro, ngga pake Mas” sahutku sambil menyambut tangannya
“Hihihi” tawanya Ndroyah
“Kamu lucu juga, dalam rangka apa ke Bandung”
“Main-main aja kangen sama Bandung dan kawan-kawan” jawabku.
“Mirna sendiri ke Bandung dalam rangka apa” tanyaku.
“Tugas kantor” jawabnya singkat tegas sepertinya enggan untuk menceritakan pekerjaannya.
“Tinggal dimana Mir di Bandung” Ia menyebutkan salah satu hotel berbintang di Dago
“Lho kok sama? aku juga di kamar 313? suatu kebetulan yg mengejutkan

“Oh ya?!! satu lantai pula” ujar Mirna tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Selepas makan kami tidak lagi membuka bacaan masing-masing, obrolan-obrolan mengalir dengan lancar diselingi dengan joke-joke nakal yang ternyata disukainya. Perbendaharaanku yang satu ini cukup lumayan banyak, sisa perjalanan rasanya seperti hanya kami yang ada dikereta. Mirna bahkan tidak lagi malu untuk memukul pundak atau mencubit kecil lenganku manakala ada joke yang “sangat” nakal. Tanpa terasa kami tiba di stasiun Bandung tepat jam 16.30, kami naik mobil jemputan hotel sambil terus bercengkerama dengan lebih akrab lagi.

Di hotel kami berpisah, kamarku dikanan lift sementara Mirna dikiri. Dikamar aku langsung merebahkan diri membayangkan Mirna dan mengingat-ingat semua kejadian di kereta, di mobil dan di lift aku memutuskan untuk mengajaknya makan malam atau jalan-jalan bahkan kalau bisa lebih dari itu. KaNdroanya aku urungkan menghubungi kawan-kawanku. Dan terlelap dengan senyum terukir di bibirku.

Jam 19.00 aku dikejutkan oleh dering telepon, belum lagi ‘napak bumi’ aku angkat telepon

“Hallo” jawabku dengan suara ngantuk.
“Hi Ndro tidur ya?sorry ganggu” terdengar suara halus diseberang.
Mirna!! langsung aku bangkit
“Is ok, aku juga niatnya bangun jam segini tapi lupa pesan di front office tadi” jawabku.
“Ada apa Mir?”
“Kamu jadi ngga ketemuan sama kawan-kawan Ndro?”
“Hmm..aku belum sempat call mereka, ketiduran”
“Gimana kalau malam ini datang sama aku, soalnya aku ngga jadi dinner meeting”
“Sayangkan dandananku kalau harus dihapus” lanjutnya dengan tawanya yang khas
Aku shock mendengarkan ajakannya sampai-sampai tidak tahu harus berkata apa
“Halloo..anybody home? Kok diam sih?” serunya, mengejutkan

“Ooohh maaf..kaget..soalnya surprise..kaya ketiban bulan, diajak datang bidadari” jawabku. “Dasarr..kamu tuh..ketiban aku baru rasa, cepat mandi dong, casual aja ya” menutup pembicaraan.

Tidak usah disuruh dua kali akupun langsung mandi, keramas, berpakaian casual, parfum disemua ’sudut’ tubuh dan langsung menuju kekamarnya. Saat pintu terbuka aku hanya bisa ‘melongo’ melihat penampilannya yang ‘casual’, Mirna mengenakan rok jeans sedikit diatas lutut dengan dengan belahan dipaha kiri depan yang cukup tinggi, atasan kaos melekat ketat ditubuhnya dengan bahu terbuka, sungguh pemandangan yg menyekat kerongkongan.

“Hii..kok bengong lagi sih” tegur Mirna menyadarkan aku dan kamipun segera bergegas. Setelah puas menyantap soto sulung dan sate ayam dipojok jl. Merdeka kami lanjutkan menghabiskan malam disalah satu kafe di daerah Gatsu, Mirna memilih seat di bar yang agak memojok dengan cahaya lampu yang minim.

Aku memesan tequila orange double dengan ekstra es sementara Mirna memilih illusion, hentakan musik yg keras membuat kami harus berbicara dengan merapatkan telinga dengan lawan bicara, saat itulah, aku mencium aroma parfum malamnya, ditambah dengan nafas yang menerpa telingaku saat berbicara membuat sensor birahiku menangkap sinyal yang menggetarkan bagian sensitif ditubuhku.

Waktu band memainkan lagu yang disukainya Mirna turun dari kursi, bergoyang mengikuti irama lagu, sebuah pemandangan yang menakjubkan, gerakan pundak telanjangnya, tangannya dan pinggulnya begitu serasi. Erotis namun tidak memberikan kesan vulgar, dan saat kami ‘turun’ ditempat (bukan di dance floor)-lebih tepat disebut berpelukan dengan sedikit gerakan-buah dadanya sesekali menyentuh tubuhku, aku merasakan getaran-getaran halus dan hangat menjalar diseluruh tubuhku. Entah pada ‘turun’ yg keberapa kali aku memberanikan diri, kukecup lembut lehernya dan..

”Ehh..” hanya itu yg keluar dari bibirnya yang sensual. Seolah mendapat ijin akupun memeluknya lebih erat serta sekilas mengecup lembut bibirnya, setelah itu Mirnalah yang memberikan kecupan-kecupan kecil di bibirku..Malam yang indah.

Sebelum tengah malam kami meninggalkan kafe, dalam taksi menuju hotel Mirna menyandarkan kepalanya di dada kananku, kesempatan ini tidak aku sia-siakan, kuangkat dagunya membuatnya tengadah. Sekilas kami perpandangan, bibirnya bergetar, Mirna memejamkan matanya seakan mengerti keinginanku segera saja kubenamkan bibirku di bibirnya, kecupan lembut yang semakin lama berganti dengan pagutan-pagutan birahi tanpa peduli pada supir taksi yang sesekali mengintip lewat kaca spion. Lidah kamipun menggeliat-geliat, saling memutar dan menghisap, sementara tanganku meraba-raba dadanya dengan lembut, belum sempat bertindak lebih tidak terasa taksi kami telah sampai di hotel.

Kamipun bergegas menuju lift dan melanjutkan lagi apa yang kami lakukan di taksi, kusandarkan tubuhnya di dinding lift memagut leher dan pundaknya yg putih telanjang.

“Andro..eehh..” desahnya. Keluar lift Mirna menarik tanganku kekamarnya, begitu pintu kamar ditutup Mirna langsung menarik kepalaku memagut bibirku dengan bernafsu, lidahnya kembali menggeliat-geliat di mulutku namun lebih liar lagi. Kusandarkan tubuhnya di dinding kamar agar tanganku lebih leluasa, tangan kananku memeluk pinggulnya sementara tangan kiri mulai meremas-remas buah kenikmatannya yang begitu kenyal.

Kejantananku membatu, ingin rasanya segera kukeluarkan dari kungkungan celana tapi kutahan, aku ingin menikmati semua ini perlahan-lahan. Kutarik pinggul Mirna sambil menekan pinggulku membuat “perangkat” kenikmatan kami beradu-walaupun masih terbungkus-membuat desiran darah kami meningkat dan semakin memanas saat kami menggesek-gesekannya.

“Ahh..Ndro..”desah Mirna kembali dan saat itu kurasakan lidahnya yang hangat basah menjalar di telingaku melingkar-lingkar di leherku.

“Eeehh..aahh..” giliran aku yang mendesah merasakan permainan lidahnya.

Lidahnya semakin turun kedadaku sementara jari-jari lentiknya membuka kancing bajuku satu per satu. Dan.. lidahnya berpindah keputing dadaku, berputar-putar jalang, mengecup, menghisap dan sesekali menggigit-gigit kecil.

“Terus Mir..teruss..ahh..” suaraku bergetar meminta meneruskan kenikmatan yang diberikan mulutnya. Kurasakan Mirna semakin liar memainkan mulutnya yang semakin turun. Ia berlutut saat lidahnya meliuk-liuk di pusar sambil tangannya membuka celanaku. Mirna meremas, mengecup dan menggigit-gigit lembut kejantananku yang masih terbungkus CD dan setelah itu Ia memasukan tangannya kedalam CD dan mengeluarkan milikku yang sudah membatu. Ia menggenggam dan menggosok-gosokkan jempolnya di ujung kepala kejantananku yang sudah basah menimbulkan rasa ngilu yang nikmat..dan..akhirnya..lidahnya berputar-putar disana.

“..aakhh..sshh..”desahku tak tertahan manakala lidahnya semakin kencang bergerak dibawah kepala kemaluanku dan diteruskan keseluruh batang dan buah zakar.

“Enakk Mir.. aahh..kamu pintar sekalii..hisap cantik..hisapp..” aku meracau tidak karuan memintanya melakukan lebih lagi.

Mirna mengerti betul apa yang harus dilakukannya, dikecupnya kepala kejantananku dan dimasukannya..hanya sebatas itu!dan mulai menghisap-hisap sambil tetap lidahnya menjilat-jilat, berputar-putar..serangan ganda!!sunguh nikmatt!! Setelah itu barulah Ia menelan semuanya membuat seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan. Kuraih kepalanya memasukan seluruh jari-jemariku dirambutnya yang halus dan menggenggamnya, dengan demikian memudahkan aku mengatur gerakan kepalanya.

Namun semakin lama genggamanku tidak lagi berguna, kaNdroa ritme gerakan kepalanya semakin cepat mengkocok-kocok kemaluanku membuat tubuhku serasa melayang-layang, semakin aku mengerang kenikmatan semakin cepat Mirna menggerakan ritme kocokannya.

“Nikmat Mir..ahh..lagi..lebih cepat..oohh” pintaku diselah-selah erangan yang semakin tidak terkontrol. Dan begitu kurasakan akan meledak segera kutahan dan kutarik kepalanya, aku tidak ingin menyelesaikan kenikmatan ini dimulutnya.

Kuangkat tubuhnya dan kupeluk mesra.

“Suka?”bisiknya bertanya.
“Suka sekali..kamu hebat..” jawabku berbisik sekaligus menjilat dan menghisap kupingnya.

“Ooohh..” erang Mirna. Kubalas apa yang Ia lakukan tadi, kupagut leher dan pundaknya serta membuka atasan dan bra 34b-nya, dua bukit kenikmatannya yang bulat putih itupun menyembul dengan puting kecil pinkies yang sudah mengeras. Lidahkupun segera beraksi menjilat-jilat putingnya

“Eeehh..Andro..” lenguh Mirna dan membusungkan dadanya meminta lebih, kuhisap putingnya
“Auuhh..akkhh..”erangannya semakin keras, hisapanku semakin menggila bukan lagi putingnya tapi sebagian buah dadanyapun mulai masuk kedalam mulutku.
“Aaaghh.. Ndro..aauuhh..kamu ganaas..”jeritnya.

Puas melumat buah kenikmatannya gilirin aku yang berlutut sambil melepas roknya, tampaklah CD mini putih menutupi kewanitaannya. Kuelus-elus bagian yang terhimpit paha dengan jari tengahku terasa lembab dan kumasukan dari sisi CDnya sehingga menyentuh daging lembut basah.

“Androo..uugghh..”kembali erangan birahi keluar dari mulutnya waktu ujung jariku mulai bergerak-gerak di mulut kewanitaannya sementara mulutku sibuk mengecup dan menjilat sebelah dalam paha mulusnya. Beberapa saat kemudian penutup terakhir itu kulepaskan, rambut2 halus tipis menghias kewanitaannya dengan klitoris yang yang menyembul dari belahannya. Kuangkat kaki kirinya meletakan tungkainya di bahu kananku sehingga leluasa aku melihat seluruh bagian kenikmatannya.

Akupun mulai sibuk menjilati dan sesekali menghisap-hisap klitorisnya. “Aaa..Androo..” jerit Mirna tertahan sambil menjambak rambutku yang panjang, lidahku bergerak cepat menggeliat-geliat menjilat kewanitaannya yang semakin basah, sementara jariku berputar-putar didalamnya.

“Ssshh..eehh” desis Mira merasakan hisapanku yang kuat di lubang kenikmatannya. Kubuka bibir kewanitaannya dan menjulurkan lidahku lebih dalam dalam lagi Mirnapun membalas dengan menyorongkannya kemukaku, praktis semua sudah dimulutku, kumiringkan sedikit kepalaku sehingga memudahkan aku “memakan” semua kewanitaannya.

”Androo..stopp..aahh..aku ngga tahann..”aku tidak memperdulikan keingingannya bahkan semakin menggila

“My godd..Ndro..shhff..pleasee..stop” tangannya sekuat tenaga menarik rambutku agar mulutku terlepas dari kewanitaannya.

Akupun berdiri mengikuti keinginannya kurebahkan tubuhnya ditempat tidur dan kamipun bergumul saling memagut, menghisap dan meremas-remas bagian-bagian sensitif kami.

“Sekarang Ndro..sekarang.. pleasee..”pintanya berbisiknya. Aku merayap naik ketubuhnya, Mirna membuka lebar kedua kakinya Iapun menggelinjang merasakan kepala kejantananku memasuki mulut kewanitaannya, kuhentikan sebatas itu dan mulai menggerakannya keluar masuk dengan perlahan.

“Ooohh yaa..Ndro..enakk..” Mirnapun mulai mengayunkan pinggulnya mengikuti gerakan-gerakanku, sementara mulutku tidak henti-hentinya mengulum buah dadanya.

”Aagghh..terus Ndro..lebih dalamm..aagghh..” pintanya, kutekan batang kemaluanku lebih dalam dan..
”Ssshh..”desisku merasakan kenikmatan rongga kewanitaanya yang sempit meremas-remas sekujur batang kemaluanku.
”Aaaugghh..punya kamu enak Mir..” akupun semakin kencang memacu tubuhku membuat Mirna semakin mengelepar-gelepar.
“Ahh..oucchh..nikmat Ndro..sshh..”desahnya merasakan gesekan-gesekan batang kejantananku di dinding kemaluannya. Saat kami merasakan nikmatnya kemaluan masing-masing, tak henti-hentinya kami saling menghisap, memagut bahkan mengigit dengan liarnya..dan..
“Ugghh..Ndro..fuck me..fuck me hard..I’m comingg honey..” tubuh Mirna mengejang dan tangan serta kakinya memeluk tubuhku dengan kencang
“Ouchh..oohh..aku keluar Ndro..aaghh..” Iapun kejang sesaat kurasakan denyut-denyut di kewanitaannya dan..tubuh Mirnapun lungai.
“Maaf Ndro aku duluan..ngga tahan, habis udah lama ngga..” bisiknya, aku masih diatasnya dengan kemaluan yang masih terbenam didalam kewanitaannya.
“Ngga apa-apa Mir cewekan multiple orgasm, masih ada yang kedua dan seterusnya kok..” jawabku menggoda.
“Memangnya kuat..?” tantangnya.
“Lihat aja nanti..”membalas tantangannya.
“Ihh..itu sih doyan ..” seru Mirna manja sambil mencubit pinggangku. Kubalas cubitannya dengan memagut lehernya dan menjilat telinganya sementara pinggulku mulai berputar-putar perlahan.
”..Mmhhff..”kupagut bibirnya, lidah kamipun saling bertaut, meliuk dengan panasnya. Birahi kamipun kembali membara, tekanan pinggulku dibalasnya dengan putaran pinggulnya membuatku melayang-layang.
“Shhff..agghh..ouch..” desahanpun tak tertahan keluar keluar dari mulutku. Dengan bahasa tubuh Mirna mengajak pindah posisi, Ia diatas memegang kendali.

Mirna menekan kewanitaanya dalam-dalam-sehingga kejantananku menyentuh ujung lorong kenikmatannya-dan mengayunkan pinggulnya mundur-maju. Semakin lama ayunannya semakin cepat, tak kuasa aku menahan hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi-sendi tubuhku.

“..teruss Mir..aahh..lagi Mir..oohh..punya kamu enak..”rintihku.

“..punya kamu juga Ndro..oucchh..want me to fuck you hardd..mmhh..” tidak perlu jawabanku, dengan di topang tangannya Mirna membungkuk tambah mempercepat ayunannya. Buah dadanya yang indah berayun-ayun, kuremas-remas dan yang lainnya kulumat dengan rakus.

“Ouchh..Ndrooo..nikmatt..lumat semua Ndro..auuhh..” jerit Mirna sambil meNdrodahkan tubuhnya memudahkan aku melumat buah dadanya membuat ayunan pinggulnya semakin tidak terkendali, tidak berapa lama kemudian tubuhnya kembali mengejang, Mirna menekan dalam-dalam kewanitaannya menelan seluruh batang kenikmatanku.

“Ndro..aku keluarr lagi..AAKKHH..” teriak Mirna, tubuhnya pun rubuh diatasku cairan kenikmatannya kurasakan membasahi kejantananku.

Mirna rebah diatasku tubuhnya bagai tidak bertulang, hanya desah napasnya menerpa dadaku. Beberapa menit kemudian suaranya memecah kesunyian

“Punya kamu masih keras Ndro..belum keluar?”
“Aku tidak ingin kenikmatan ini cepat berakhir” bisikku sambil mengecup pipinya.

“Mmmhh..” Mirna bergumam “Aku juga..”bisiknya sambil mengigit mesra leherku lalu mengecup bibirku. Hanya beberapa saat, gigitan dan kecupan mesra itu kembali menjadi pagutan birahi.

Kamar itupun kembali dipenuhi suara-suara erangan dan desahan kenikmatan duniawi, kejantananku yang masih berada didalam kembali merasakan bagaimana nikmat yang diberikan oleh kewanitaannya. Aku bangun sambil mendorong tubuh Mirna sehingga kami berada dalam posisi duduk, satu tanganku memeluk punggungnya, tangan lain meremas-remas buah pantatnya yang bulat padat. Gerakan-gerakan pinggulnya membuat rongga kenikmatannya seakan melumat seluruh batang kejantananku, “Agghh..sshh.. Ndrrooo..” rintihannya membuat birahiku tambah memuncak. Kubalas gerakannya dengan menggoyang-goyangkan pinggulku sambil kuhisap putingnya dalam-dalam.

”Ndrrooo..achh..shh..fuck me..hardd..”

Kurasakan gerakan tubuh Mirna semakin menggila dan bukan cuma itu bibirnya semakin mengganas memagut bahkan menggigit bibir, telinga dan leherku. Akupun tidak sanggup lagi menahan kenikmatan yang diberikan oleh Mirna, kurebahkan tubuhnya dan segera menindihnya, kakinya melingkar di pinggulku dan kamipun kembali mendaki puncak kenikmatan. Batang kejantananku tak henti-henti menikam-nikam lubang kenikmatan Mirna dengan keras, Ia tidak tinggal diam, diputar-putar pinggulnya seirama tikaman-tikamanku

“Aghh..ngg..sshh..Mirn..nikmat sekali..putarr teruss Mirn..”pintaku merintih-rintih.
“Auugghh..Ndro..tekan yang dalamm ..” kami tenggelam dalam gelimang birahi yang memuncak..dan..
”Mirna..akuu mau keluar..”kurasakan kejantanku bertambah besar.
“Yess..yess..I’m coming too honey..” kami berpelukan dengan kuatnya dan secara bersamaan mengejang.
“AAKKHH..punya kamu enak sekalii Mirn..”pekikku, kutekan dalam-dalam kejantananku dan cairan kenikmatanku pun menyembur keluar membasahi relung-relung kewanitaannya,
“Aauughh Ndro..nikmatt..sshhekallii..AAKKGGHH..” Kamipun terkapar lemas.

Setelah malam panjang yang indah itu kami tak henti-hentinya mengulangi lagi di hari-hari berikutnya, bukan hanya di tempat tidur, tapi semua sudut dikamar hotel itu bahkan kamar mandipun menjadi saksi bisu birahi kami. Bandung kembali memberi coretan khusus dalam hidupku membuat keterikatanku semakin besar yang tak akan pernah kulupakan seumur hidup.

0 comments:

Goyangan Ayah Tiriku


Sebut saja Rendra, laki-laki 40 tahunan yg
menikahi Bundaku 1,5 tahun yg lalu. Ayah Rendra
menikahi Bundaku sejak Bunda menjanda akibat Ayah kandungku meninggal karena penyakit.
Setelah Ayah Rendra menikahi Bundaku, dgn sebisa mungkin Bunda mendekatkanku pada Ayah
Rendra, dgn sering mengajakku jalan-jalan, sering membelikanku barang-barang yg aku suka,
pokoknya semua yg aku inginkan selalu dipenuhi oleh Ayah Rendra, sampai akhirnya hatiku luluh
dan aku dekat dgn Ayah Rendra.

Ayah Rendra meskipun usianya sudah 40 tahunan, tetapi Ayah masih terlihat gagah sekali.
Wajahnya ganteng, badannya masih atletis karena Ayah Rendra setiap pagi selalu rutin berolah raga.
Semakin lama Ayah Rendra semakin dekat dgnku, aku merasakan kasih sayg yg lebih dari Ayah
Rendra.aku sering manja-manjaan dgn Ayah Rendra ketika sedang santai dirumah bersama dgn
Bunda juga. Tetapi semakin lama aku merasakan ada yg berbeda dari Ayah Rendra, entah itu hanya
perasaanku saja atau emang benar aku belom mengatahuinya.

ketika aku lahir aku diberi nama oleh Bundaku Amelia, umurku waktu ini 17 tahun. Tetapi postur
badanku tidak seperti pada gadis seumuranku, aku mempunyai postur badan yg tinggi, badan sintal,
dan yg jelas perkembangan buah dada dan bokongku cepat sekali, jadi buah dada terlihat besar 36
dan bokongku besar sampai menonjol keluar. Penampilanku jika berdandan bisa dibilang mirip
perempuan yg sudah bekerja. Kalau dirumah aku juga suka menggunakan pakaian santai dgn celana
pendek yg hanya menutupi kemaluanku dan tengtop srtitku sesampai buah dadaku terlihat menonjol
dgn jelas.

Perubahan sifat Ayah aku rasakan ketika sedang santai berdua dgn Ayah tanpa ada Bunda, Ayah
mengelus paha mulusku sembari sesekali mencolek bokongku yg besar. sampai waktu aku berpamitan
untuk pergi kesekolah aku yg biasanya hanya mencium pipi Ayah Rendra sekarang Ayah juga
mencium bibirku. Aku pun merasakan ciuman Ayah menandakan sesuatu hal. Tetapi aku masih
bingung dgn yg aku rasakan, aku tidak meolak sama sekali dgn yg Ayah lakukan kepadaku. Bahkan
aku sedikit menikmati perlakuan Ayah kepadaku. sampai akhirnya.

Suatu pagi seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku
memberikan ciuman ke Mamah, Ayah beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau
tidak mau kuikuti Ayah ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Ayah. Respon
Ayah pun kulihat biasa saja. Dgn sedikit membungkukkan badan atletisnya, Ayah menerima
ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Ayah mendaratkan bibirnya ke bibirku.
Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi rambut-rambut kasarnya bergesekan dgn bibir atasku. Tetapi
entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Ayah mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas
Ayah Rendra menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Ayah menikmati bibirku.
“Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yg kudengar dari Ayah.

Sejak kejadian itu, hubungan kita malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku
sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Ayah tiriku, begitu
yg tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kita bersentuhan. Begitulah, setiap
berangkat sekolah, ciuman ala Ayah menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kita berdua saja. Bahkan
pernah satu hari, ketika Mamah di dapur, aku dan Ayah berciuman di meja makan. Malah aku
sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Ayah yg masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap.
Ayah juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mamah yg berada di dapur, mungkin kita akan
melakukannya lebih panas lagi.

Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di
rumah. Mamah membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dgn hanya
mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan badan, aku
merasakan segar di badanku. Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yg cukup akrab di
telingaku menyebut namaku.
“Mel.. Mel.., Ayah pulang..” ujar lelaki yg ternyata Ayahku.
“Kok cepat pulangnya Pah..?” tanyaku heran sembari mengambil baju dari lemari.
“Iya nih, Ayah capek..” jawab Ayah dari luar.
“Kamu masak apa..?” tanya Ayah sembari masuk ke kamarku.

Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belom dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk
yg melilit di badanku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan badan. Ayah
rupanya sudah tiduran di ranjangku.

“Ada deh..,” ucapku sembari memandang Ayah dgn senyuman.
“Ada deh itu apa..?” tanya Ayah lagi sembari membetulkan posisi badannya dan memandang ke
arahku.
“Memangnya kenapa Yah..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
“Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Ayah.
“Kalau gitu, Ayah bisa mati dong..” ujarnya sembari berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Ayah tepat di depanku.
“Kalau Ayah mati, gimana..?” tanya Ayah lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Ayah sembari menggenggam kedua tanganku yg sedang
memegang handuk.

Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yg membuatku diam,
tetapi keberadaan kita di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belom lagi terjawab, tangan
kanan Ayah memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dgn hangat.
Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat
pancaran mata Ayah begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup
lama Ayah mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Gairahku mulai terusik.
Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.

Hasrat remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Ayah menyentuh buah dadaku dan melakukan
remasan kecil. Tidak hanya bibirku yg dijamah bibir tebal Ayah. Leher jenjang yg ditumbuhi rambut-rambut
halus itu pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
“Yahh..” kataku ketika lidah Ayah masuk dan menggelitik telingaku. Ayah kemudian membaringkan
badanku di atas kasur empuk.

“YAhh.. nanti ketahuan Bunda..” sebutku mencoba mengingatkan Mamah.
Tetapi Ayah diam saja, sembari menindih badanku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yg
melilit di badanku disingkapkannya.
“Amelia, badan kamu sangat harum..” bisik Ayah lembut sembari mencampakkan guling ke bawah.

Dalam posisi ini, Ayah tidak puas-puasnya memandang badanku. Rambut halus yg membalut kulitku
semakin meningkatkan hasratnya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke buah dadaku.

Kamu udah punya pacar, Mel..?” tanya Ayah di telingaku.
“Aku hanya menggeleng pasrah”
Ayah kemudian membelai dadaku dgn lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Ayah
mencium pinggiran buah dadaku.
“Uuhh..,” desahku ketika rambut kumis yg dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara
tangan Ayah mengelus pahaku yg putih. Puting buah dada yg masih merah itu kemudian dikulum.
“Yahh.. oohh..” desahku lagi.
“yahh.. nanti Mamm..” belom selesai kubicara, bibir Ayah dgn sigap kembali mengulum bibirku.
“Ayah sayg Amelia..” kata Ayah sembari memandangku.

Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Ayah mencium bibirku, aku tidak diam. Dgn panasnya
kita saling memagut. Waktu ini kita sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku,
bibir Ayah pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Ayah memang pintar membuatku
terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba
menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Badanku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yg
mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.
“Ohh, ohh..” desahku panjang.

Ayah rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu
mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Ayah,
besar dan tegang. Dgn mata yg sedikit tertutup, aku menggenggamnya dgn kedua tanganku. Setan
yg ada di badan kita seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika
Ayah mengarahkannya ke mulutku.

“Terus Mel.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.

Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku.
Sesekali kuhisap dgn kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Ayah yg merasakan kenikmatan,
aku pun merasakan hal serupa. Tangan Ayah mempermainkan kedua putingku dgn tangannya.

Karena gairah yg tidak tertahankan, Ayah akhirnya mengambil posisi di atas badanku sembari
mencium bibirku dgn ganas. Kemudian kejantanannya Ayah menempel lembut di selangkanganku
dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya
masuk. Perlahan-lahan kepala kemaluan itu menyeruak masuk menembus selaput dinding kemaluanku.

“Sakit.. pah..” ujarku.
“Tenang Sayg, kita nikmati saja..” jawabnya.

Bokong Ayah dgn lembut menekan, sesampai kemaluan yg berukuran 18cm dan berdiameter 4cm
itu
mulai tenggelam keseluruhan. Ayah melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Ayah memang cukup
lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yg tiada
taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dgn menggoyg-goygkan
bokongku.

“Terus Mel, ya.. seperti itu..” sebut Ayah sembari mempercepat dorongan kemaluannya.
“Ayah.. ohh.., ohh..” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.

Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir kemaluanku.
Kutarik leher Ayah sampai pundaknya kugigit keras. Ayah semakin terangsang rupanya. Dgn perkasa
dikuasainya diriku.

Kemaluan yg sudah basah berulangkali diterobos kemaluan Ayah. Tidak jarang buah dadaku diremas
dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Ayah. Gairahku kembali memuncak. Selama tiga
menit kita melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yg dilakukan Ayah. Mungkin karena
baru pertama kali, dia takut menyakitiku. Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kita
berganti gaya. Dgn posisi 69, Ayah masih perkasa. Kemaluan Ayah dgn tanpa kendali keluar masuk
kemaluanku.

“Nikmat Mel..? Ohh.. uhh..” tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelomnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah
dibuatnya.
“Pah.. Amelia nggak tahan..” katakuku ditengah terjangan Ayah.
“Sa.. sa.. bar Sayg.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Ayah terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
“Okhh.. Ohkk.. hh..!” teriakku.

Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dgn posisi telungkup di ranjang membuat
Ayah semakin belingsatan. Ayah semakin kuat menekan kemaluannya. Aku memberikan ruang dgn
mengangkat bokongku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.

“Okhh.. Ohh.. Ohk..” erang Ayah. Hangat rasanya ketika mani Ayah menyiram lubang kemaluanku.
Dgn peluh di badan, Ayah menindih badanku. Nafas kita berdua tersengal-sengal. Sekian lama Ayah
memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yg baru
pertama kali kualami. Dgn kemaluan yg masih bersarang di kemaluanku, dia mencium lembut
leherku dari belakang.

“Mel, Ayah sayg Amelia. Sebelom menikahi Mamahmu, Ayah sudah tertarik sama Amelia..” ucap
Ayah sembari mengelus rambutku.

Mamah dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Ayah mencari
kepuasan bersama. Entah setan mana yg merasuki kita, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kita
lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mamah ada di rumah. Dgn alasan menonton bola
di TV, Ayah membangunkanku, yg jelas perbuatan ini kulakukan sampai sekarang.

0 comments:

♥ Mawar Merah ♥


It’s week end… harusnya menjadi saat bersantai sejenak dari rutinitas sehai hari. Uuuuhh.. Hari sabtu yang begitu cerah. Andai saja saat ini aqu berada di pulau bali tentunya aqu akan ber sunbath ria sambil menikmati segarnya es kelapa muda.

Tapi sekarang aqu sedang di office untuk mendengarkan hasil dari peperangan dalem memperebutkkan mega tender dari investor asing. Berita baik nya, perusahaan tempat dimana aqu bekerja telah berhasil memenangkan tender tersebut. Duuch.. alangkah senang nya hati kuuu . . . . cukup menjadi obat lah… berharap dapet bonus gede…

“Saraahh!! Selamat ya, berkat kegigihan loe ber argumentasi, para raja minyak dari timur tengah itu percaya untuk berinvestasi di perusahaan kita. Loe emang bener bener malaikat Farah. Thaanks yaa!!”

“Selamat yaa Farahh!!! Duch hebat bingit sih eloe!”

Aqu hanya tersmile senang melihat kelaquan kawan kawan office yang begitu heboh dan bergembira akan hal ini. Cipika cipiki dan berpeloekan adalah yang kita laqukan. Ga lama tai Hanya sesaat…

Hmm.. Akhirnya usaha yang aqu laqukan dengan memberikan presexntasi di meeting kemarin berhasil. Dan usaha ku untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini berbuah manis.

“Farah, yuuk kita rame rame jalan yuuk, untuk merayakan keberhasilan ini. Yaa, yaaa..” ajak salah seorang kawan officeku.
“Emm.. gimana ya, guwee.. gu..”
“Alaah ga usah pakai alesan pokok nya eloe harus ikut.”, kawan officeku yang lain pada ikutan memaksa.
“Iyaa deeh, tapi bentar duloe yaa..”

Aqu celingak celinguk sesaat mencari kekasih ku ,si ketan yang tadi aqu suruh nunggu di lobby office.

“Sesaat, sesaat.. guwe nemuin sepupu guwe duloe deh..” kata ku seraya berjalan kearah Shiro.

Mengapa aqu memperkenalkan Shiro sebagai sepupu ku? Bukannya maloe, tapi aqu kasihan dan ga rela kalo Shiro jadi bahan ejekan kawan kawan office.

“Ketaan!! Guwe berhasil! Perusahaan ini menang tender!!” teriakku mengabarkan berita gembira ini kepada Shiro. Bocah kuliahan yang aqu ajak ke tempat kerjaqu, dengan kaos distro khas abg.
“Waah, hebat loe yaanggg! Congrat yaah!!”, jawab Shiro langsung mendekap memeloekku erat.
“Iya iyaa, ehh! Eeh!! Tapi lepasin duloe dong peloekannya. Maloe tau ga di liatin recepsionis.”
“Biarin, abis nya pasti loe mo pergi ngerayain ma kawan kawan loe kan?” ucap Shiro sebel.
“Lagian tadi gua sempet liat pakai acara peloek peloekan, cipika cipiki segala sama kawan loe yang cowok!”
“Mengapa loe kok jadi kaya gini? Loe jealous yaa? Biasa aja kalee tan, ini kan dunia kerja lagian mereka itu sudah kaya sodara sendiri kok.”, terangku panjang lebar dengan jelas.
“Iyaa iyaaa dunia kerja, bukan dunia gua yang masih kuliah, gitu kan?”, jawab Shiro kesal dan langsung menuruni anak tangga menuju basement.
Aqu langsung mengejar dan memegangi lengan yang tertutup kemeja panjang kotak kotak itu.
“Taan, pleasee dong jangan ngambek yaa. Iyaa deh maap, guwe minta maap yaa..”
“Huuh eloe itu emang yaa, kebiasaan. Sebel gua. Tapi gua ga akan ngerusak hari bahagia ini deeh, Hmm.. Tapi sun duloe dong.”
“Iiiihhh loe tu yee, emang pinter nyari nyari kesempatan deeh.”
“Yasudah terserah eloe. Kalo ga mau juga gapapa kok.. weekkzz!!” cibir nya sembari meleletkan lidah nya kearahku.

Aqu memutarkan tubuhnya. Sekarang kita saling berhadapan dan aqu mulai berjinjit untuk mengecupkan bibir berpoles tipis lipstik warna merah terang kearah pipi nya, dan “Cuup..”

“Sudah yaa, jangan ngambek lagi. Guwe sayang bingit sama eloe, tau ga??” ujarku sambil melihat mata bening nya yang juga sedang menatapku.
“Hehehehe.. oke tuan putriii, sekarang silahkan jalan dah ma kawan kawan gawe loe tapi ntar sore kalo pulang jemput gua di lapangan sepakbola yaa”
“Iyaa deh ntar di jemput. Kudu menang lhoh yaa. Kalo kalah guwe kebiri loe!! Hahaha!!”
“Yee enak aja loe, dasar peyaanggg katrok!! Have fun yaa..”
“Okee, taann!!”

Kita pun berpisah. Aqu pergi sama kawan office, dan Shiro kembali menemui kawan kampus nya untuk balik ke kampus, tempat dia menempuh S1 nya.

Hmm.. hari ini guwe bener bener bahagia. Sukses di tempat gawe, dan Shiro masih sekemudian bisa membikin guwe jengkel, kangen, dan gemes…

Setelah ber pesta dengan kawan kawan office, aqu pun melajukan Volks Wagen beetle dengan santai menjemput Shiro di lapangan bola tempat biasanya.

“Godain si ketan kaya nya asyiik neeh, hihihiii . . .” ucapku dalem hati sambil terkikik.

Hanya butuh saat sekitar 30menit untuk menuju lapangan bola. Sesampai nya di lapangan, aqu melihat Shiro sedang duduk santai bersama seorang kawannya.

“Samperin ahh, sekalian ngasih air mineral dingin dalem botol kemasan..” gumam ku sembari melepas blazer kerja.

Sekarang aqu Hanya mengenakan baju model kemben yang terlihat kekecilan membungkus tubuh indah yang semampai ini. Celah belahan dada ku terlihat jelas dan semakin terlihat seksih terkena cahaya sinar matahari sore.

“Hai ketan jelekk!! Manyun aja mengapa loe!!”, kata ku dengan menabok bahu nya dan langsung berdiri di hadapannya.
“Aaah sialan loe yanggg!!”, jawab Shiro sambil membelalakkan mata melihat pose yang emang sengaja aqu bikin seksih.

Berdiri dengan berkacak pinggang dan menekukkan tungkai kaki kanan ku, dengan kaki kiri loerus menapak ke tanah lapangan. Puser cantik itu terlihat mengintip diantara baju kemben dan celana panjang ku. Hmm.. bener bener nakal..

Dari sudut mataqu, kawan Shiro sampe melongo melihat sembulan buah dada putih yang bagian atas nya terlihat jelas.

“Biarin aja, terserah guwe doong. Ooh iya neeh ada air mineral dingin..” ujar ku dengan merundukkan tubuh tepat dan dekat dihadapan mereka berdua.

Aqu sangat yakin kalo sembulan buah dada mulus ini semakin mencuat, seakan pengen keloear dari kandangnya. Aqu pun bisa mendengar suara loedah yang terteguk mekemudiani tenggorokan mereka. Hihihihi… Kita ngobrol seru, sesekali aqu tertawa terbahak bahak yang menyebabkan bongkahan sepasang buah dada yang ter kembeni itu ikut bergoncang seiring tawaqu, dan tentunya merupakan pemandangan yang begitu indah untuk di loepakan buat mereka di sore hari yang cerah ini. Setelah asyik ber haha hihi, aqu dan Shiro pun pulang ke kost.

“Cuup” pipi kanan Shiro aqu kecup tiba tiba, Sebeloem memasuki mobil.

Shiro tersmile maloe. Dari sudut mataqu terlihat ada seseorang melihatku, tapi aqu ga peduli siapa dia. Palingan iri melihat cewek cakep ngecup cowok manis hihihi…Shiro yang nyetir dan aqu merebahkan kepalaqu di bahu kiri nya. Lagu “thank you” dari dido mengaloen lembut menjadi teman dalem perjalanan ke kost Merah Delima.

Malam minggu kali ini aqu cukup kan untuk stay at kost aja. Menikmati sajian sinetron yang membosankan, atau liat DVD. Inge sendiri sudah heboh untuk ketemuan dengan si Oom nasabah nya yang kemarin sempat beradu raga dan aqu intip hihihii.. Di pintu ruangan ku, berdiri lah sosok cantik dengan dandanan glamour siap cloebbing yang ternyata adalah inge.

“Loe ga jalan sar?”
“Ga ngee, nyantai di kost an ajah. Capek guwe seharian tadi sudah pesta sama kawan kawan office.”
“Sepi lho kost an, anak anak pada pulkam, mami nina juga mo keloear ada acara ma keloearga besarnya.”
“Tapi khan masih ada si ketan”
“Hehehe .. ati ati aja loe diperkosa, nyaho..”
“Aaah, yang ada, dia mah yang guwe perkosa ngee, hahahaha..”
“Eeh kira kira Shiro masih perjaka ga yaa?”
“Yee mana guwe tahu. Harus nya loe yang lebih lama nge kost disini, tahu dong sepak terjang dia.”
“Guwe juga kaga tahu noonnn!! Emm.. Farah, ada sesuatu yang pengen guwe omongin ke loe, tapi besok besok aja dah ngobrolnya. Yasudah deeh, guwe ciao duloe yaa.. have a nice Saturday night Farah cantiiikkkk!!”
“Oke deeh. Take care yaa.”
“Siip lah.”

Dengan menganakan tank top no bra dan rok mini, aqu menikmati udara malam yang begitu semilir sambil menikmati secangkir esspreso(kopi item), setoples kacang mede, dan rokok yang setia terselip diantara kedua bibir yang senantiasa mengundang mangsa untuk mendeep kiss nya.

“Fyuuh mengapa guwe tiba tiba jadi horny gini yaah? Apa karena tadi sore pakai acara flirtingin Shiro sama kawannya itu?” keloeh ku dalem hati.

Sedang asyik asyik nya nge piktor, seiring dengan gairah yang mulai terbangun, tiba tiba ada mangsa lewat. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Ketan yang berkaos santai dan ber boxer polos terlihat berjalan sambil bersiul siul kearah ruangan ku.

Ketan berdiri di pintu ruangan ku yang terbuka, sedang aqu duduk di pinggiran kasur dengan satu kaki terlipat diatas kasur, dan satu nya menjejak ke lantai. Hmm.. look sexy..

Kontan aja mata si ketan melotot melihat kemulusan paha yang tersingkap dari rok mini yang aqu pakai. Sesaat kemudian, bola mata nya naik dan merayap kearah dada ku yang hanya terbaloet tanktop tipis, sehingga apa apa yang tersembunyi di sebaliknya tampak menerawang menggoda, termasuk puting mungil yang tampak imut menggemaskan itu.

“Yaangg, loe seksih bingittt..” ujar Shiro jujur dan apa adanya, dengan tatapan mupeng.

Mungkin juga disebabkan oleh parfum yang aqu pakai emang wangi menggoda.

“Masa siih, perasaan biasa aja tuuh.”, jawab ku dengan nada genit dan kerling mata yang mulai nakal.
“Peyaanggg.. Hmm.. hehehe.. gimana yaa ngomong nya, tengsin dah..” bilang nya sambil tersipu maloe

Mangsa ssudah masuk perangkap, tinggal bagaimana kita menghabisi nya.. bener ga??? Hohohoo.. seringai iblis pun mengembang..

“Mengapa tan? Hmm, pengen yaa? Hihihihii..” sahut ku manja dengan meloeruskan kedua tangan keatas kepala yang tentunya menyebabkan tank top ku ikut tertarik keatas menampakkan kulit perut yang putih mulus terawat.

Sepasang buah buah dada ku pun ikut ikutan genit, terlihat saling menghimpit satu sama lain. Puting kemerahan yang mempertegas keindahan dari buah buah dada itu juga semakin nyeplak jelas minta di kuloem dan di kelamuti oleh lidah basah yang berasa hangat.

“Masuuk dong.. sini sini, come to mama..” ucap ku seraya melambaikan tangan.

Ketan masih dengan style yang tidak berubah dari duloe. Maloe maloe singa.. iihhh sereeem bo’…. Shiro menghampiri dan segera duduk disebelah ku walau terlihat gugup. Untuk mencairkan suasana biar ga kaqu, telapak tanganku segera mengeloes pipinya dengan lembut. Dengus nafas Shiro semakin bertambah cepat, ketika aqu mulai menempelkan bibir manis ini untuk merajut asmara dengan bibirnya. Sementara itu, telapak tangan ku yang lain, aqu rayapkan dari dada turun perlahan kearah perut, mengusapnya sesaat sebeloem akhirnya mulai meraba, mengeloes, dan mengurut lembut naik turun di batang kemaluan yang masih tersembunyi di balik boxer.

“Semprul, dah ga pakai celana dalem ternyata..”, gumamku dalem hati sembari tersmile simpul.

Merasa aqu mulai menyerang, Shiro kekasihku itu pun juga langsung bereaksi menyerang balik tubuh ku yang ramping padat berisi. Boxer yang di kenakannya ssudah turun sampe loetut. Lidahnya yang pinter memuaskan itu pun mulai merayap ke muloet ber bibir tipis yang ku punya. Sementara tangan nakal nya menjelajah ke seloeruh tubuh ku yang berlekuk indah bak gitar dari Spuanyoolll.. Tangan muda Shiro mulai menjarah dan meremas buah dada yang menggantung sensual, yang masih ada di balik tanktop yang aqu kenakan. Bibirnya masih terus saja menjelajah bibir seksih milikku. Lidah Shiro menggeliat, dan membuat sang ratu yang bernama Farah pradipta itu segera membuka muloet sedikit untuk menyambut ajakan dansa.

“Ouugghhh…” aqu mengerang merasakan getaran nikmat, sambil memejamkan mata keenakan, ketika Shiro menarik lidahnya yang nakal itu dan mulai menguas wajah ku sembari tak loepa untuk sesekali mengecup ringan bibir tipisku yang begitu menggemaskan untuk di kelomoh.

Aqu menatap ke arah Shiro dengan mata redup dan bibir yang menyunggingkan smile menggoda.

“Ummpphhhhh!”

Kepala ku bergerak tanpa henti menikmati ciuman hebat dari bibir seorang Shiro. Merem melek merasakan rangsangan yang kini sedikit demi sedikit mulai menggelitik dan merongrongku. Shiro masih terus saja bersemangat untuk menjarah kenikmatan yang bersumber dari bibir manis ini, sambil tak loepa untuk terus memainkan tangan dan jemarinya di area buah dada putih berputing kemerahan, yang sekarang telah terbebas dengan sempurna dari belitan tanktop. Ga tahu kapan tanktop itu terlepas dari tubuhku. Yang pasti, aqu begitu menikmati nya. Sangat menikmati dengan gairah yang ga tahu mengapa kok menggebu gebu bingit melanda tubuh wangi ini.

Kemaluan Shiro ssudah tampak mengeras seperti kayu. Aqu bisa merasakan hawa binal penuh gairah dari dalem tubuh ku keloear, setiap bersinggungan dan bergesekan dengan batang kemaluan Shiro. Bahkan, ketika batang kemaluan itu di sentuh dan diusapkan dengan sengaja di dinding perut ku yang rata karena rajin berenang. Aqu masih melayang merasakan buaian nikmat dari serangan Shiro di bibir dan di sepasang bongkahan buah dada bulat yang berkulit lembut.

Merasa seperti diperkosa, Shiro pun berontak dan membalik kan tubuh ku agar telentang diatas kasur. Sekarang missionaris style.. Pengeksekusian kemaluan seorang ratu oleh abdi dalemnya segera dimulai. Perut Shiro saling menempel erat dengan perut ramping dan rata milik Farah. Kekasihku itu pun segera memaju mundurkan pinggangnya untuk menyetubuhi dan menyenggamai diriku yang penuh pesona.

Kaki jenjang yang putih direntangkan lebar dan loetut ku pun ditekuk nya. Aqu sangat di mabukkan oleh kenikmatan yang dihasilkan dari genjotan batang kemaluan Shiro, hingga aqu pun memejamkan mata untuk lebih meresapi rasa nikmat ketika tusukan kemaluan Shiro semakin cepat dan mulai mengedut ngedut, seakan protes karena terhimpit oleh loebang kemaluan yang aqu mainkan ototnya biar bisa menjepit kuat. Shiro melenguh dengan keras, dia meremas bongkahan payudara putih ku beberapa kali, sebeloem mengangkat pantat ku lebih tinggi dan menusukkan kemaluannya lebih dalem, juga semakin lama semakin cepat.

“Jreeb!.. jreebb!!.. sleephhh!!.. sleephhh!!!”
“Gu,guaahhh!! Gaa ku.kuaat lagihhh!.. Aaaaaarrrrrgghhhhhh!!!” desah dan gerungan parau Shiro penuh kepuasan, seperti binatang yang hendak di sembelih.

Shiro menyusupkan kepalanya di pangkal leher jenjang ku yang berhias liontin batu safiir, ketika helm kemaluannya menyembur dan meledak dengan kuat di dalem kehangatan kemaloeanku, yang masih saja mengempot empot liar kemaluan Shiro yang sedang menumpahkan sperma. Shiro terus menggerakkan pinggul nya maju mundur, mengocokkan pelan kemaluan yang tengah memancarkan cairan calon dedek bayi itu. Aqu pun segera meraih klimaks yang aqu nanti nanti menyusul Shiro, dengan mengelojotkan dan menggelinjangkan tubuh sembari mendesah dan menancapkan kuku dari jari lentikku kearah punggung dan bahu Shiro.

“Hoshh.. hossh.. hoshh,” nafas yang hampir putus terus keloear dari muloet kita berdua. Sesaat kemudian, rasa lemas menghampiri kita setelah mencapai puncak nirwana penuh kenikmatan.
“Puas tan?” tanyaqu sembari mengusap punggungnya yang dihiasi keringat.
“Bangeeet. Gila dah, bener bener gila.. Tubuh loe nikmat bingit. Sudah cantik, putih mulus, sudah gitu “itu” loe jepit bingit, hehehe.. perfect!” jawab Shiro sejelas jelasnya.

Aqu pun tertawa ringan mendengar celoteh Shiro yang telah merasakan puas dengan tubuh yang sekemudian rajin aqu rawat ini. Shiro segera bangkit berdiri dan, “Ploop” suara yang menandakan terbebasnya kemaluan dari tawanan kemaluan.

“Sini tan, biar guwe bersihin duloe.” Ucapku sambil mendekati belalai Shiro yang terlihat masih basah oleh cairan kenikmatan kita berdua.

Aqu menganga lebar dan memasukkan batang kemaluan itu tanpa tersentuh bibir, lidah, dan muloet ku. Setelah tertelan sampe pangkalnya, baru aqu mengatupkan erat bibir ku dan menariknya keloear perlahan, sembari mengusapkan lidahku pada batang kemaluan nya.

“Uuughh!” geli yang, gelii.. sudah sudahh!!”, ujar Shiro sambil bergidik.
“Hehehee, dah bersih sekarang tan. Nah sekarang tidur sana. Eehh!! Tadi saat eM eL, pintu nya belon loe kunci yaa? Gilaaa loe!! untung aja kost sepi. Kalo ketahuan mami nina dikira guwe merkosa loe dong..” ucapku kaget karena pintu ruangan terbuka lebar sesaat kita eM eL.
“Uppsstt!!! Iyaa, gua loepa. Tapi gapapa kok, semua aman terkendali. Thanks yaa yaangg untuk malem minggu yang indah ini. Gua turun ke bawah duloe. Met bobo..”, kata Shiro beranjak jalan keloear dari ruanganku.

Hari demi hari berkemudian, bulan demi bulan pun terlewati tapi aqu tetep aja merasakan sesuatu yang kurang. Mengapa saat bersama Shiro aqu bisa tertawa lepas, begitu riang. Tapi disaat ku sendiri aqu sekemudian gelisah, ada sesuatu yang sekemudian menghantui ku. Hingga pada suatu hari di tempat jemuran…

“Farah,loe beneran pacaran sama Shiro?” tanya inge setelah menghembuskan asap rokok nya.
“Kalo bener emang mengapa, nge?” tanyaqu pelan
“Soalnya mami nina kapan gitu dia nanya ke guwe, apa Farah tuuh pacaran sama Shiro kok kelihatannya akrab bingit. Guwe jawab aja ga tau, gitu.”
“Iyaa seeh nge, sebenernya guwe masih bingung bingit. Teringet semua ucapan loe yang kemarin itu. Aaah shitt!!” keloeh ku seraya membuang puntung rokok kebawah.
“Farah, kalo eloe bener bener sayang and cinta sama Shiro, kaya nya loe harus ngomong terus terang deh sama mami nina.

Karena kalo ntar ketahuan kan akan membawa dampak negative ke Shiro sama eloe nya sendiri. Sudah gitu kalian kan juga tinggal satu rumah. Gimana jadi nya ntar misal mami nina tahu hubungan loe sama anak nya? Pasti berprasangka buruk deeh.”

Inge menghela nafas..

“Juga dengan mama and keloearga loe di solo, bisa ga beliau bisa nerima calon yang masih brondong.” imbuh inge sejelas jelas nya.
“DEGG!!!” Yang guwe taqut kan selama ini akhirnya muncul ke permukaan.
“Ga mungkin guwe bilang terus terang sama mami nina, ngee. Apalagi sama keloearga guwe di solo. Karena mama pernah bilang, kalo nyari pacar itu harus yang lebih dewasa dari guwe..” ucapku putus asa dan tampak galau.
“Oooo gitu?”
“Jujur aja ngee, guwe masih terngiang ngiang ucapan loe beberapa bulan yang kemudian tentang perbedaan usia, mengenai masa menapouse, terus kemudian perasaan mama guwe di solo, gairahsex.com juga perasaan mami nina. Ternyata yang membuat guwe terus terusan gelisah dan ga tenang yaa itu. Aaahhh, guwe bener bener tolol.. mengapa saat itu guwe mau aja jadian sama Shiro siihh!!”
“Sebagai seorang sahabat, guwe Hanya ngedukung semua keputusan loe Farahh, apapun itu..” bilang inge lembut sambil mengeloes pundak ku, menenangkan.
“Hmm.. kaya nya guwe emang harus ninggalin Shiro, ngee. Dengan segala konsekuensi nya. Guwe taqut kalo keadaannya semakin lama semakin ruwet.”
“Loe nyerah untuk cinta kalian berdua?”
“Fyuuh.. Keadaan yang membuat guwe terpaksa harus kaya gini.”
“Hmm.. Cinta memang ga adil. Ketika datang aja membawa smilean, tapi giliran pergi pasti akan meninggalkan loeka dan kecewa. Okee deh, apapun keputusan loe, adalah yang terbaik yang loe ambil. Guwe hanya mendukung saja Farah.”

Tanpa sepengetahuan Shiro, diem diem aqu ssudah mengepak barang barang di ruanganku sedikit demi sedikit. Aqu titipkan semua barang barang itu di rumah tante ku, sebeloem mencari tempat kost yang baru. Aqu juga ssudah berpamitan sama mami nina kalo akan pindah kost. Mami nina yang baik hati itu sebenernya ga ngebolehin aqu pindah, dan tanya ke aqu, mengapa kudu pindah? Ga kerasan yaa? Ntar siapa yang bantuin mami masak opor? Dan berbagai pertanyaan yang membuatku semakin merasa bersalah kepada beliau.

“Shiro pasti sedih bingit, kalo tahu tiba tiba aja ruangan loe kosong. Dia pasti kangen, loe kelonin and nina boboin.. hehehee.” Kata inge sambil ikut bantuin nge pack barang yang tinggal sedikit di ruangan ku itu.
“Sialan loe!” cibirku.
“Hahahahaa.. ehh buat guwe aja gimana, si Shiro? Loemayan kan guwe jadi ga susah untuk muasin hasrat? Hihihii..”
“Hahahahaa, gila loe ahh, ngee!” jawab ku ikutan ketawa.
“Tok.. tok.. tok..!!” Suara pintu terdengar keras.
“Farah, bukain pintu nya!!”, seru Shiro lantang dan terdengar gusar.
Duuch kok ni bocah rewel bingit seeh.. orang emak nya tadi saat guwe pamitin biasa aja kok

“Farah, gua kudu ngomong apa lagi ke eloe?!!”
“Gua tahu eloe beloem tidur khan!! Gua bakal benci eloe seumur hidup gua, kalo loe ga mau bukain pintunya..”, kata nya lagi dengan nada mengancam.
“Shiro.. apa yang guwe laqukan semua ini untuk kebaikan eloe. Jadi jangan ganggu guwe lagi yaa.. plisss.”
“Farah, pliss deh?!”, sahut Shiro mulai terdengar putus asa.
“Mengapa ga bilang ke gua kalo loe mau pindah? Apa salah gua saraah?”, tanya nya sedih.

Ingin guwe katakan padanya bahwa dia tidak lah salah. Yang salah itu adalah betapa pengecut nya guwe, seorang Farah. Gara gara usia yang terpaut 4-5tahun, guwe menyerah dengan yang nama nya cinta. Menyerah dengan nama nya keadaan. Guwe ga mungkin berterus terang soal sesuatu yang ssudah inge wanti wanti kan ke guwe.. Oh God help me please..

“Gua sayang bingit sama eloe, apa itu ga cukup?? Terus.. gua harus gimana lage? Loe tinggal bilang, gua kudu ngelaquin apa lagi biar eloe ga ninggalin gua??”, ujar Shiro meratap piloe dan sedikit terisak.
“Jawab dong saraaah, loe kok tega bingit seh sama guaa. Mengapa saraahhh!!”, isak nya semakin jelas terdengar.

Oooh Goodd!!! hati ini tersayat mendengar ucapan Shiro yang begitu jujur dan apa ada nya. Tapi beloem saat nya loe tau tentang hal ini Shiro. Emang seeh kalo guwe terkemudian naif dan principil. Tapi semua nya untuk kebaikan kita juga. Guwe janji, Suatu saat nanti pasti guwe jelasin, Shiro..

Aqu bangkit dari tidur dan berjalan menghadap kearah pintu, dimana Shiro terus terusan merengek sedih. Tapi di saat tangan ini menyentuh gagang pintu, ku urungkan niat ku untuk membuka nya. Terdengar petikan lighter dan hembusan nafas nya mengeloearkan asap rokok.

Shiro menghepaskan tubuh nya ke pintu. Perlahan, aqu pun bersandar juga pada pintu yang ada di balik Shiro. Hanya ini yang bisa ku laqukan untuk nya. Mendengarkan, dan terus mendengarkan nya..

“Jujur, eloe adalah cewek pertama gua yang bener bener baek, perhatian, dan sabar pula. Loe satu satu nya cewek yang ga resexk yang pernah gua kenal.”

Aduuh makasiih bingit.. guwe pun baru pertama kali jadian sama cowok resex, dan nyebelin. Tapi aneh nya, guwe tetep suka.. hiks.. hiks.. hikss..

Dengan sekuat tenaga, ku tahan tangis sembari membekap bibir ku. Tak mampu rasa nya kalo harus menyiksa Shiro yang tidak tahu apa apa. Tapi aqu juga ga tahu lagi cara yang laen.

“Tuk.. tuk.. tuk..”

Jari nya mengetuk pintu ruangan ku. Shiro mengeloeh pelan.

“Farah.. kalo eloe pengen putus dari gua, yaa tinggal bilang aja. Ngapain seeh loe kudu ikutan nangis segala? Harus nya khan eloe seneng bisa lepas dari gua. Loe beneran pengan putus yaah? Iya khan Farah??”

Aqu tersentak kaget. Apa Shiro tahu kalo aqu di balik pintu? Ooh my Godd!!

“Ooiii… jawab dong Farah. Tinggal bilang putus, beres khan?” sahut nya lagi.

Aqu hapus air mata yang meleleh di pipi ku. Mencoba memastikan kalo semua akan baik baik saja. Tapi bisa khah?? Hiks.. hikss.. hiks..

Kembali Aqu berdansa di ujung gelisah..

“Iyaa.. guwe pengen putus, Shiroa.. maafin guwe yaa..”, kataqu lirih. Shiro Hanya tertawa pelan.
“Nhah, kalo eloe bilang langsung dan terus terang ke gua khan kerasa nya enak. Next time jangan kaya gitu, kalo eloe punya cowok lagi.. jangan sampai dia eloe gantungin kaya guwe..”
“Maafin guwe.. maafin yaa Shiroa..”, pinta ku dengan suara bindeng dan terisak akibat air mata kesedihan yang menetes keloear membasahi pipi.
“Di maafin kok Farah.. tapi sisain walo dikit, nama gua tetep di sudut hati loe yang paling sempit yaa hehehe.. Ya sudah sekarang tidur gih, biar besok ga telat bangun pagi untuk berkemas.. hei! jangan nangis muloe dong, ntar cantik nya diambil orang lho..!!” Shiro terkekeh, kemudian mengetukkan jari nya ke pintu.
“Ntar pagi buta gua pergi ke bromo. Eeh, ada sesuatu buat eloe di ruangan gua. Besok loe ambil aja. Take good care yaa saraah.. Jangan kangenin gua!”

tak lama berselang, terdengar suara langkah kaki Shiro yang diseret beranjak dari dari ruangan ku.

Ku hempaskan tubuh keatas kasur dan menerawang. Mulai terbayang lagi semua kenangan di masa kemudian diiringi cucuran air mata ku. Pertemuan pertama kali kita yang sangat aqu benci, tapi ketika akan berpisah aqu begitu suka pada nya dan merasakan begitu sedih.

“.. Ku Ingin Kau Menjadi Milik Ku..
Entah Bagaimana Cara nya..
Lihat lah Mata Ku Untuk Meminta Mu..
“.. Aqu Ingin Jalani Bersama Mu..
Coba Dengan Sepenuh Hati..
Ku Ingin Jujur Apa Ada Nya Dari Hati ..”

Suara lagu yang keloear dari mini compo Shiro terdengar sangat menusuk hati. Seiring suara serak Shiro yang menahan tangis, ikut menyanyikan nya. Tiba tiba dada ini begitu terasa sesak.

Aqu menempelkan pipi sebelah kanan di dinding tembok ruangan. Tangan ku pun juga ikut menyentuh dinding ruangan yang di sebelah nya adalah ruangan Shiro.

Seakan mengusap usap pipi nya, dan membayangkan wajah ganteng Shiro yang sedang meratap piloe. Maybe terkemudian capek bersedih, aqu pun tertidur diatas kasur yang sekemudian setia dan rela tertindih tubuhku.

Perempuan muda itu berjalan dengan menyeretkan langkah kaki nya. Gurat di wajahnya yang berdebu terlihat sedih. Bekas air mata yang meleleh di pipi nya membentuk sebuah anak sungai yang tampak mengering. Setelah sampai di sebuah tempat pemakaman dia berhenti. Dia melihat bapak tua sang penggali kubur telah menyekopkan tanah terakhir membentuk gundukan makam.

“Hai pak tua penggali kubur, siapakah yang kau makamkan?”,
“Aqu telah mengubur si fulan, anak muda yang baik hatinya dengan sekop ini.”
“ Mengapa engkau bertanya seperti itu?,”
“Ketahuilah wahai bapak tua penggali kubur, Dengan sekop itu pula kau telah mengubur hati ku . . .”
“KRIIINGGG!!!!!!!” jam weker berbunyi dengan keras pukul 06.00 pagi.

Fyuuhh.. ternyata Hanya mimpi. Aqu menghela nafas dalem dalem ga tahu apa makna yang tersirat dan yang tersurat dalem mimpiku. Setelah mengumpulkan nyawa, aqu segera beranjak untuk mandi menyegarkan badan dan otak ku yang begitu kusut ini. Segaaarrr…

Setelah selesai mandi dan ber dress up, aqu pun tiba tiba teringat dengan kata kata Shiro kalo dia ada sesuatu untuk ku di ruangan nya.

Aqu segera beranjak menuju ruangan Shiro. Masih sepi dan tak terdengar suara apapun di dalem ruangan nya. Ketika aqu hendak mengetukkan pintu ruangan nya, aqu melihat handle pintu ruangan yang sedikit terbuka.

“Tan.. ketann, ini guwe Farah..” kataqu sambil membuka pintu ruangan pelan pelan dan memasukinya. Ruangannya kosong dan sepi. Shiro ternyata gada di ruangan, mungkin ssudah menempuh perjalanan ke Bromo.

Aqu melihat sebuah foto yang terbingkai indah di dinding ruangan nya. Foto ku dan diri nya, ketika sedang bergokil ria ber foto box di salah satu mall.

Tiba tiba saja hati ku tergetar melihat foto itu. Tiba tiba saja kedua bola mata ku berkaca, mengingat semua kenangan ssudah tercipta diantara kita. Tak terasa pundakku pun mulai tersentak kecil ketika aqu mulai terisak lirih.

Hmm.. Diatas stereo set di pojok ruangan terlihat bungkusan kotak kecil ber tali pita dan sedang menindih sepucuk surat. Aqu mendekat. Aqu mengambil kotak berpita itu dan membukanya…

“Oooh my God, ini kan duit yang duloe pernah kita rebutin. Dan ini jam tangan yang sempet guwe pengen beli tapi loem kesampaian, dan sekarang jam tangan cantik ini ada dihadapanku, diberikan oleh Shiro padaqu???” aqu sangat terharu, hati ku tersentuh dengan ketuloesan Shiro. hiks.. hikss.. hikss..

Kemudian aqu buka perlahan sepucuk surat…
Hi nenek peyangg jelekk!!
Tuuh ada jam tangan yang duloe loem sempet eloe beli karena harganya mahal kan? Nah sekarang jam itu ssudah ada, di pakai terus yaa..
Ooh iya yaangg..

Maafin Shiro, kalo dari awal kita ketemu sampe eloe membaca surat ini gua sekemudian ngeselin, bikin jengkel, bikin loe uring uringan tolong di maafin..

Peyaangg yang nyebelin..

Kalau di kemudian hari loe dah dapet cowok baru pengganti gua, tolong jangan loe gantungin kaya gua ya hehe.. dan dia harus mau beliin loe kacang mede, teh kotak, brownis. Nemenin loe belanja, main PS, dan taruhan billyard.

Eeh peyaanggg ..

Suatu saat nanti, kalo gua sudah cukup dewasa untuk mengetahui apa yang sebenernya terjadi, maukan eloe cerita ke gua???

Yasudah, ati ati loe yaa.. Semoga hari loe tetep penuh warna.

Shiro, si ganteng imut lagi sedih.

Air mata ku tak tertahankan lagi. Aqu menangis bukan hanya terisak, setelah membaca surat Shiro yang begitu polos dan apa ada nya.

Iyaa Shiro, guwe janji. Guwe pasti akan cerita ke eloe. Semua pasti baek baek aja kok Shiro.. ga usah khawatir. Guwe yakin, suatu saat nanti, eloe juga bakal dapetin seseorang yang emang pas buat eloe..jaga dan bawa diri baek baek yaah.. hiks.. hiks.. hikss.

....Tamat....

0 comments:

This summary is not available. Please click here to view the post.

0 comments: