Kocakannya Semakin Terasa Dan Aku Semakin Mendesah Hebat

Kocakannya Semakin Terasa Dan Aku Semakin Mendesah Hebat


Aku seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Panggil saja aku Hilarius. Cerita ini merupakan kisah nyata aku yang sampai saat ini masih berlangsung meskipun aku akui aku jenuh dan ingin mencari pengalaman lain dengan wanita yang berbeda pula.

Cerita berawal dari kisah pacaran aku dengan Shena, seorang mahasiswi yang berbeda kampus dengan aku. Setelah aku berpacaran dengannya selama dua bulan, barulah Shena menampakkan sisi kehidupan aslinya, bahwa dia penganut seks bebas. Keadaan itu aku ketahui dari perkataannya sendiri ketika aku selesai makan dengannya di sebuah warung mahasiswa khas Yogyakarta. Ketika itu dia cerita kalau selama tiga bulan dia tidak pernah disentuh lelaki termasuk aku.

Maksudnya tentu saja merasakan kenikmatan seksual yang selama ini dipenuhinya dari mantan pacarnya yang terdahulu sebelum aku. Kontan aku kaget berat mendengar hal itu. Gagang kemaluan aku langsung tegak dan seakan ingin loncat keluar.

“Kenapa kamu tiba-tiba jadi horny begini..?” tanya aku.

“Aku tiga hari ini habis nonton BLUE FILM bareng temen-temen kosku..,” jawabnya,

“Ayolah.., kamu mauya..?” pintanya. Aku semakin tidak karuan mendengar permintaannya itu sambil menggelayut di lenganku dengan manja. Akhirnya kuputuskan untuk meladeninya, meskipun aku belum pernah melakukannya sama sekali dengan wanita manapun.

Dia tampak senang sekali mendengar kesediaanku meladeninya malam itu. Di kepalaku mulai timbul pikiran-pikiran yang kotor sambil berfantasi dengan kemolekan tubuhnya yang sintal, langsing dan berisi itu (payudaranya berukuran 32A, kira-kira segitu deh).

Seketika saja motorku langsung kubawa ke arah tempat kost-nya yang memang bebas, dan laki-laki boleh masuk, karena memang tetangga sekitar berjarak agak berjauhan dengan rumah itu. Sampai di kost-nya, aku memarkirkan motorku dan langsung digandeng masuk ke dalam kamarnya.

Teman-teman satu kost-nya langsung saja mengejek kami ketika kami baru saja masuk,

“Waaahh, sudah kebelet ya.. abis yang kemarin itu..?” kata salah seorang dari mereka dan langsung disambut sorakan yang lainnya.

Aku hanya diam saja, sedang Shena tertawa kecil sambil berkata,

“Biarin..! Orang gue juga kepengen kok..!”

Sesampainya di kamar, Shena bergegas mengunci pintu dan langsung menubrukku sampai aku tersungkur di kasurnya. Dia mulai menerkam bibirku dengan ciumannya yang penuh nafsu. Aku sudah tidak ada pikiran untuk menghentikan tindakannya itu. Aku langsung meladeni ciumannya yang ganas itu dengan ganas pula.

Tangan Shena mulai merayap di kemaluanku yang masih tertutup celana. Aku tidak mau kalah juga, kusergap payudaranya dengan remasan yang lembut sambil kulepaskan satu persatu kancing bajunya. Akhirnya dia pun berdiri karena melihatku mulai bernafsu dan sudah mulai membuka bajunya. Dia mulai membantuku membuka bajuku hingga celana dan sekaligus celana dalamku terlepas dari tubuhku dan dilemparkannya saja ke tepi ranjangnya.

Begitu juga sebaliknya, kulucutkan pakainnya hingga kami sama-sama telanjang bulat. Tanpa pikir panjang, aku direbahkannya di atas kasur dalam posisi duduk, dan kini wajahnya sudah berada tepat di depan Gagang kejantananku yang sudah tegak berdiri.

“Aku kangen sama kemaluan lelaki..!” katanya sambil mengocok-ngocok lembut Gagang kemaluanku.

Aku semakin menggeliat. Baru pertama kali Gagang kemaluanku dikocok sama cewek. Kocokannya semakin terasa dan aku semakin mendesah hebat. Tidak sampai dua menit dia mengocok, tiba-tiba mulutnya diarahkannya ke Gagang kejantananku dan ia pun mulai mengulumnya. Gila..! Sensasi yang luar biasa. Aku terkesan dengan permainan mulutnya, sesekali dihisap, dimainkan menggunakan gigi, dikulum, dijilat dan banyak lagi deh.

Setelah agak lama dan aku juga sudah mulai sangat terangsang, kuangkat dia ke sebelahku dan sekarang aku yang berlutut di lantai, sedang Shena yang sekarang duduk di kasur. Aku sudah tidak tahan ingin mencoba merasakan menjilati miliknya yang gundul tanpa ada selembar bulu pun itu, karena tampaknya Shena sudah mencukurnya.

Aku memulai dengan mempermainkan kemaluannya terlebih dahulu menggunakan jari-jariku.

“Sssttt… aaahhh… terus..!” rintihnya ketika jariku mulai memasuki daerang liang senggamanya.

Aku mulai mempermainkan nafsunya dengan jari-jariku, dia mulai meronta dengan mengangkat-angkat pantatnya. Tidak lama setelah itu aku mulai menjilati dengan segala macam cara di lembah yang gersang itu, mulai dari kumasukkan lidahku ke lubangnya sampai kuputar-putar di lipatannya yangmembuat Shena semakin meronta bagaikan orang yang kerasukan birahi.

Sekitar 10 menit aku memainkan liang senggamanya, Shena mulai tidak tahan.

“Maaass… akuuu.. maauu.. keluarr… aaahhh… masukin aja pake… Gagangmu… Mass.., uuuhh… aaahh..!” rontanya sambil mengangkat-angkat terus pantatnya, sedangkan kepalaku masih ditekannya, seakan dia minta jangan dilepaskannya lidahku pada lembahnya.

Aku tidak mempedulikan rintihannya hingga suatu saat, “Seerr… haaahh… haaahh..!” Shena mengelinjang hebat merasakan orgasmenya.

Liang kemaluannya tetap tidak kubiarkan menganggur, aku masih mempermainkan liangnya itu dengan jariku. Shena masih meronta. Langsung dia sergap Gaganganku, dikocoknya dan dikulumnya dengan penuh semangat. Aku sedikit meronta karena seakan Shena membalas perlakuanku padanya.

Akhirnya aku langsung saja merebahkannya dalam posisi telentang, aku mulai membimbing Gagang kejantananku yang masih tegang hebat itu ke liang senggamanya, dan, “Slepp..!” Gaganganku sudah masuk penuh. Ketika kemaluanku itu masuk penuh, Shena merintih,

“Haaahh.. Maaasss.. goyang..!” rintihnya manja.

Kuturuti saja kata-katanya, aku mulai menggoyang pinggulku dan menyodok-nyodok lubang kenikmatannya dengan Gagang kejantananku. Rintihan demi rintihan bergantian keluar dari mulut kami. Sampai akhirnya Shena semakin menggelenjang tidak menentu, aku tahu kalau dia sudah mau orgasme lagi. Melihat gejala itu, langsung saja kupercepat gerakanku sampai akhirnya,

“Serr.. serr.. serr..!” keluarlah cairan kenikmatan itu dari liangnya.

“Stop… Stoop dulu… hhuuhhh… huuhh.. haaahh, jangan.. dicabut Mas..! Biarin aja..” pintanya.

Aku pun tidak mencabut kemaluanku dan seketika kurasakan Gagang kejantananku dihisap-hisap liang kemaluannya, gilaa..! nikmat sekali. Tidak lama kemudian aku dibaringkan ke kasur denganposisi telentang. Kini posisi Shena ada di atas dalam keadaan duduk sambil mengocok Gaganganku dan membimbing lagi ke arah liang kemaluannya.

“Sleepp..!”

“Oohh.. liangmu enak banget Say..!” kataku.

“Punya kamu juga bikin aku gila Mas..!” katanya sambil menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuhku.

Tanganku tidak diam saja, kuraih payudaranya dan kukulum, kuhisap payudaranya bergantian sambilkumulai meremas bergantian tanpa berhenti. Rontaan Shena semakin hebat dan semakin kelojotan dia. Aku pun mulai tidak tahan, karena posisi inilah yang paling kusukai, karena tangan dan mulutku tidak akan berhenti hinggap di bagian tubuh wanita yang paling kusukai, yaitu payudara.

Setelah sekitar 15 menit kami saling menggenjot birahi, akhirnya rasanya aku tidak dapat lagi menahan keinginanku meledakkan laharku.

“Saayy… aku maauuu keluar Saayy..!” rintihku.

“Tunggu aku Massss… ntar keluarnya aku kocokin aja..!” kata Shena yang membuatku kaget setengah mati dan langsung membayangkan bagaiamana nikmatnya dikocokin tangannya ketika mau orgasme.

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan jepitan pangkal paha Shena semakin keras, dan rontaannya semakin tidak beraturan, sedangkan aku juga sedikit mulai merasakan mau keluar.Seketika Gagang kemaluanku merasakan adanya cairan yang mengguyur dari dalam rahimnya sambil Shena terlihat kelojotan tidak beraturan.

Aku belum merasakan mau keluar juga saat itu.

“Shena, keluarin aku juga dong..!” pintaku merintih sambil meremas buah dadanya yang ranum itu.

Seketika dia sudah mengocok Gagang kejantananku dan langsung membasahinya dengan ludahnya,dihisapnya dan dikulumnya layaknya sedang makan es krim. Tidak ada semenit aku sudah menumpahkan air maniku ke lehernya sambil kocokannya terus jalan tidak berhenti. Setelahitu dia membersihkan Gagang kemaluanku dengan jilatannya.

“Aku ntar malem pengen lagi ya..?” pintaku.

“Aku juga pengen lagi kok Mass..!” katanya dengan disertai ciuman lembut di bibirku.

Sejak saat itu aku mulai ketagihan hubungan seks dan kami berdua tidak pernah sungkan-sungkan lagi kalau lagi ingin melakukan hubungan seks. Pernah kami melakukannya sehari tiga kali. Bahkan kami pernah hanya melakukan 10 hari dengan oral seks saja, mengingat saat itu Shena baru menstruasi.

Namun petualngan seksku belum berhenti sampai disitu. Pernah suatu ketika, permainan hubungan seks kami diintip Ibu kost Shena dan dua orang teman kost-nya. Hingga saat Shena sudah lulus dan kembali ke kota asalnya, aku masih tetap main ke kost Shena karena setelah kepergian Shena, aku jadi simpanan Ibu kost Shena dan seorang teman kost Shena yang juga pernah mengintip kami melakukan hubungan seks itu sampai sekarang. Aku jadi benar-benar ketagihan sampai sekarang.

0 comments:

Setiap Kali Tusukanku Penuh Sampai Ujung

Setiap Kali Tusukanku Penuh Sampai Ujung


Kita berdua telentang di jok kita masing-masing, dengan kemaluan kita yg masih terbuka. Kita saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan kanan Neng Noeryanti meremas tangan kiriku, aku tidak tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih, pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yg telah kita lakukan. Sesudah istirahat sejenak, Neng Noeryanti mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yg belepotan di perut dan kemaluanku. Neng Noeryanti membersihkannya secara mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal aku.

“Neng. Jangan digoda lagi lho, kalo ngamuk lagi gimana..?” kataku bercanda.

“Coba aja kalo berani, siapa takut..!” jawabnya sambil menirukan iklan di TV. Sesudah membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan memakai kembali CELANA DALAM-nya, merapihkan rok, blus dan BH-nya yg kusut. Sementara aku juga merapihkan kembali celana aku. Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke aku penuh bahagia.

“Neng.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi. ” aku mengingatkan.
“Pasti donk, mana sih yg gag pengin sarang burungnya dimasukin burung. ” canda dia.
“Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Neng..?” godaku.
“Pasti enak kok kalo udah lama. ” jawab dia. Sesudah kita semua rapih, Neng Noeryanti aku antar pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur di dadaku, tangan kiri aku untuk mendekap dia dan tangan kanan aku untuk pegang stir. Sesampainya di rumah Neng Noeryanti, cuaca masih gerimis. Neng Noeryanti menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.
“Vi, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu. ” ajak Neng Noeryanti.
“Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”

Sampai di dlm rumah Neng Noeryanti, ternyata Paino tidak ada. Menurut Bi Inah, pembantu Neng Noeryanti, katanya Paino hari ini tidak pulang, karena diminta atasannya dinas ke luar kota.

“Vi, ternyata Paino malam ini gag pulang. Kamu tidur aja disini, di kamar Paino. ” pinta Neng Noeryanti sambil senyum penuh arti. Aku tahu kemana arah pembicaraan Neng Noeryanti.
“Gag mau kalo tidur di kamar Paino, aku takut sendirian. ” godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalo Neng Noeryanti nanti gag nyusul ke kamarku. “
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yg denger. ” Neng Noeryanti cemberut, takut kalo ada yg dengar.
“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Paino, kalo nanti malam aku dimakan semut, jangan heran lho Neng..!” aku pura-pura merajuk.
“Gag usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalo semua orang udah pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, gag aku kunci kamarku. ” bisik Neng Noeryanti pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.

Habis mandi, tubuh aku terasa segar kembali. Aku langsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dlm kamar aku membaygkan apa yg akan aku lakukan nanti sesudah berada di kamar Neng Noeryanti. Aku akan bercinta dengan orang yg sudah bertahun-tahun aku idamkan. Jam di kamar aku menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tidak terdengar suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi. Bi Inah adalah orang yg terakhir nonton TV sesudah acara Srimulat yg merupakan acara kegemaran Bi Inah.

Untuk mempelajari suasana,gairahsex.com aku keluar pura-pura pergi ke kamar mandi. sesudah benar-benar sepi, aku mengendap-endap masuk ke kamar Neng Noeryanti. Lampu di kamar Neng Noeryanti remang-remang. Neng Noeryanti tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yg semakin memperindah lekuk tubuh Neng Noeryanti. Tubuh Neng Noeryanti yg mungil tapi padat berisi, terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar aku dekap tubuh Neng Noeryanti yg sedang telentang bagaikan landasan yg sedang menunggu pesawatnya mendarat. Neng Noeryanti aku dekap hanya tersenyum sambil berbisik,

“Sudah gag sabar ya..?”

“Ya Neng, perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”Aku cium belakang telinganya yg mungil dan ranum, setelah itu ciuman aku bergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yg mungil dan juga ranum. Kedua tangan Neng Noeryanti mendekap erat di leher aku. Tangan aku yg kiri aku letakkan di bawah kepala Neng Noeryanti untuk merangkulnya. Sedangkan tangan kanan aku gunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan dengan perlahan dan lembut, telapak tangan aku gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar buah dadanya, dan ternyata Neng Noeryanti sudah tidak memakai BH lagi.

Erangan-erangan lembut Neng Noeryanti mulai keluar dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yg cukup baik,gairahsex.com karena kekenyalan susu Neng Noeryanti kelihatan semakin bertambah. Tangan kanan aku geserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan akhirnya aku gunakan untuk mengusap kemaluannya. Ternyata Neng Noeryanti juga sudah tidak memakai CELANA DALAM, sesampai kemaluannya yg bulat dan mononjol, dan kelembutan rambut kemaluannya dapat aku rasakan dari luar dasternya.

Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan aku untuk membelai-belai kemaluannya. Ciuman aku beberapa saat mendarat di bibirnya, setelah itu aku alihkan turun ke lehernya, ke belakang telinganya,gairahsex .com dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Aku ciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yg sudah mengacung. Saat lidah aku menyium sampai ke putingnya, nafas Neng Noeryanti kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.

“Uuuccghh.. Allvii..!”Tali daster yg menggantung di pundaknya, aku pelorotkan sesampai menyembullah kedua bukit kembarnya yg kenyal, dengan kedua putingnya yg sudah mengacung dan tegang.

Aku ciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya, dan aku jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari tangan kanan aku secara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya, yg terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan aku. Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kemaluannya, selain untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya. Jari tengah aku gunakan untuk mebelai-belai bibir luar kemaluannya yg sudah sangat basah. Aku usap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Neng Noeryanti semakin menikmati belaian lembut klitorisnya.

Bibir kemaluannya semakin merekah dan semakin basah. Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yg semakin keras, jilatan lidah aku memberikan sensasi yg kuat bagi Neng Noeryanti. Terbukti dia semakin erat meremas rambut aku, deru nafasnya semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.

“Uuuccgghh.. Aaallvii.. uugghh.. eennaaggkk..”Aku jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua tangan aku. Sesudah aku puas menciumi susunya, ciuman aku geser ke arah perutnya, aku jilati pusarnya, kembali Neng Noeryanti sedikit menggelinjang, mungkin karena kegelian. Ciuman terus aku geser ke bawah, ke arah pahanya, turun ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, setelah itu ciuman aku arahkan ke rambut kemaluannya yg lebat. Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali Neng Noeryanti menggelinjang-gelinjang. Aku buka bibir kemaluannya yg merekah, aku ciumi dan jilati seputar bibir kemaluannya, terus lidah aku diusapkan ke klitorisnya, dan bergantian aku gigit, terkadang aku hisap klitorisnya.

Setiap sentuhan lidah aku menjilat pada klitorisnya, tangan Neng Noeryanti menjaneng rambut aku. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yg dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leher aku, dan kicaunya semakin tidak karuan,

“Uuuccgghh.. Aaallvvii.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”Cairan yg keluar dari kemaluannya semakin banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat. Rintihan, lenguhan yg keluar dari mulut Neng Noeryanti semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Neng Noeryanti semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan menjepit kepala aku. Aku mengerti kalo saat ini detik-detik orgasme akan segera melanda Neng Noeryanti. Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Neng Noeryanti, maka kedua putingnya aku usap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,

“Aaauughh.. Aallvvii aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!”Aku tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas masih terengah-engah, Neng Noeryanti bangun dan duduk. “Ayo Alvi.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata Neng Noeryanti sambil menidurkan aku telentang. Gantian Neng Noeryanti telungkup di samping aku. Tangannya yg lembut sudah mulai mengelus-elus gagang kemaluan aku yg sudah sangat tegang. Mulutnya yg mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Aku merasa sedikit kegelian saat dicium puting aku.

Mulutnya terus turun mencium pusar, dan akhirnya aku rasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal aku. Ternyata Neng Noeryanti mulai mengocok dan mengulum kejantanan aku. Neng Noeryanti mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk mengocok rudal aku. Kepala kemaluan aku dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah yg lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari kaki aku terasa ada getaran listrik yg menjalar di seluruh kepala. Jilatan lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh aku.

Kepala Neng Noeryanti yg naik turun mengocok kejantanan aku yg aku bantu pegangi dengan kedua tangan. Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh gagang keperkasaan aku. Seluruh pori-pori tubuh aku seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yg menjalar dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan aku.

Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan aku menjadi seolah tanggul yg menahan air gejolak. Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba aku menjerit.

“Mmmbbakk Ningggruumm.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”Mendengar aku mengerang mau keluar, mulut Neng Noeryanti tidak mau melepaskan gagang kejantanan aku, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut Neng Noeryanti menyedot-nyedot cairan yg keluar dari rudal aku dengan lahapnya, seakan tidak boleh ada yg tersisa. Gagang kemaluan aku dihisap-hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Neng Noeryanti sangat ahli dlm permainan oral. Nafas aku sedikit tersengal, tubuh sedikit lemas, karena seakan-akan semua cairan yg ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala, habis keluar tersedot oleh Neng Noeryanti. Neng Noeryanti tersenyum puas sambil menggoda,

“Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Neng luar biasa..” jawabku sambil masih terengah-engah.
“Gag kalahkan dengan yg muda..?” kata Neng Noeryanti dengan berbangga.

“Yaa jelas yg lebih pengalaman donk yg lebih nikmat.” Kita istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Neng Noeryanti memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit, tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan aku, membuat rasa geli di sekujur tubuh.

Tangannya kembali meremas-remasgagang kemaluan aku. Karena masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan aku langsung berdiri dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat gagang keperksaan aku dengan cepatnya berdiri lagi, wajah Neng Noeryanti kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya tetap mengocoknya, kita saling berciuman. Bibir Neng Noeryanti yg mungil memang sangat merangsang semua laki-laki yg melihatnya. Ciuman yg lembut dengan usapan-usapan tangan aku ke arah putingnya, membuat birahi Neng Noeryanti juga cepat naik. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Neng Noeryanti disenggol, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya menggebu-gebu. Aku usap liang senggamanya dengan tangan, ternyata liang kenikmatan Neng Noeryanti sudah sangat basah.

“Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya.., ” pikir aku dlm hati. Neng Noeryanti menarik-narik punggung aku, seakan-akan memberi kode supaya senjata rudal aku segera dimasukkan ke sarangnya yg sudah lama tidak dikunjungi burung pusaka.

“Ayo dong Vi..! Cepetan, Neng sudah gag tahan nich..!”Alat vitalku sudah semakin tegang, dan aku sudah tidak sabar untuk merasakan kemaluan Neng Noeryanti yg mungil. Aku sapukan perlahan-lahan kepala kejantanan aku di bibir kemaluannya. Kelihatan sekali kalo Neng Noeryanti menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yg baru pertama kali main senggama. Sesudah menyapukan kepala rudal aku beberapa kali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya aku masukkan burung aku ke sarangnya dengan sangat perlahan.

Kedua tangan Neng Noeryanti meremas pundak aku. Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali, tandanya Neng Noeryanti sangat menikmati proses pemasukan gagang kejantanan aku ke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar saat kepala kemaluanku membentur di dasar liang kenikmatannya. Aku diamkan beberapa saat rudal aku terbenam di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Neng Noeryanti merasakan rudal kenikmatan dengan baik.

Aku pompakan gagang kejantanan aku ke liang senggama Neng Noeryanti dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh panjang gagang kejantanan aku, dan satu kali tusukan penuh seluruh gagang kejantanan aku sampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini membuat Neng Noeryanti merancau tidak karuan. Setiap kali tusukan aku penuh sampai ujung, aku kocok-kocokkan kejantanan aku beberapa lama, akhirnya aku rasakan kaki Neng Noeryanti melingkar kuat di pinggang aku. Kedua tangannya mencengkram punggung aku, dan dadanya diangkat membusung, seluruh tubuhnya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang,

“Aaacchh.. aauugghh.. Aallvvii.. aakku.. kkeelluuaa.. aa.. rr..!”Gagang kemaluan aku terasa sangat basah dan dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal aku yg sangat kuat, membuat pertahann aku juga seakan makin jebol dan akhirnya,

“Ccrroot.. croot.. crrot..!” aku juga keluar. Sesudah permainan itu, aku sering melakukan hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali aku melakukan hubungan seks dengan Neng Noeryanti. Ternyata nafsu seks Neng Noeryanti cukup besar, kalo satu minggu aku tidak bermain seks dengan Neng Noeryanti, pasti Neng Noeryanti akan main ke rumah, ataupun sesudah bekerja, dia akan menelpon aku di kantor untuk meminta jatah. Aku melakukan hubungan seks dengan Neng Noeryanti bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah aku, di rumah dia, di hotel, di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub, di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil aku. Ternyata berhubungan seks itu kalo dengan perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman tersendiri yg cukup mengasyikkan.

                                                           Tamat

0 comments:

Ini Pertama Kalinya Kumerasakan Penisku Masuk Ke Sarang

Ini Pertama Kalinya Kumerasakan Penisku Masuk Ke Sarang


Cerita panas tante girang ini di mulai sesudah sekolah aqu disuruh jaga toko Milik Tante Girang HOT yg sebenarnya bukan tante asliku, dia adalah kawan dari dari ibu saudaraqu jauh, ribet deh kalodiceritain, aqu menjaga toko itu sudah sekitar 2 minggu. Sebab toko milik Tante Girang HOT menjual sembako, maka pembelinya pun kebanyakan ibu-ibu ataupun wanita. Aqu yg bertugas untuk mengambilkan barang-barang seperti beras, gula ya hanya bersikap cuek saja terhadap banyaknya pembeli itu.

Sebut Tante Mella pemilik toko di sebelah tokonya Tante Girang HOT yg sepertinya juga tipe Tante Girang Binal, dia sering datang sore hari setiap toko akan ditutup. Dia biasanya saling ngobrol-ngobrol, bersenda gurau dgn Tante Girang HOT, dan apabila sudah begini tentu lama sekali selesainya. Dan seperti biasanya, aqu pulang duluan ke rumah Sebab Tante Girang HOT biasanya dijemput oleh suami atau anaknya.

Namun suatu saat, ketika mau pulang aqu teringat bahwa harus mengantarkan Indomie ke pelanggan, aqu cepet-cepet balik ke toko. Dan memang toko sudah sepi, pintu pun hanya ditutup tanpa dikunci. Aqu pun langsung masuk menuju tempat penyimpanan Indomie. Ternyata aqu menyaksikan peristiwa yg tidak kuduga sama sekali, kulihat Tante Girang HOT dgn posisi tetelentang di antara tumpukan karung beras sedang dioral kemaluannya oleh Bu Mella. Tante Girang HOT sangat menikmati dgn rintihannya yg ditahan-tahan dan tangannya memegang kepala Bu Mella untuk dirapatkan ke selangkangannya.

Karena terkejut atas kedatanganku, maka keduanya pun berhenti dgn memperlihatkan wajah sedikit malu-malu. Namun tidak sampai lima detik, mereka pun tersenyum dgn penuh artii

“Kamu belum pulang to Her (Hery namaqu), kebetulan lho kita bisa rame-rame, ya kan Bu Mella..?” ucap Tante Girang HOT sambil menariktangan Bu Mella ke arah kedua dadanya yg terbuka.

“Ayo sini Her.., jangan malu, ughh, ahh..!” desah Tante Girang HOT lagi, kali ini tangannya melambai ke arahku.

Dan aqu pun sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa, namun Sebab kedua wanita dalem keadaan tanpa pakaian seperti itu memanggilku, hasrat kelelakianku bangkit walaupun aqu belum pernah merasakan sebelumnya. Perlahan aqu mendekati keduanya sambil melihat mereka berdua. Seperti seorang raja aqu pun disambut, mereka yg tadinya telentang dan menindih kini mereka bangkit dan duduk sambil menata rambutnya masing-masing.

Hanya lima langkah aqu pun sampai di hadapanya, dan dgn lihai mereka berdua langsung meremas selangkanganku.

“Her, ini pernah masuk ke sarangnya belum..?” tanya Tante Girang HOT manja.

“Be.., belum Tante..!” jawabku polos sambil menahan rasa geli yg begitu nikmat.

“Wah.., hebat dong belum pernah. Pertama kali langsung dapat dua liang..!” canda Bu Mella, sementara tangannya menarik lepas celanaqu hingga aqu benar-benar bugil di hadapan mereka.

Dan sesaat kemudian aqu merasakan kehangatan padabatang kemaluanku. Terdengar srup, srup ahh. Tante Girang HOT dan Bu Mella seakan ingin berebut untuk menikmati batang kemaluanku yg berukuran normal-normal saja.

“Ayo Bu.., hisap yg lebih kenceng biar keluar isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata mereka berdua saling menyahut.

Aqu hanya pasrah menikmati perlaquannya dan sesekali kuusap pipi-pipi kedua Tante-Tante itu dgn hasrat juga. Tidak sampai 10 menit, aqu merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa yg biasanya terjadi dalem mimipi, badanku menegang, mataqu terpejam untuk merasakan sesuatu yg keluar dari kemaluanku. Tumpahan maniku memuncrat mengenai wajah Bu Mella dan Tante Girang HOT, dan dgn serta merta Tante Girang HOT mengalihkan lumatan dari punyaqu ke wajah Bu Mella. Dgn buas sekali mereka saling berciuman bibir, berebutan untuk menelan air kenikmatan punyaqu. Aqu pun berjongkok dan membuka paha Tante Girang HOT, Tante Girang HOT hanya menurut.
“Mau apa kau Sayg..?” desah Tante Girang HOT.

Aqu hanya diam saja dan mengarahkan wajahku ke arah selangkangannya yg berbau anyir dan terlihat mengkilap Sebab sudah basah. Aqu mencoba untuk melaqukan seperti di film-film. Kumasukkan lidahku ke dalem rongga-rongga kemaluannya serta menyedot-nyedot klitorisnya yg kaqu itu. Kurasakan ketika aqu menyedot benda kecil Tante Girang HOT, Tante Girang HOT selalu menggelinjang dan mengangkat pantatnya, sehingga kadang hidungku ikut mencium benda kecil itu.

“Her.., kamu kok pinter banget sih, terus, terus uggh.. ughh.. ahhh, ehh, aahhh..!” ceracau Tante Girang HOT.

“Terus Her, terus..! Beri Tantemu surga kenikmatan, ayo Her..!” ucap Bu Mella yg memilin dan mengemut puting susu Tante Girang HOT.

“Terus Bu..! Her.., aqu mau muncrat! Ayo Her.., sedot yg keras lagi..!” pinta Tante Girang HOT.

Aqu pun semakin liar memainkan kemaluannya, dan dgn teriakan Tante Girang HOT,
“Aghh.., ughh..!” lidahku merasakan ada cairan kental keluar dari kemaluan Tante Girang HOT. Aqu cepet-cepet menangkapnya dan sedikit ragu untuk menelannya.
“Her, sudah Her.., Tante sudah puas nih..! Kamu gantian dgn Bu Mella ya..!” ucapnya sambil tangannya mengusap cairannya yg keluar dari liang senggamanya.

Aqu pun tidak sadar bahwa batang kemaluanku sudah bangun lagi, tegak dgn sempurna walaupun sedikit terasa ngilu.
“Bentar Her.., kamu disini dulu ya..!” pinta Bu Mella sambil keluar ke tempat tumpukan koran dan mengambil beberapa lembar.

Kemudian Bu Mella masuk ke gudang lagi dgn menggelar koran yg dibawanya. Sesudah kira-kira cukup, Bu Mella menelentangkan tubuhnya dan memanggilku,
“Ayo sekarang giliran aqu dong Her..!” katanya sambil tangannya meremas susunya sendiri.

Aqu pun langsung mengangkanginya dan kedua tangan pun mengganti tangannya untuk meremas susu-susunya yg masih kenyal. Lembut, halus, enak rasanya memegang payudara orang dewasa.

“Her.., masukin dong tuh burung kamu ke liang Mella, ayo dong Her..!” bisiknya lembut.

Aqu pun berusaha untuk mengarahkan masuk ke liangnya, namun dasar memang masih amatir, terasa terpeleset terus.
“Ayo Mella bantu biar nggak salah sasaran..!” ucapnya.

Dan tangannya pun memegang batang kemaluanku dgn lembut dan memberikan kocokan sebentar, dan akhirnya dibimbing masuk ke liang kenikmatannya.

Ini pertama kali kurasakan penisku masuk ke sarangnya. Terasa hangat, lembab, nikmat dan seperti ditarik-tarik dari dalem kamaluan Bu Mella. Secara naluri aqu pun mulai menggerakkan pantatku maju mundur secara pelan dan berirama.
“Terus Her.., masukkin lagi yg lebih dalem, ayooo, ughh..!” desah Bu Mella.

Tangan Bu Mella pun sudah memegang pantatku dan menekan-nekan supaya doronganku lebih keras, sedangkan kakinya sudah melingkar di pinggangku.

Kira-kira hanya 10 menit berlalu, Bu Mella menjerit sambil menggaruk punggungku dgn keras, “Ooohhh.., aqu ngejrot.., Her..! Yeess.., uhhh..!”

Kemudian tubuhnya lunglai dan melepaskan kakinya yg melingkar di pinggangku. Aqu pun bangkit meninggalkan Bu Mella yg telentang dan terlihat dari liang kenikmatannya sangat banyak cairan yg keluar. Kuhampiri Tante Girang HOT yg mulai menutup pintu-pintu tokonya. Aqu pun turut membantunya untuk mengemasi barang-barang.

Sesudah beberapa menit menunggu jemputan, terdengar telpon berdering. Sesudah kuangkat ternyata mobil yg dipakai menjemput dipakai suaminya untuk ngantar tetangga pindahan. Kemudian aqu pun menawarkan untuk mengantarkan ke rumah Tante Girang HOT dgn Impresa 95 kesayganku.

Di dalem perjalanan, Tante banyak bercerita bahwa hubungan lesbinya dgn Bu Mella sudah 3 tahun, Sebab Omku suka pulang malam (mabuk-mabukan, judi, nomor buntut, dan sebagainya) sehingga tidak puas bila dicumbu oleh Omku. Sedangkan Bu Mella memang janda Sebab suaminya minggat dgn wanita lain.

Sampai di rumah Tante Girang HOT, suasananya memang sepi Sebab anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah rumah. Sesudah aqu angkat-angkat barang ke dalem rumah, aqu pun lalu pamitan mau pulang kepada Tante Girang HOT. Aqu terkejut, ternyata Tante Girang HOT bukannya memperbolehkan aqu pulang, tenamun malah menarik tanganku menuju kamar Tante Girang HOT.

“Her.., Tante tolong dipuasin lagi ya Yg..!” pintanya sambil memelukku dan menempelkan kedua buah dadanya ke tubuhku.

Aqu pun mencium bibirnya yg terbuka dan mengulumnya dgn hasrat, demikian pula Tante Girang HOT. Kemudian dgn dorongan, jatuhlah tubuh kami berdua di kasurnya, dan dgn bersemangat kami saling meraba, menindih, merintih. Hingga akhirnya aqu melepaskan maniku ke dalem kemaluan Tante Girang HOT.

Aqu pun pamitan pulang dgn mencium bibirnya dan meremas susunya dgn lembut. Kemudian dari laci lemari diambilnya uang seratus ribuan, dan diberikan kepadaqu,
“Untuk rahasia kita..!” katanya.

Sampai saat ini lebih dari 2 tahun aqu bekerja di toko Tante Girang HOT, dan hubungan badanku dgn Tante Girang HOT dan Bu Mella masih berlangsung. Dan yg menyenangkan adalah Tanti, anak Bu Mella mau kupacari, dan aqu ingin menjadikannya sebagai istri.

0 comments:

Kemaluanku Makin Bertambah Keras Dan Basah Melihat Pertunjukkan Erotis Nabila

Kemaluanku Makin Bertambah Keras Dan Basah Melihat Pertunjukkan Erotis Nabila


Aqu sengaja memilih tempat yg terletak disudut ruangan. Kita duduk di sofa yg menempel pada kedua sisi ruangan. Kita memesan dua piring spagheti, dan jus untuk makan siang kita. Setelah pelayan yg mencatat pesanan kita pergi, aqu sibuk memeriksa sekeliling kita. Suasana masih sepi dan
tak ada yg memperhatikan kita, yg terpenting adalah taplak meja yg panjangnya sampai ke lantai. Benar-benar cocok untuk melaksanakan rencanaqu. Dgn sekejap aqu masuk ke bawah meja.

“Ko Indra..” Nabila berusaha menyingkap kain yg menutupiku.
“Ssst.. Jangan keras-keras, nanti ketahuan..” Bisikku.
“Mau ngapain sih?”
“Ada deh..” Jawabku dgn senyum nakal.

Kurapikan kain penutup meja itu sehingga menutupi seluruh bagian pinggang Nabila. Kemudian
kubuka kedua kaki Nabila yg menutupi selangkangannya. Lalu aqu belai-belai kemaluannya yg
terbalut oleh pantyhose putih yg seksi.

“Ko Indra.. Jangan di sini nanti ada yg melihat..” Bisiknya.

Aqu mengacuhkan bisikannya, karena aqu merasakan bahwa Nabila tak memakai celana dalam dan
pantyhose yg dikenakannya adalah yg ‘sheer to waist’. Langsung saja kukulum kemaluannya sambil
membelai-belai kakinya yg panjang dan lembut.

“Ko Indra..”

Aqu dapat merasakan sensasi nikmat yg menghanyutkan bersamaan dgn perasaan taqut begitu pula
dgn Nabila. Kujilati seluruh bagian dari selangkangan Nabila. Tak lama kemudian aqu dapat
merasakan cairan manis yg khas mengalir dari kemaluannya dan bercampur dgn kulumanku yg
basah. Aqu menjadi semakin bersemangat dan horny. Kupercepat kuluman dan tarian erotis lidahku.
Sensasi yg menggelitik dan eksotis membuat tubuh Nabila bergetar-getar. Aqu yakin Nabila pasti
sedang berusaha keras untuk menahan ekspresinya dan menahan desahannya. Kemaluanku
meronta-ronta untuk keluar dari dekapan celana dalamku. Aqu terus melahap Nabila dgn penuh
nafsu, dan tanganku tak henti-hentinya membelai dan mengelus-elus kakinya.

“Silahkan Minumnya.” Terdengar suara dari seorang pelayan wanita yg mengantarkan minuman.
“Terima kasih..” jawab Nabila dgn suara yg sedikit bergetar.

Aqu dapat merasakan Nabila sedang menyedot jus yg baru saja di antar. Tangan kanannya
menyelinap masuk ke dalam taplak meja dan mengelus-ngelus kepalaqu. Tak lama kemudian
terdengar lagi suara dari pelayan wanita yg sama, membawakan pesanan kita. Setelah meletakan
pesanan kita, pelayan itu meninggalkan Nabila.

“Sayg ayo dimakan dulu.” Bisikku dari bawah.

Nabila dgn kikuk mencoba memakan spagheti yg telah kita pesan. Dia berusaha untuk tenang dan
mencoba menikmati makanannya. Aqu tahu dgn pasti sensasi yg dihasilkan oleh kemaluannya (dgn
pertolongan lidahku yg nakal) telah mengambil alih kesadarannya. Tiba-tiba saja terdengar suara
langkah kaki yg mendekat, bersamaan dgn itu pula kedua kaki Nabila menjepit kepalaqu dgn
kencang. Akhirnya aqu merasakan otot-otot pinggul dan kakinya berkontraksi dgn keras. Cairan
orgasmenya mengalir makin banyak, kulahap semua sampai tak tersisa. Tubuh Nabila sedikit
berguncang dan mengeluarkan suara seperti tersedak.

“Apa Ibu tak apa-apa?”
“Oh.. Tak.. Cuma sedikit tersedak..” Jawabnya dgn gugup.

Tak kusangka Nabila masih dapat berbicara menutupi keadaannya yg sedang orgasme. Setelah
beberapa waktu, Nabila mulai mengendorkan jepitan kakinya, otot-otot pinggulnyapun mulai rileks.
Aqu mengintip dari belakang kain untuk melihat keadaan dan langsung aqu keluar dari kolong meja
dan duduk di sebelahnya.

“Batuk ya?” tanyaqu.
“Ko Indra! Hampir saja tadi ketahuan!” Serunya sambil mencubit kecil pahaqu.
“Tapi seru kan?” jawabku sambil tertawa kecil.
“Iya.. Tapi sekarang waktunya pembalasan!”

Dgn cepat Nabila memeriksa keadaan dan langsung turun ke bawah meja. Dgn cekatan Nabila
membuka resleting celanaqu dan membebaskan kemaluanku dari kurungan celana dalamku.
Langsung saja kemaluanku berdiri dgn tegak. Tanpa mengulur waktu Nabila mulai menjilati
ujungkepala kemaluanku, menikmati cairan pra orgasme yg telah membasahi kepala kemaluanku.
Lidahnya yg lembut dan hangat menari-nari indah, diselingi dgn kuluman yg dalam. Gerakan Nabila
sangat agresif seakan-akan ingin membuatk meledak waktu itu juga. Aqu tentu saja tenggelam
dalam kenikmatan eksotis dan erotis yg diberikan oleh Nabila.
Seperti halnya Nabila, aqu tak dapat berkonsentrasi menikmati makananku. Untung saja porsinya
sedikit. Seluruh tubuhku dipenuhi oleh listrik-listrik kecil yg semuanya menyerbu pusat saraf
sensorikku. Tinggal suapan terakhir, oral yg diberikan oleh Nabila membawaqu ke puncak
kenikmatan duniawi, yaitu orgasme. Tubuhku ikut bergetar dan menimbulkan suara. Aqu berhasil
menahan desahan nikmatku dalam-dalam. Seorang pelayan wanita datang untuk menawarkan
tambahan minuman atau makanan.

“Tak.. Telah cukup..” dgn seluruh kesadaran yg tersisa aqu menjawab.

Gelombang demi gelombang orgasme melanda kemaluanku. Dgn setia Nabila menampung semua
itu di dalam mulutnya dan kemudian menelan madu murni yg keluar dari kemaluanku. Setelah reda,
dia masih saja menjilati dan menghisap kemaluanku sampai kering, sampai semua madu yg melekat
di kemaluanku dihabiskannya, baru kemaluanku yg masih setengah berdiri disimpan kembali ke
dalam celanaqu.

Aqu memberinya isyarat untuk keluar. Dgn Senyum nakal yg manis, Nabila berkata:

“Benar nih nggak mau tambah lagi?”

Kita tertawa terbahak-bahak sambil berpelukan. Setelah menghabiskan minuman kita, aqu
memanggil pelayan dan meminta bon.
Setelah membayar, kita berdiri, menenteng belanjaan kita, pada waktu itu juga manajer cafe datang
menghampiri kita.

“Terima kasih atas kedatangannya. Apakah rasa makanannya cocok?”
Dgn spontan kujawab, “Dessertnya enak sekali.”
“Appetizernya juga enak.” sambung Nabila.

Dgn senyum nakal kita meninggalkan manajer yg sedang kebingungan karena jelas-jelas kita tak
memesan makanan pembuka maupun pencuci mulut.

Petualangan yg menegangkan di cafe tersebut ternyata makin membangkitkan nafsu horny kita.
Akhirnya kita memutuskan untuk nonton film di bioskop. Ternyata cara ini tak banyak membantu.
Film tak kita gubris sama sekali selama hampir satu setengah jam kita bercumbu dgn liar. Leher dan
kuping tak luput dari kuluman kita. Jari-jari mungil Nabila berkelana ke selangkanganku dan masuk
ke dalam celanaqu dan bermain-main dgn kemaluanku. Jarinya yg halus dan lembut membelai-belai
kejantananku, kadang-kadang membuat lingkaran-lingkaran kecil pada ujung kepala kemaluanku.
Benar-benar kenikmatan tiada tara. Tanganku tak dapat menjangkau selangkangannya karena posisi
duduk yg tak memungkinkan.

Setelah film selesai, kita masuk ke kamar kecil untuk merapikan diri. Aqu tak mengalami orgasme,
meskipun demikian itu merupakan pengalaman yg tak terlupakan. Aqu juga yakin pasangan yg
duduk tak jauh dari kita juga melaqukan hal yg sama karena kita.

Setelah itu kita langsung menuju ke sebuah hotel yg telah kubooking pada waktu pagi tadi. Ketika
pintu kamar ditutup dan dikunci, aqu langsung menarik lengan Nabila dan memeluknya dgn erat.
Barang-barang belanjaan kita jatuh berceceran di lantai. Ku kulum bibir dan lidahnya yg lembut dan
hangat. Aqu tak tahu Darimana asalnya french kiss, namun aqu yakin orang pertama yg
menemukannya akan langsung horny melihat adegan french kiss kita yg dipenuhi dgn hasrat dan
nafsu.

Di sebelah pintu masuk terdapat sebuah lemari baju dgn kaca yg panjang. Posisi kita tepat di depan
kaca tersebut. Aqu melihat baygan kita yg sedang bercumbu. Benar-benar pemandangan yg sangat
erotis dan indah. Mulut kita terbuka lebar, bibir saling beradu. Lidahku dgn lincah menelusuri bagian
luar dari mulut dan dagu Nabila. Lidah bidadariku pun tak kalah lincah dan agresifnya. Semua dagu
dan mulutku, bahkan sampai ke pipi ku basah semua. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan
kulitku, kurasakan api hasrat liarku makin membesar. Lidah kita akhirnya bertemu. Nabila makin
bertambah semangat dan terus mendesah nikmat. Tangannya menelusuri seluruh bagian dari
punggungku. Kubelai kepalanya sambil meremas-remas rambutnya yg lembut, tangan kiriku
meremas-remas pantatnya yg bulat dan kenyal.

“Kohh.. In.. Dra..”

Tiba-tiba saja Nabila menghentikan cumbuannya.

“Aqu punya sesuatu untuk Ko Indra.”
“Apa itu?” jawabku dgn tergesa-gesa, karena aquingin secepat mungkin bersetubuh dgnnya.
“Lepas semua pakaian dan duduk di ranjang.”

Aqu ikuti permainannya dan melaqukan apa yg ia minta. Kemaluanku mencuat bagaikan tiang
bendera. Nabila menghampiriku dan berlutut dihadapanku. Bibirnya langsung mengecup
kebanggaanku yg telah membuatnya tenggelam dalam lembah kenikmatan duniawi yg indah.
Lidahnya menjilati kepala kemaluanku, tepatnya menjilati cairan bening yg keluar dari celah
kemaluanku, kemudian mulutnya melahap selurh kepala kemaluanku dan disedotnya sampai kering,
tak lupa lidahnya yg lembut dan basah menari-nari dgn sensual.

Kubelai rambut dan kepalanya.

“Nabila..”

Dia melihatku dan tersenyum, kemudian bangkit dan mengulum bibir dan lidahku. Aqu masih dapat
merasakan aroma memabukan dari cairan pra orgasmeku yg bercampur dgn ludahnya.

“Ko Indra duduk di sini dan nikmati pertunjukannya, tapi tak boleh dalam bentuk atau cara apapun
merangsang atau menyentuh kemaluan milikku.”

Nabila mengatakan itu disebelah telinga kiriku, sambil mengelus-elus kejantananku.

“Bagaimana Ko..?” Nabila menjulurkan lidahnya dan menjilat rahang dan kupingku.
“Ok.” jawabku.

Dia tersenyum nakal dan genit. Sepertinya aqu telah membangkitkan sisi nafsunya yg terpendam.
Nabila mengambil barang-barang belanjaan kita dan menaruhnya di depanku. Ia mengambil sebuah
pantyhose berwarna hitam transparan dan mengeluarkan isinya. Nabila menarik bangku meja rias
dan menaruhnya di hadapanku, kemudian ia duduk menghadap ke kanan, sehingga sisi kanan
tubuhnya ada di hadapanku. Kaki kanannya diletakan sedikit lebih maju dari kaki kirinya. Dgn
perlahan ia menunduk dan tangannya membelai dan mengelus-elus betisnya yg ramping dan padat.

Terdengar suara gesekan halus yg terjadi karena gesekan antara tangannya dgn pantyhose yg ia
kenakan. Suara ini bagaikan musik eksotis yg luar biasa, hingga cairan beningku kembali menetes
keluar. Ia melihat ke arahku dan tersenyum manis.

“Apa Ko Indra suka?”

Aqu cuma dapat mengagguk. Nabila kembali mengelus-elus betis, pergelangan kaki, sampai jari-jari
kakinya. Benar-benar pemandangan yg tak ada bandingannya. Dia sengaja merangsangku.

Dgn perlahan-lahan dan anggun jari-jari mungilnya menarik simpul tali sepatunya yg terletak di
tengah-tengah betisnya. Tali tersebut diletakan dgn lembut olehnya. Ujung kakinya ia kuncupkan
dan perlahan-lahan ditarik mundur dari sepatunya. Ujung kakinya di daratkan di lantai dan kedua
tangannya membelai dan memijat-mijat kecil tumit dan telapak kakinya. Kembali ia melihatku sambil
tersenyum nakal. Ia berbalik ke arah kiri dan hal yg sama ia ulangi sekali lagi untuk kaki kirinya.

Kemaluanku makin bertambah keras dan basah melihat pertunjukan erotis Nabila. Ia berdiri, baju
baby doll putihnya ia angkat setinggi pinggang. Pantyhose putih transparannya yg sexy membuat
mataqu berkunang-kunang dan kemaluanku meronta-ronta untuk dapat masuk ke dalam kemaluan
Nabila dan bersetubuh dgnnya habis-habisan. Itulah rencana balas dendam ku karena Nabila telah
dgn sengaja menggoda dan membuatku demikian terangsang.

Nabila membelakangiku dan membungkuk sehingga pantatnya tepat di depan mataqu. Ia turunkan
pantyhose putihnya pelan-pelan. Ketika Pantyhosenya telah melewati selangkangannya, dgn jelas
dapat kulihat kemaluannya yg berwarna merah muda diseliputi oleh cairan hornynya yg membuatku
ketagihan, dan mekar Dgn indah. Aqu yakin Nabila juga merasa terangsang dgn pertunjukan solonya.
Satu persatu Kakinya diangkat dan keluar dari lapisan pantyhosenya. Setelah itu Nabila
melemparkannya ke ranjang di sebelahku.

Ia mengambil Pantyhose berwarna hitam transparan (ultra sheer) dan memasukan tangannya ke
kaki bagian kanan pantyhose tersebut, ia raih ujungnya dan ia tarik ke atas. Nabila kembali duduk di
ujung bangku. Ia masukan ujung kaki kanannya ke dalam pantyhose dan tanganya menarik
pantyhose itu ke atas mengikuti lekuk tumit dan betisnya sampai lutut. Dgn cara yg sama ia laqukan
lagi dgn kaki kirinya sambil melihat kudgn tatapan penuh dgn nafsu. Pantyhose di tarik ke atas
sampai ke pinggangnya. Nabila merapikan pantyhosenya mulai dari ujung kaki sampai ke pangkal
pahanya.

BERSAMBUNG...

0 comments:

Dengan Klimaks Yang Ketiga Badanku Semakin Lemas Tak  Berdaya

Dengan Klimaks Yang Ketiga Badanku Semakin Lemas Tak  Berdaya


Aqu ingin menceritakan pengalaman berkesanku dan aqu laqukan pertama kalinya
perkenalkan namaqu Irmadina mahasiswi perguruan tinggi di Surabaya. Saat malam hari aqu
sendirian di rumah bapakku masih di kantor sedangkan ibuku ikut seminar dan di rumah hanya aqu
dan driverku di tambah pembantuku.

Driverku bernama Dika dia usianya 35 tahun dan sudah menikah namun istrinya tinggal di kota lain.
Aqu merasakan kecapekan setelah seharian aqu jalan-jalan dan aqu ingin sekali tidur namun entah
mengapa aqu tidak bisa memejamkan mataqu ini lalu aqu mempunyai ide untuk menelepon
temanku Meira untuk aqu ajak ngobrol melalui telepon.

Telepon Meira angkat awalnya kami ngobrol biasa saja namun tidak tahu kenapa tiba-tiba Meira
nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang lelaki yg seperti suara
pacar Meira. Aqu hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan namun juga seperti merasaka
n sesuatu kenikmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Pikiranku melayg kemana-mana dan aqu mulai memikirkan tentang seseorang yg sedang berhubungan badan. Aqu semakin terangasang setelah mendengar suara Meira juga khayalanku sendiri dan aqupun membuka kaos ketatku, bra, serta celana dalam aqu meremas buah dadaqu dan memasukkan jariku ke kemaluanqu.

Aqu kocok kemaluanqu hingga aqu pun menyapai klimaks ditempat tidur, aqu merasa puas dan
aqupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan.

Aqu cari driverku kemana-mana namun tidak ada hingga aqu temukan dia dikamar tidurnya, dia
tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung.

Aqu mau membangunkan dia namun melihat dia tertidur pulas aqupun mengurungkan niatku untuk
membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aqu seharian jalan-jalan pikirku.

Sebelum aqu meninggalkan kamarnya mataqu tiba-tiba tertuju pada tonjolan yg ada dibalik
sarungnya sehingga membuat aqu ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu.

Aqu beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aqu singkapkan sarungnya secara
perlahan, aqu terkejut melihatnya karena dia tidak memakai celana dalam sehinnga aqu bisa melihat
dengan leluasa kemaluan yg agak berdiri dan membuat aqu ingin memegang, mengelus, dan
mengulumnya.

Aqu ingin sekali memegangnya namun aqu taqut driverku nanti terbangun dan dia akan marah
terhadapku, dengan tangan yg gemetaran juga dingin dan jantung yg berdetak kencang aqu
beranikan diri untuk memegangnya.

Aqu singkapkan sarungnya lebih keatas dan aqupun mulai memegangnya, terasa hangat dan
membuat tanganku yg tadinya dingin menjadi hangat.

Aqu semakin tertarik untuk menikmatinya lagi, aqu elus berkali-kali kemaluannya hingga berdiri dan
semakin panjang kemaluan itu. Jantungku semakin berdetak kencang namun keinginanku untuk
melaqukan yg lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba mengulumnya.

Ku jilati serta memberikan gigitan kecil pada buah pelirnya yg berwarna kecoklatan hingga membuat
aqu makin bernafsu dan sedikit demi sedikit aqu mulai menuju kemaluan yg telah berdiri.

Aqu masukkan secara perlahan terasa hangat yg disertai rasa asin dan masuklah kemaluan itu sampai
pada ujung tenggorokanku, aqu coba masuk dan keluarkan sehingga membuat badanku
mengeluarkan keringat yg di ikuti rasa gemetaran.

Buah dadaqu terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat braqu terasa sesak juga
kemaluanqu yg terasa mengeluarkan cairan. Aqupun semakin tidak bisa menahan nafsuku yg sudah
memuncak lalu aqu semakin mempercepat kulumanku sehingga membuat kemaluan driverku licin karena liurku.

Di saat aqu sedang keenakkan melaqukan kuluman di kemaluan driverku tiba-tiba aqu terkejut oleh
teriakan driverku dan mencabut kemaluannya dari mulutku.

Dia lalu berdiri dan memarahi aqu, dia merasa bersalah pada orang tuaqu karena membiarkan aqu
melaqukan hal ini, aqupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aqu tidak bisa menahan
nafsuku lagi yg seperti mau meledak aqupun mengancam driverku dengan mengatakan pada bapakku
bahwa aqu telah diperkosa driverku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani
kenginanku.

Dia ketaqutan dan menyerah padaqu, aqupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aqu melepas
sarungnya dan aqu jongkok didepannya. Kulihat wajah driverku terlihat wajahnya menampakkan
kesedihan namun aqu tidak mempedulikannya.

Aqu tidak peduli bagaimana perasaan driverku, aqu hanya ingin kenikmatan seperti yg telah temanku
rasakan. Aqu ingin membuat dia agresif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena
keinginanku itu aqu mulai melaqukan rangsangan terhadapnya.

Kukulum lagi kemaluannya yg telah lemas tanpa canggung dan taqut lagi pada driverku, kupercepat
kulumanku sehingga membuat kemaluannya kembali berdiri. Aqu sangat menikmati kemaluan.

“Ehhmm.. Enak.. Ehmm” dan aqu merasa bahagia karena membuat dia mulai terangsang yg mulai
menunjukkan ke agresifannya.

Driverku mendesis menikmati kulumanku. “Ough.. Terus.. Cepat.. Ouh Irmadina”
Hanya itu saja kata yg keluar dari mulutnya aqupun semakin bersemangat dan semakin
mempercepat kulumanku.

Hingga beberapa kuluman kemaluannya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai
denyutan dan dia pun memegang kepalaqu juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin
memaju mundurkan kepalaqu dan aqupun semakin bersemangat karena aqu tahu dia akan sampai.

“Ouhh.. Ouuhh aqu sampai aqu sampai Irmadina ough” dan keluarlah air maninya ke mulutku hingga
mulutku tidak muat untuk menampungnya.

Air maninya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan air mani itu dari
mulutku namun dia menarik kepalaqu lalu mencium aqu. Ciumannya yg sangat bersemangat
kepadaqu membuat aqu terpakasa untuk menelan air maninya untuk mengimbangi permainan bibir
itu.

Aqu merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aqu dicium oleh lelaki, dia terus
mencium aqu dan tangannya mulai menyelinap masuk ke kaosku. Tangannya menuju ke buah
dadaqu, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yg disertai degupan
jantung yg cepat. Dia semakin agresif dengan membuka kaos ketatku, rok, bra serta celana dalamku.

Terbukalah sudah apa yg selama ini aqu tutupi, aqu merasa risih karena baru kali ini aqu telanjang
dihadapan lelaki sehinnga tangankupun secara spontan menutup kemaluanqu juga buah dadaqu.
Namun karena nafsuku yg semakin memuncak maka aqu biarkan badanku telanjang dan aqupun
dengan agresif melucuti kaosnya.

Sekarang kita benar-benar telanjang bulat, kita saling berhimpitan sehingga kemaluan yg telah
mengacung itu menempel pada kemaluanqu. Aqu ingin sekali merasakan kemaluan itu masuk ke
kemaluanqu dan aqu telah mencoba memasukannya namun tidak bisa, dengan terpaksa aqu hanya
mengesekkan kemaluannya ke kemaluanqu dan itu membuat aqu semakin bernafsu.

Setelah dia puas mencium aqu dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia menciumi kakiku sampai
ke kemaluanqu. Dia menjilati kemaluanqu, menyedot kemaluanqu dan juga memberikan gigitan
kecil pada kemaluanqu sehingga membuat aqu tak bisa menahan getaran badanku.

Semakin dia mempercepat jilatannya semakin keras pula erangan serta desissan yg keluar dari
mulutku.

Tanganku berpegangan pada kepalanya dan aqupun menekan kepalanya serta mengangkat salah
satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke kemaluanqu, jilatan dia membuat aqu tak bisa
lagi menahan badanku sendiri. Badanku melengkung ke belakang dan kepalaqu medongak keatas yg
disertai keringat yg semakin mengucur deras.

“Auhh.. Ouhh..”

Dia terus menjilati kemaluanqu sehingga membuat aqu semakin tidak tahan “Ough.. Yes.. Ouugh..
Aqu keluar” dan aqupun mengalami klimaksku yg pertama, aqu merasa kenikmatan yg luar biasa
karena baru kali ini kali mengalami klimaks bersama lelaki.

Driverku menghisap-hisap kemaluanqu hingga terasa kering, nafasku yg tadinya memburu sekarang
sudah mulai reda. Aqu yg telah mengalami klimaks terasa badanku lemas namun driverku masih saja
semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

Dia bermain di buah dadaqu yg berukuran sedang putih bersih kemerahan, driverku mengulum,
menyedot, meremas dan juga menggigit-gigit buah dadaqu. Permainan mulutnya sanggup
menaikkan kembali nafsuku, driverku sangat menikmati buah dadaqu dan dia selalu memuji buah
dadaqu yg kenyal dan kencang itu.

Aqu yg ingin kembali menikmati kemaluan driverku segera aqu menggulingkan driverku disampingku,
aqu menindihnya dengan kemaluanqu menghadap ke muka driverku dan kita pun saling melaqukan
rangsangan. Aqu kembali mengulum kemaluannya sedangkan dia menjilati kemaluanqu.

Permainan lidahnya yg liar di kemaluanqu membuat tak kuasa menahan nafsuku yg mau meledak
dan dengan segera aqupun minta untuk memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu dan diapun
mengijinkannya.

Aqu membalikkan badan dan sekarang kemaluan itu tepat di bawah kemaluanqu, aqu memegang
kemaluan itu dan mengarahkannya ke kemaluanqu namun aqu tidak bisa memasukkannya terasa
sulit walaupun kemaluanqu telah basah.

Kemaluan driverku seperti tidak mau masuk kemaluannya selalu ke kanan atau ke kiri. Driverku pun
membantuku, dia memegang kemaluannya sedangkan tangan satunya menuju kemaluanqu dan
memasukkan jarinya ke kemaluanqu, aqupun terkaget dan berteriak “Ouhh”.

Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk kemaluanqu, driverkupun mengeluarkan jarinya lalu
mencoba memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu.

Secara mengejutkan kemaluan itu masuk dengan mudah, aqu terkaget merasakannya lalu berteriak
“Auhh.. Ough..”

Dan mataqu melotot serta kepalaqu mendongak ke atas. Kemaluanqu terasa penuh dan disertai rasa
nyeri yg sangat hebat namun driverku duduk menghiburku dengan menciumku.

Dia menyuruhku naik turun namun itu sulit bagiku karena baru yg pertama aqu melaqukannya, aqu
mencoba naik turun rasanya nikmat sekali merasakan dua alat kelamin bergesekan namun tetap
rasa nyeri tetap ada.

Akhirnya aqupun lancar menaik-turunkan, melihat itu driverku semangat dia mulai meremas buah
dadaqu dan mulai melaqukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa
nikmat tiada duanya dengan cepat aqu menaik turunkan. Gesekan itu sangat nikmat Meirambah lagi
remasan driverku di buah dadaqu.

“Uhh.. Aauhh.. Oouughh” aqu terus mendesis.

Malam yg sunyi kembali berisik oleh bunyi kocokan serta teriakanku, kulihat driverku sekali
memejamkan mata menikmati kocokanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan
aqupun merasakan sesuatu yg mau meledak di kemaluanqu.

“Ouhh.. Ouughh.. Aqu sampai” aqupun merasakan klimaks yg kedua kali.

Tenaga yg habis membuat aqu tidak dapat menahan badanku dan aqupun rubuh diatas driverku.
Dengan kemaluan yg masih menancap di kemaluanqu driverku membalikkanku hingga dia berada
diatas, dia kembali mengocok kemaluanqu yg telah kelelahan dengan semangat yg masih memburu
diapun ingin mengalami klimaks maka aqupun melayani dia walaupun tenagaqu sudah habis.

Driverku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aqu untuk duduk
dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengocok. Aqu yg sudah lemas masih mencoba
mengimbagi kocokannya, aqu mencoba memaju-mundurkan pantatku walaupun sudah lemas.

Dia semakin semangat untuk mengocokku dengan buas dia juga menggigit buah dadaqu dan itu
sangat membuat diriku kembali terangsang. “Oouuh.. Ouuhh.. Uuhh”

Aqupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aqu dibuat klimaks untuk ketiga kalinya. “Uuhh.. Ouugh..
Kau hebat Dika.. Ouugh”.

Dengan klimaksku yg ketiga badanku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aqu
terus saja memuji dia “Kau hebat Dika” kataqu.

Driverku menyuruhku untuk menungging dengan lemas dan antara sadar dan tidak aqu masih
menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai kemaluanqu. Dia masih dengan semangat tetap
mengocok serta meremas buah dadaqu dan kadang-kadang meremas pantat ku. Jarinya juga masuk
ke duburku.

“Ouugh.. Ougghh.. Ougghh” kataqu semakin menikmati, dengan kasar dia mengocok kemaluanqu
dan juga duburku. Dengan kocokan dari dubur dan kemaluan badanku semakin tak karuan
dibuatnya.

“Ouuhh.. Ougghh.. Terus Dika”

Tak berselang lama aqu merasakan lagi klimaks yg ke empat.

“Oouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aqu aqu dapat ough..”

Dan dia pun mengikuti mengalami klimaks dengan air mani yg masih banyak. Semprotan air maninya
membuat mataqu terbelalak dan aqu pun merasakan kenikmatan, air maninya tidak dapat
tertampung di kemaluanqu sehingga jatuh ke sprei.

Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, driverku berada disampingku dan dia masih mencium
serta meremas pantat dan buah dadaqu. Setelah nafasku mulai reda aqupun langsung keluar dari
kamarnya dengan masih telanjang dan berjalan dengan gontai, driverku pun tertidur lagi.

Begitulah kisah nyataqu bersama driverku yg baru aqu alami sekitar 25 Agustus 2004. Aqu tidak
kecewa walaupun keperawananku telah hilang namun aqu senang mendapat pengalaman yg
berharga.

0 comments:

Puncak Kenikmatan Hubungan Seks Antara Aqu Dan Lizah

Puncak Kenikmatan Hubungan Seks Antara Aqu Dan Lizah


Aqu adalah seorang karyawan swasta pada sebuah kantor yg bergerak di bidang kredit barang keperluan rumah tangga. Tetapi pekerjaanku di lapangan, yaitu sebagai seorang kolektor (Collector). Jadi kegiatanku sehari-hari adalah menarik uang tagihan dari pelanggan yg mengambil barang secara kredit dari kantorku. Dalam pekerjaanku, sekali dalam sebulan, aqu pasti akan melaqukan penagihan di luar kota.

Pengalaman yg ingin ku ceritakan di sini adalah peristiwa yg terjadi saat aqu harus melaqukan penagihan di luar kota. Waktu itu, aqu berangkat hanya dgn kendaraan roda 2. Karena pertimbangan arus yang cukup padat, aqu memilih untuk memilih jalan alternatif, yaitu jalan menuju luar kota yg melewati perkampungan. Jarak yg harus ku tempuh memang lebih jauh, tetapi waktu yg ku dapat untuk mencapai tujuan relatif lebih cepat, karena jalan alternatif ini masih dalam kondisi baik dan jauh dari kemacetan.

Warung Remang-Remang Di tengah perjalan, tiba-tiba langit menjadi gelap. Aqu teringat bahwa aqu tidak membawa mantol, sehingga ku pacu kendaraanku lebih cepat berharap tiba di tujuan sebelum hujan turun. Ternyata tanpa disangka, hujan justru menghadangku di tengah perjalanan. Mau tidak mau aqu harus mencari tempat untuk berteduh. Sialnya aqu terjebak hujan justru di tengah hutan dan persawahan. Ku pikir tidak kan ada tempat berteduh di tempat seperti ini, sehingga ku pacu kendaraanku lebih cepat untuk bisa mencapai daerah pemukiman warga berada tak begitu jauh di ujung jalan.

Dalam cepatnya aqu memacu kendaraanku, tiba-tiba melihat sebuah rumah tua dgn warung minum di depannya. Aqu langsung menghentikan kendaraanku dan memutar balik menuju warung itu. Setibanya di warung itu, aqu langsung melompat masuk ke warung dan meninggalkan kendaraanku di depan warung. Dgn nada bicara sesopan mungkin aqu minta izin untuk berteduh kepada pemilik warung yg ternyata, seorang wanita cantik yg masih berusia belasan. Perempuan itu dgn sopan mempersilahkanku untuk duduk dan berteduh di warungnya.

Warung minum sederhana yg saat itu kebetulan sepi, memberikan kesempatan kepadaqu untuk sedikit bercakap-cakap dgn si empunya warung itu. Dari perbincangan itu ku ketahui bahwa namanya Nurhalizah, dia bukan pemilik warung, tetapi anak dari warung yg ternyata hari itu kebetulan sedang pergi ke pasar untuk membeli barang dagangan yg sudah habis. Lizah panggilan singkatnya, dia berhenti sekolah saat kelas I SMA, karena Bapaknya yg menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia. Jadi sekarang pekerjaannya adalah membantu ibunya menjaga warung kopi kecil tersebut.

Kalau kuperhatikan, wanita ini sangat cantik alami, rambut panjang terikat di belakang, bibirnya tipis, bulu matanya lentik, kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, Tetapi proporsional dgn ukuran dada dan pingulnya. Hanya saja permasalahannya, ia kurang pandai dalam berdandan dan perawatan kulit. Penampilannya yg cukup sederhana, dan kecantikannya yg alami, sebenarnya cukup menggodaqu, terutama menggoda pikiran mesum ku.

Dalam perbincangan yg terjadi di tengah derasnya hujan itu, beberapa kali ku coba menggodanya.

“Boleh saya minta Susu?” Tanyaqu.
“Susunya habis, Mas! kalau mau teh saja…” Jawabnya
“Saya lihat masih ada koq!” Godaqu sambil melirik ke buah dada yg menonjok di dadanya. Dia hanya tersenyum dan mengatakan
“ah!” dgn wajah malu-malu. Jawabannya itu, bagiku terdengar cukup seksi dan menggodaqu untuk terus mengajaknya berbincang.
“tidak perlu pakai gula lagi deh!”
“Ah, Abang ini! ada-ada saja! Lizah jadi malu nih diliatin begitu.”
“melihat juga belum, koq udah malu-malu sih?”
“Jangan gitu ah, Bang! ini buat anak Lizah nanti kalau udah punya anak…”
“anak Lizah bolehlah minum susunya, tapi kalau Abang kalengnya aja deh! tidak apa-apa!”
“ih..! tidak boleh, Bang! ntar kalengnya pecah!”

begitulah! suasana perbincanganku dgn Lizah semakit hanya di tengah dinginnya hujan yg cukup lebat. Akhirnya ku coba untuk meminta buatkan secangkir teh hangat, agar pembicaraanku bisa terus berlanjut, mumpung masih hujan, dan mumpung warung sepi. Lizah membuatkanku secangkir teh hangat dan menyuguhkannya di hadapanku. Karena alasan hujan yg sekain lebat, aqu minta izin untuk duduk di bagian dalam warung. Lizah tanpa berpikir macam-macam mengizinkanku untuk duduk di dalam warung tepat di dekatnya.

Dgn pikiran yg sebenarnya sudah cukup jorok, aqu terus mencoba menggodanya, dgn kata-kata dan pertanyaan yg semuanya menjurus pada hal-hal yg berbau mesum.

“kalau boleh tahu, ukuran BH Lizah berapa ya?”
“ih, Abang ini.! ngapain tanya begitu?”
“Yaa tidak apa-apa sih! biar Abang bisa membelikan BH buat Lizah!”
“Hahaha…. tidak usah, Mas! Lizah tidak pakai BH…”
“Seriuss?”
“Hahahaha…..”

Perbincanganku dan Lizah semakin hangat, kekaquan antara kami semakin hilang, suasana semakin mencair, karena Lizah terus saja punya jawaban yg bisa membuatku tidak bosan duduk menunggu hujan reda. Sikap Lizah yg terus merespon membuatku semakin berani untuk mengarahkan pada pembicaraan yg lebih merangsang.

“Lizah pernah lihat ini, tidak?” tanyaqu sambil memberi isyarat mata untuk melihat ke bagian bawah badanku. Tepatnya bagian yg tersembunyi di dalam celanaqu yg ketika itu mengembul karena tegang karena arah pembicaraan yg cukup merangsang.

“Apa’an?” tanya Lizah, dan ketika mengerti apa yg ku maksud, ia terus berkata.

” iih, tidak mau’ah! ngeri… taqut…!”

“Taqut kenapa?” tanyaqu.

“Abis gundul sih…! Hehehe….” Jawab Lizah sambil tertawa. Aqu tahu pasti, Lizah saat ini juga pasti sedang terangsang, hanya saja karena dia perempuan, tidak ada bagian badan yg menegang seperti pada laki-laki. Dgn jawaban Lizah seperti itu, lalu ku katakan padanya:

Mas tahu koq, CD Lizah pasti sudah basah, ya…”

“Ah, Mas ini sembarangan aja kalau ngomong…! Tapi Mas koq tahu, ya?” Jawab Lizah sambil menatapku dan memperbaiki posisi duduknya dgn kaki menyilang.

“Lizah pasti juga terangsang kan?” ku pegang pergelangan tangan Lizah, ku tarik dan ku coba untuk menyentuhkannya ke kemaluanku yg tersebunyi di balik celana panjangku. Lizah sedikit berontak karena terkejut atas keberanianku memegang tangannya.

“Abangg!”

“Lizah tidak usah malu-malu…! Kalau belum kawin, Lizah tidak akan pernah lagi dapat kesempatan megang punya laki-laki…” Ku paksa tangannya untuk menyentuh gagang kemaluanku yg sangat tegang. Karena tanganku lebih kuat, Lizah akhirnya mengalah, dibiarkannya tanganku menarik tangannya untuk memegang gagang kemaluanku. Beberapa saat kemudian, Lizah kembali menarik tangannya dari menyentuh gagang kemaluanku yg masih tertutup celana.

“Udah!” katanya sambil menarik tangannya. Tapi tangan Lizah kembali ku tarik dan ku paksa kembali untuk menyentuh gagang kemaluanku. Lizah menatapku, lalu berkata:

“Abang! berpikir yg macam-macam! Maunya Abang, apa?”
“Abang pingin Lizah memegang punya Abang!”
“Okey! tapi jangan berpikir lebih dari ituuu…!!”
“Ya… ok baiklah!”

Lizah akhirnya memegang gagang kemaluanku, dan tanpa pikir panjang, ku buka celanaqu dan ku minta Lizah untuk menggenggam kemaluanku. Lizah memalingkan wajahnya lalu berkata:

“Abang! Kenapa dikeluarkan?”

“kalau tidak begini, Lizah tidak akan bisa memegang…..” Kembali ku raih tangan Lizah lalu ku minta ia menggenggam gagang kemaluanku. Lizah menurut saja keinginanku, Tetapi wajahnya menatap ke arah lain. Ku gerakkan tangannya yg telah menggengam tangan naik turun, Lizah hanya diam tanpa kata. Dapat ku rasakan, Lizah menikmati setiap gesekan gagang kemaluanku yg tegang di telapak tangannya yg dingin.

Perlahan ku lepaskan genggaman tanganku di pergelangan Lizah dan ku biarkan dia melaqukannya sendiri. Lizah terus mengocok kemaluanku dgn genggaman tangannya yg mencengkram erat. Lalu perlahan ku sentuh dan ku elus pahanya yg masih tertutup rok panjang selutut. Lizah membiarkan saja tanganku singgah di pahanya. Keadaan ini ku manfaatkan dgn menarik roknya dan memasukkan tanganku untuk menyentuh selangkangannya.

Merasakan tanganku masuk ke daerah sensitifnya, Lizah merapatkan pahanya. Tetapi aqu tetap memaksakan untuk menyentuh belahan kemaluannya. Memang benar, CD Lizah memang sudah sangat basah. Itu artinya Lizah juga sudah sangat terangsang. Aqu terus melesakkkan jariku di selangkangannya.

Lizah..! Jangan ditolak, jika Lizah merasa nikmat….”
“Lizah Hanya tidak ingin keterusan, Bang!”
“Ya! Abang juga mengerti…. Kita nikmati saja, mumpung masih ada kesempatan…!” Setelah aqu mengatakan hal itu, Lizah meraih tanganku dan menarikku ke dalam rumahnya. di ruangan itu, Lizah langsung menanggalkan seluruh pakaiannnya. Aqu terpaqu melihat apa yg terjadi di hadapanku, seakan tak percaya dgn apa yg ku lihat. Seorang wanita yg baru ke kenal beberapa jam yg lalu kini telah berdiri di hadapanku dalam keadaan siap dinikmati.

Lizah menarik tanganku sambil menjatuhkan badannya di atas kasur tipis di yg terdapat di dalam rumah kecil tersebut. Aqu pun ikut terjatuh di atas badannya. Dalam posisi seperti itu, Lizah membisikkan sepatah kata di telingaqu:

“Ini tidak pernah ku laqukan sebelumnya… Memberikan kenikmatan hanya untuk menikmati…”

Mendengar perkataannya yg penuh gairah dan makna itu, aqu tidak buang-buang waktu. Langsung saja ku lucuti seluruh pakaianku, dan langsung ku tancapkan kepala kemaluanku ke belahan kemaluan Lizah yg telah mengangkang menanti kenikmatan birahi yg telah memuncak.

Di antara lebatnya hujan yg tak henti-hentinya mengguyur jalanan, aqu dan Lizah larut dalam kenikmatan persenggamaan terlarang. kemaluanku telah amblas dalam lobang kemaluan wanita yg masih berusia belasan. Aqu tak perduli lagi dgn apapun yg terjadi diluar sana, yg ada di benakku hanya menikmati gesekan demi gesekan kemaluanku di dinding kemaluan Lizah yg basah. Menghujam, menghentak, menusuk, demi memburu puncak kepuasan sengama.

Suara becek terdengar di dalam liang vagian Lizah, seiring dgn suara desahan di bibir Lizah yg membisik di telingaqu, menambah panas suasana birahi di diriku. Aqu semakin bersemangat untuk menghujam kemaluanku hingga menyentuh bibir rahim Lizah. Gagang kemaluanku terasa berdenyut-denyut menandakan bahwa aqu akan mencapai puncak kepuasan dalam percintaan terlarang dgn Lizah.

Beberapa saat sebelum aqu mencapai puncak, ku bisikkan pada Lizah:

“Abang akan segera keluar…. Heh…”
“Di dalam saja, Bang!”

Tanpa memikirkan akibat yg akan ditimbulkannya, puncak kenikmatan hubungan seks antara aqu dan Lizah, ku selesaikan dgn menumpahkan air mani dalam lobang kemaluan Lizah. Aqu terhempas kelizahhan mengejar puncak kenikmatan di atas badan wanita kecil anak pemilik warung. Gagang kemaluanku tetap ku biarkan amblas dalam kemaluan Lizah. Setelah permainan berakhir, aqu baru menyadari apa akibat yg akan terjadi jika air mani yg ku tanam akan membuahi sel telur di rahim Lizah.

“Kenapa kamu membiarkan ku mengeluarkan di dalam?”
“Tenang saja! Lizah sudah biasa koq!” begitu jawaban Lizah yg sangat mengejutkanku.
“Maksud Lizah? sudah biasa hamil…!?”
“Bukan!”
“Lalu…!?”
“Lizah sudah biasa melayani birahi laki-laki seperti Mas!”
“Jadi Lizah….???”

“Ya! Lizah memang bukan perawan seperti yg mungkin Abang kira…! Lizah bekerja memang sebagai penjaga warung, tetapi itu tidak cukup untuk kami bertahan hidup. Ibu mengizinkan Lizah untuk melaqukannya, asal dgn laki-laki yg menurut Lizah bersih dari penyakit kelamin…”

Mendengar pengaquan itu, aqu terperanjat dan bangkit dari badan Lizah. Aqu tidak menygka wanita seusia Lizah telah menjual keperawanannya hanya demi bertahan hidup. Tapi di sisi lain, aqu juga berpikir, masalahnya bukan hanya urusan bertahan hidup, tetapi karena banyaknya laki laki yg memandang perempuan hanya sebagai pemuas nafsu. Salah satunya aqu, yg dgn susah payah memancing pembicaraan yg merangsang, hanya demi mendapatkan lobang kecil di selangkangan Lizah.

“Kenapa Lizah tidak minta bayaran dari, Abang!”

“Hehe…. untuk pertama Gratis koq, Bang! Biar Abang merasa dulu, gimana rasanya pelayanan Lizah…” Lizah bangkit dari tempat berbaringnya, lalu mengenakan kembali seluruh pakaiannya. Aqu terdiam menatap Lizah yg sedang mengenakan kembali pakaiannya. Ku tarik kembali badan Lizah sehingga ia jatuh kembali di atas kasur tipis tempat kami becinta, lalu ku katakan:

“Lizah…! hujan masih lebat… Mas masih ingin bersama Lizah… Berapa yg harus Abang keluarkan untuk yg kedua…???”

“Kalau Mas bener mau lagi, Mas tinggal aja di sini malam ini menemani Lizah…. Lizah akan melayani Mas, berapa kalipun Mas sanggup…. Gratis!”

Bersambung….

0 comments:

Dengan Perlahan Lidah Wijaya Menyentuh Belahanku

Dengan Perlahan Lidah Wijaya Menyentuh Belahanku


Aqu seorang perempuan walau belum pernah merried tapi sempat berhubungan intim dengan seorang pria kekasihku beberapa tahun yang lalu. Hubungan kita terpaksa berhenti setahun yang lalu ketika orang tuanya yang kaya raya tidak menyetujui hubungan kita tersebut. Terakhir ku dengan mantan kekasihku itu telah merried dan pindah kekota lain yang tidak ingin kuketahui persisnya dimana.

Saat ini umurku 28 tahun dan bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan swasta asing sebagai salah satu staf public relation. Gaji yang kuterima cukup lumayan untuk tamatan sarjana publikasi, kemampuanku untuk berkomunikasi dengan baik dan ramah terhadap siapa saja membuat Aqu dipercaya untuk menghadapi persoalan-persoalan pelik, dan menerima tamu-tamu penting.

Suatu hari Aqu dipanggil oleh big bossku, dia mengeluh karena ada inspektor dari kantor pusat di Australia yang datang dan nampaknya boss kewalahan menghadapi pertanyaan-pertanyaannya. Aqu ditugasi untuk menemani tamu tersebut selama di Jakarta.

Terus terang hatiku agak bergetar ketika pertama kali bertemu dengan Wijaya. Dia mempunyai seks appeal yang luar biasa, matanya tajam, mukanya bersih dan bicaranya jernih ditambah pakaiannya yang selalu rapih dan bermerk, termasuk wewangian yang digunakan. Mula-mula Aqu nervous juga di buatnya, tetapi setelah lama-lama hubungan kita makin relaks. Aqu berusaha untuk menyembunyikan ketertarikanku padanya, tetapi dia nampak malah sengaja menggodAqu.

Mula-mula dia ajak Aqu makan beberpa kali sampai Aqu rileks. Terus satu hari dia ajakain Aqu ke cafe, nemenin dia minum, Aqu habis dua gelas wine kali padahal Aqu nggak pernah minum. Aqu rasanya nggak mabuk tapi badan Aqu rada hangat dan rileks. Terus dia ngajakin nonton, Aqu mau aja karena nggak terlalu malam. Karena yang nonton sepi, dia bebas rangkul-rangkul Aqu. Anehnya Aqu diem aja, rasanya nyaman dipelukin dia. Ngeliat Aqu diem aja dia makin berani, mukanya mulai di deketin ke Aqu tapi Aqu nolak kalau dia mau cium bibir Aqu. Tapi tambah parah karena yang dia cium telinga dan leher Aqu lama-lama lagi. Padahal itu termasuk daerah sensitif.

Kelihatannya dia tahu Aqu mulai ser.. ser an.. Tangannya mulai turun ke dada Aqu dari bahu. Tangannya lihai banget meskipun dari luar putaran-putaran jarinya mampu membuat Aqu sesak karena buah dadAqu mengeras. Tangannya terus Aqu pegang, tapi yang satu ketahan yang lain aktif, dia berhasil buka kancing-kancing bajuku bagian atas, tangannya muter-muter diatas BHku yang tipis, malu juga rasanya kalau dia tahu pentilku keras banget. Bibirnya yang bermain dileherku, mulai turun ke bahu, dan.. Wah gawat ternyata dia sudah menurunkan tali beha dan bajuku sampai ke pinggang, bibirnya bermain dia atas behAqu, dan sekali rengut buah dada kiriku terekspos pada bibirnya..

Begitu buah dada Aqu terekspos dia nggak langsung caplok tapi pentil Aqu yang keras disengol-sengol dulu sama hidungnya. Napasnya yang hangat aja sudah berhasil membuat putingku makin keras. Terus dia ciumin pelan pelan buah dadAqu yang 34C itu mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga hampir semua bagian buah dadAqu dicium lembut olehnya. Belum puas menggoda Aqu lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah dadAqu. Aqu tak tertahan mulai mendesah. Akhirnya apa yang Aqu khawatirkan terjadi lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan akhirnya..

Akh.. Putingku tersapu lidahnya.. Perlahan mula mula, makin lama makin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika akau merasa nikmat dia melepaskannya.. Dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi lagi.. Perlahan mendaki ke atas dan kembali ditangkapnya putingku. Kali ini putingku digigit perlahan sementara lidahnya berputar putar menyapu puting itu. Sensasi yang ditimbulkan luar biasa, semua keinginanku yang kupendam selama ini serasa terpancing keluar dan berontak untuk segera dipuasi.

Melihat Aqu mendesah di tambah berani. Selain menggigit-gigit kecil putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di lututku. Terus terang aja selama menjanda Aqu belum pernah ML lagi. Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai bergolak. Itu membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut dan pahAqu. Dia tahu tubuhku merinding menahan nikmat, karena kulitku mulai seperti strawbery titik-titik. Dengan lihai tangannya mulai mendaki dan kini berada diselangkanganku.

Dengan lembut dia mengusap-usap pangkal pahAqu dipinggiran CDku. Hal ini menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Aqu tak dapat duduk tenang lagi, sebentar bentar menggelinjang. Aqu sudah tak dapat lagi menyembunyikan kenikmatan yang kualami. Hal ini dia ketahui dengan lembabnya CDku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak mampu kutahan ketika dia memaksa menyelinap dibalik CDku dan langsung menemukan clitku. Dengan gemulai di amemainkan jarinya sehingga Aqu terpaksa menutup bibirku agar lenguhan yang keluar tak terdengar oleh penonton lain. Jarinya lembut menyentuh clitku dan gerakannya memutar membuat tubuhkupun serasa berputar-putar.

Akhirnya pertahananku jebol, cairan kental mulai mengalir keluar di kemaluanqu. Dan dia tahu persis sehingga dia mengintensifkan serangannya. Akhirnya puncak itu datang, kepeluk kepalanya dengan erat dan kuhujamkan bibirku ke bibirnya dan tubuhku bergetar. Dia dengan sabar tetap mengelus clitku membuatku bergetar-getar seolah tak berhenti. Lubang kemaluanqu yang basah dimanfaatkan denga baik olehnya. Sementara jari jempolnya tetap memainkan clitku, jari tengahnya mengorek-ngorek lubangku mensimulasi apa yang dapat dilAqukan laki-laki terhadap perempuan. Aqu menggap-menggap dibuatnya. Entah berapa lama dia membuatku seperti itu dan sudah beberapa kali Aqu mengalami klimaks, tapi tidak ada tanda-tanda bagaimana dia akan mengakhiri permainan ini.

Akhirnya Aqu yang memulai.. Gila.. Entah apa yang mendorongku, tanganku tahu tahu meraba-raba selangkangannya.. Disana jemariku menemukan gundukan yang mulai mengeras. Begitu tersapu oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang mengeras. Entah mengapa Aqu jadi senang menggodanya, jariku terus membelai turun naik sepanjang batang tersebut yang menurutku agar luar biasa ukurannya. Secara perlahan batang tersebut bertambah panjang dan besar menimbulkan getaran-getaran yang membuatku kembali mencapai klimaks. Ketika klimaks tanganku secara tak sengaja meremas-remas bola-bolanya sehingga dia pun terangsang.

Sambil mengecup daun telingAqu Wijaya berbisik.. Shall we.. Go.. Aqu tak tahu harus bagaimana.. Dan menurutinya saja ketika dia menarik tanganku bangkit dari tempat duduk dan berjalan mengikutinya.. Keluar bioskop.. Melewati mall dan akirnya sampai di lobi sebuah hotel yang menyatu dengan bioskop dan mall tersebut. Langkahku agak tersendat ketika melewati lobi.. tetapi jari tanganku tergengam erat padanya dan dia dengan sangat pasti menggiringku kerah lift yang mengantarkan kita ke kamar yang ternyata telah dipersiapkan sebelumnya olehnya. Di dalam lift Wijaya sempat mencium bibirku dengan lembut.. Seperti mencium kekasihnya.. Ini membuat tubuhku bertambah lunglai.

Aqu tertegun berdiri di depan kamar yang telah dibuka pintunya oleh Wijaya, dan dia dengan sopan mempersilahkan Aqu masuk. Beberapa saat Aqu berdiam di depan pintu bimbang. Melihat kebimbanganku Wijaya tidak memberi kesempatan dianggkatnya tubuhku dengan kedua tangannya yang kekar dan dibopongnya kau masuk. Dengan cekatan dia menutup dan mengunci pintu. Aqu sempat berontak tetapi kembali bibirnya melumat bibirku cukup lama dan dalam sehingga kenikmatan tak tuntas di bioskop tadi kembali muncul. Sambil membopong Aqu Wijaya terus melumat bibirku dan perlahan namun pasti dia berjalan ke rah tempat tidur ukuran king size yang ada dalam ruang suite tersebut. Aqu agak gelisah melihat situasi ini.

Wijaya menyadari hal itu dan tanpa melepaskan ciumannya dia menurunkan tubuhku dengan perlahan tepat dipinggir ranjang. Kita berhadapan berpandangan sejenak, dia tersenyum dan kembali bibirnya mengecup ngecup bibir bawah dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan gairahku kembali. Aqu berdesah kecil ketika tangannya memeluk pinggangku dan menarik tubuhku merapat ketubuhnya. Bibirnya perlahan mengecup bibirku, lidahnya merambat diantara dua bibirku yang tanpa sadar merekah menyambutnya. Lidah itu begitu lihai bermain diantara kedua bibirku mengorek-ngorek lidahku untuk keluar.

Sapuan lidahnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat yang belum pernah kurasakan, sehingga perlahan lidahku dengan malu-malu mengikuti gerakan lidahnya mencari dan mengikuti kemana lidahnya pergi. Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya dengan sigap dia mengulumnya dengan lembut, dan menjepit lidahku diantara lidah dan langit-langit. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang timbul. Aqu merasa melayang tak berpijak, pengaruh minuman juga menambah Aqu kehilangan kontrol.

Pada saat itulah Aqu merasa Wijaya membuka kancing-kancing gaun malamku yang terletak dipunggung. Tubuhku sedikit menggigil ketika, angin dingin dari mesin AC menerpa tubuhku yang perlahan-lahan terbuka ketika Wijaya berhasil melorotkan gaun malamku kelantai. Aqu membuka matAqu perlahan-lahan dan kulihat Wijaya sedang menatap tubuhku dengan tajam. Dia nampak tertegun melihat tubuh mulusku yang hanya terbungkus pakaian dalam yang ketat. Sorotoan matanya yang tajam menyapu bagian-bagian tubuhku secara perlahan. Pandangannya agak lama berhenti pada bagian dadAqu yang membusung. BH ku yang berukuran 34D memang hampir tak sanggup menampung bongkahan dadAqu, sehingga menampilkan pemandangan yang mengundang syahwat lelaki.

Tatapan matanya cukup membuat tubuhku hangat, dan dalam hati kecilku ada perasaan senang dan bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh kekaguman. Aqu terseret maju ketika lengan Wijaya kembali merangkul pinggangku yang ramping dan menariknya merapat ketubuhnya. Tanganku terkulai lemas ketika sambil memelukku Wijaya mengecup bagian-bagian leherku sambil tak henti-hentinya membisikan pujian-pujian akan kecantikan bagian-bagian tubuhku. Akhirnya kecupannya sampai di daerah telingAqu dan lidahnya secara lembut menyapu bagian belakang telingAqu.

Aqu menggelinjang, tubuhku bergetar sedikit dan rintihan kecil lepas dari kedua bibirku. Wijaya telah menyerang salah satu daerah sensitifku, dan dia tahu itu sehingga hal itu dilAqukannya berkali-kali. Dengan sangat mempesona Wijaya berbisik bahwa dia ingin menghabiskan malam ini dengan bercinta denganku, dan di amemohon agar Aqu tak menolaknya, kemudia bibirnya kembali menyapu bagian belakang telingAqu hingga pangkal leherku. Aqu tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan, tanpa sadar tanganku kulingkarkan di lehernya. Rupanya bahasa tubuhku telah cukup dimengerti oleh Wijaya sehingga dia menjadi lebih berani. Tangannya kini telah membuka kaitan BHku, dan dalam sekejap BH itu sudah tergeletak di lantai.

Tubuhku terasa melayang, ternyata Wijaya telah mengangkat tubuhku, dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian Wijaya menjauhi ku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya secara perlahan. Anehnya Aqu menikmati pemandangan buka pakaian ini. Tubuh Wijaya yang kekar dan sedikit berotot tanpa lemak ini menimbulkan gairah tersendiri. Dengan hanya mengenakan celana dalam kemudian Wijaya duduk di ujung ranjang. Aqu berusaha menduga-duga apa yang akan dilAqukannya. Kemudian dia membungkuk dan mulai menciumi ujunung-ujung jari kakiku. Aqu menjerit kegelian dan berusaha mencegah, namun Wijaya memohon agar dia dapat melAqukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi yang ditimbulkan. Akhirnya Aqu biarkan dia menciumi, menjilat dan mengulum jari-jari kakiku.

Aqu merasa, geli, tersanjung dan sekaligus terpancing untuk terus melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah sibuk di betisku yang menurutnya sangat indah itu. MatAqu terbelalak ketika kurasakan perlahan tapi pasti bibirnya makin bergerak ke atas menyusuri paha bagian dalamku. Rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan membuat Aqu lupa diri dan tanpa sadar secara perlahan pahAqu terbuka. Wijaya dengan mudah memposisikan tubuhnya diantara kedua pahAqu. Pertahananku benar-benar runtuh ketika Wijaya menyapu-nyapukan lidahnya dipangkal-pangkal pahAqu. Aqu berteriak tertahan ketika Wijaya mendaratkan bibirnya diatas gundukan kemaluanqu yang masih terbungkus celana dalam. Tanpa memperdulikan adanya celana dalam Wijaya terus melumat gundungkan tersebut dengan bibirnya seperti dia sedang menciumkum.

Aqu berkali-kali menjerit nikmat, dan persaan yang telah lama hilang kini muncul kembali getaran-getaran klimaks mulai bergulung-gulung, tanganku meremas-remas apa saja yang ditemuinya, sprei, bantal dan bahkan rambut Wijaya, tubuhku tak bisa diam bergetar, menggeliat, dan gelisah, mulutku mendesis tak sengaja, pinggulku meliuk-liuk erotis secara reflek dan beberapa kali terangkat mengikuti gerakan kepala Wijaya. Untuk kesekian kalinya pinggulku terangkat cukup tinggi dan pada saat itu Wijaya tidak menyianyiakan kesempatan untuk menarik celana dalamku lepas. Aqu agak tersentak, tetapi puncak klimaks yang semakin dekat membuat Aqu tak sempat berpikir atau bertindak apapun. Bukit kemaluanqu yang sudah lama tak tersentuh lelaki terpampang di depan mata Wijaya.

Dengan perlahan lidah Wijaya menyentuh belahannya, Aqu menjerit tak tertahan dan ketika lidah itu bergerak turun naik di belahan kemaluanqu, puncak klimaks tak tertahankan. Tanganku memegang dan meremas ramput Wijaya, tubuhku bergerta-getar dan melonjak-lonjak. Wijaya tetap bertahan pada posisinya, sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik clhitorisku, ketika puncak itu datang. Aqu merasa-dinding-dinding kemaluanqu mulai lembab, dan kontraksi-kontraksi khas pada lorong mulai terasa. Itulah salah satu kelebihanku lorong kemaluanqu secara refleks akan membuat gerakan-gerakan kontraksi, yang bisa membuat lelaki tak bisa bertahan lama.

Wijaya nampaknya dapat melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga membuat bertambah nafsu. Kini lidah nya semakin ganas dan liar menyapu habis daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan bagian cairanku yang mulai mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai memburu. Aqu tak lagi bisa menghitung berapa kali Aqu mencapai puncak klimaks. Wijaya kemudian bangkit, dengan posisi setengah duduk dia melepaskan celana dalamnya, beberapa saat kemudian Aqu merasa batang hangat yang sangat besar mulai menyentuh, nyentuh selangkanganku yang basah.

Wijaya membuka kakiku lebih lebar, dan mengarahkan kepala kemaluannya ke bibir kemaluanqu. Meskipun tidak terlihat olehku, Aqu bisa merasakan betapa keras dan besarnya milik Wijaya itu. Dia mempermainkan kepala kemaluannya di bibir kemaluanku di gerakan ke atas ke bawah dengan lembut, untuk membasahinya. Tubuhku seperti tak sabar menanti tindakan yang selanjutnya. Kemudian gerakan itu berhenti. Dan akau merasa sesuatu yang hangat mulai mencoba menerobos lubang kemaluanku yang sempit. Tetapi karena liang itu sudah cukup basah, kepala kemaluan itu perlahan tapi pasti terbenam, makin lama-makin dalam.

Aqu merintih panjang ketika Wijaya membenamkan seluruh batang kemaluannya. Aqu merasa sesak, tetapi sekaligus nikmat luar biasa, seakan seluruh daerah sensistif dalam liang itu tersentuh. Batang kemaluan yang keras dan padat itu disambut oleh kehangatan dinding kemaluanqu yang telah lama tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas mengalir dari dinding-dindingnya dan gerakan kontraksi mulai berdenyut, membuat Wijaya membiarkan kemaluannya terbenam agak lama merasakan kenikmatan denyutan kemaluanqu. Kemudian Wijaya mulai menariknya keluar perlahan-lahan dan mendorongnya lagi, makin lama makin cepat.

Sodokan-sodokan yang demikian kuat dan buas membuat gelombang klimaks kembali membumbung, dinding kemaluanqu kembali berdenyut, kombinasi gerakan ini dengan gerakan maju mundur membuat batang kemaluan Wijaya seolah-olah diurut, kenikmatan tak bisa disembunyikan oleh Wijaya, gerakannya semakin liar, mukanya menegang, dan keringat menetes dari dahinya. Melihat hal ini, timbul keinginanku untuk membuatnya mencapai nikmat.

Pinggulku kuangkat sedikit dan kemudian membuat gerakan memutar manakala Wijaya melAqukan gerak menusuk. Wijaya nampaknya belum terbiasa dengan gerakan dangdut ini, mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat, batang kemaluannya bertambah besar dan keras, ayunan pinggulnya bertambah cepat tetapi tetap lembut. Akhirnya pertahanannya bobol, kemaluannya menghujam keras dalam kemaluanqu, tubuhnya ambruk menindihku, tubuhnya bergetar dan mengejang ketika spermanya mencemprot keluar dalam kemaluanqu berkali-kali. Aqupun melenguh panjang ketika untuk kesekian kalinya puncak klimaksku tercapai.

Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun harus kuAqui kenikmatan yang kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan sebelumnya. Kita kemudian terlelap kecapean setelah mereguk nikmat.

0 comments:

Aku Hampir Tidak Tega Ketika Nana Meringis Sambil Memejamkan Matanya

Aku Hampir Tidak Tega Ketika Nana Meringis Sambil Memejamkan Matanya


Pada waktu KKN di suatu daerah terpencil di Jawa Tengah (Di
suatu desa kecil yang belum terjangkau angkutan dari arah kota, bahkan untuk
mencapai jalan raya yang dilalui mobil angkutan, harus berjalan kaki selama 2
jam), kukira warganya masih terbelakang dan kurang pergaulan. Maklum di salah
satu dusun, yang dihuni sekitar 100 keluarga, hanya satu yang mempunyai TV
dengan menggunakan aki. Tetapi kenyataannya lain. Inilah pengalamanku hidup
ditengah-tengah penduduk tersebut, tentu saja pengalamanku di bidang seks.

Aku kebetulan menginap di rumah Sekdes, yang ternyata
seorang ibu muda aku taksir kurang dari 40 tahun. Langsing, kulitnya mulus dan
rupawan. Memang lain dibandingkan dengan penduduk kebanyakan di sekitarnya. Dan
yang menjadikan aku sangat bernafsu adalah karena statusnya yang janda beranak
satu.

Disuatu sore, menjelang malam, ketika baru datang dari
kampus untuk konsultasi skripsi, kudapati rumah Mbak Tati (begitulah panggilan
Sekretaris Desa yang rumahnya kutempati itu) tampaknya sepi. Badanku basah
kuyup, karena kehujanan sepanjang perjalanan kaki dari jalan raya. Aku dorong
pintunya dan ternyata tidak terkunci. Aku segera menuju ke kamarku, kulepas
semua pakaianku dan kukeringkan dengan handuk. Tiba-tiba ada suara langkah
mendekati kamarku, kuintip dari balik korden, Mbak Tati mendekat ke kamarku.
“Ini kesempatan,” pikirku.

Aku terus mengeringkan kepalaku dengan handuk sehingga
mataku tertutup dan pura-pura tidak tahu kalau Mbak Tati mendatangi kamarku.
Tanpa kusengaja kemaluanku jadi bertambah besar. Tergantung kesana-kemari
ketika tubuhku tergoncang karena gosokan yang keras di kepalaku.

Benar saja Mbak Tati menyingkapkan korden, namun aku
pura-pura tidak melihatnya, walaupun dari pori-pori handuk aku melihat Mbak Tati
dengan raut wajahnya agak terkejut, tetapi dia diam saja. Bahkan sepertinya
dengan seksama memperhatikan alat vitalku yang makin lama makin besar oleh
tatapan Mbak Tati. Aku pura-pura terkejut ketika kulepas handukku dari
kepalaku.

“wwwOh, Mbak Tati, kirain siapa,” Aku sengaja membiarkan
kemaluanku tidak kututupi, ada perasaan bangga mempertontonkan kemaluanku
disaat sedang gagah-gagahnya.
“Dik Windu, datang kok nggak bilang-bilang,” bicaranya cukup
tenang, seakan-akan tidak melihatku aneh.
“Iya Mbak, baru datang terus kehujanan.”
“Aduh, nanti masuk angin, aku ambilkan minyak angin ya.”
“Nggak usah Mbak, takut panas.”
“Lha iya biar anget gitu lho.”
“Maksud saya, taku panas kalau kena ini, lho Mbak.”
“Ah Dik Windu bisa aja, mikiran apa sih kok ngacung-ngacung
kayak gitu,” kali ini Mbak Tati mau melihat terpedoku, aku bahagia sekali.
“Ih, gede banget sih Dik.”
“Pernah aku ukur 17 cm kok Mbak,” Aku berjalan mendekatinya.
“Dik Windu bisa aja, pake diukur-ukur segala,” kupegang
pundaknya, dan dia diam saja.
“Kok sepi Mbak, kemana anak-anak lain.”
“Anu.. khan, lagi bertemu Pak Bupati,” tampaknya ia agak
gugup dan seperti mau melangkah ke belakang. Tetapi kutahan dia, bahkan ketika
kucium pipinya ia diam saja. Kulanjutkan dengan bibirnya, ia juga diam saja.
Bahkan memberikan sambutan yang hangat.

Kini Mbak Tati yang aktif menciumi tubuhku dengan gemasnya,
aku diam saja, dan kulucuti pakaiannya. Ketika kubuka BH-nya, aku tertegun,
payudaranya masih kencang dan mulus, ukurannya sedang. Perutnya ramping,
cembung di bawah, sedikit di atas jembutnya. Mbak Tati terus menyerangku dengan
kecupan-kecupan yang membuatku kelabakan dan jatuh ke tempat tidur karena
terdorong oleh kuatnya desakan Mbak Tati yang sudah telanjang bulat itu. Aku
hanya bisa memegang payudaranya sambil memijat, mengelus dan memelintir
putingnya.

Mbak Tati terus mengecup setiap inci dari tubuhku, dadaku,
lenganku, perutku dan pahaku. Kejantananku yang sudah sangat keras dipegangnya
terus seakan sudah menjadi hak miliknya saja. Dikecupnya ujung kemaluanku, aku
mengelinjang kegelian. Namun Mbak Tati tidak meneruskan. Sambil tersenyum manis
ia berkata, setengah berbisik, “Nanti saja..” Sambil memeluk dan menciumku
dengan hangat dan membalikkan posisinya sehingga aku berada di atasnya. Kini
posisiku lebih leluasa, aku bisa pandangi kemolekan tubuh Mbak Tati, setiap
senti dari permukaan tubuh itu kuciumi dengan penuh nafsu.beritaseks.com Nafas Mbak Tati
makin memburu, lama kutempelkan pipiku pada perutnya. Perasaan senang luar
biasa menyelimutiku. Sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya. Kuturunkan
kepalaku ke bawah, kuciumi paha sebelah dalam Mbak Tati, hingga sampailah ke
jaringan lunak yang berada di tengah selangkangannya. Kujilati benda itu,
hingga Mbak Tati mendesah kecil sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi,
seakan-akan menginginkan aku menjilatinya. Liang kewanitaan Mbak Tati sudah basah,
aku terus menjilati daging kecil yang ada di bagian atas kemaluannya, yang
menurutnya bernama “itil” ya mungkin bahasa kerennya ya “klitoris” itu.

Setelah jenuh aku menjilati liang kewanitaannya, aku
bersiap-siap mengarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, Dengan
cekatan ia bimbing batang kejantananku hingga di depan gerbang kewanitaannya.
Dengan sekali sentak masuklah kepala burungku. Tampak masih lumayan seret,
sehingga tidak semuanya langsung bisa menghujam ke dalam liang kewanitaannya.
Setelah beberapa kali maju mundur barulah semuanya tenggelam hingga kurasakan
ujung kemaluanku menyentuh dinding kewanitaannya yang paling dalam. Mbak Tati
melenguh, menjerit dan makin memelukku dengan kuat.

“Terus Dik.. terus Dik.. Tahan Dik, aku.. mau.. keluar,
Ohh..” Dia memelukku dengan kuat sambil meluruskan kakinya, hingga batang
kejantananku terasa terjepit. Dengan nikmatnya. Hingga akupun tidak tahan lagi
membendung air maniku bertahan. Aku segera mencabut kejantananku dan
kukocok-kocok hingga muncratlah air maniku di atas perutnya.

Beberapa detik kemudian heninglah suasana di kamar itu.
Tampaknya hari sudah mulai malam, hujan terus turun dengan derasnya. Namun
nafas Mbak Tati yang memburu dan tubuhnya terbaring dengan lunglai. Aku
terlentang di sampingnya. Dia segera tertidur dengan kepala di atas perutku,
menghadap ke kemaluanku. Akupun tampaknya terlena juga. Pada waktu Mbak Tati
membangunkanku, untuk makan malam. Aku memakai piyamaku dan menuju ke ruang
makan, Mbak Tati mengenakan daster yang tipis. Ketika kurogoh dari bawah
dasternya, ternyata ia tidak memakai celana dalam. Mbak Tati mengelak dengan
genit meskipun sempat tersentuh juga.

Dalam percakapan selama makan malam, baru kutahu bahwa dia
mempunyai anak perempuan yang sedang sekolah di Sekolah Pekerja Sosial di
Semarang. Setiap minggu ia pulang ke rumah. Nana, anak Mbak Tati, memang manis
dan supel. Pada suatu hari minggu ia memang datang dan aku sempat ngobrol
dengan Nana. Waktu itu ibunya sedang ada tugas mendampingi Pak Kades menerima
kunjungan anggota DPRD. Saking akrabnya aku ngobrol dengan Nana, hingga tidak
canggung-canggung lagi ia masuk keluar kamarku maupun sebaliknya. Bahkan ketika
Nana memintaku untuk membuat salah satu tugas teks pidato, aku tanpa
sungkan-sungkan masuk ke kamarnya. Secara tidak sengaja aku menemukan amplop
kecil di atas meja belajarnya. Ketika kubuka ternyata gambarnya adalah gambar
porno kategori XX. Nana cuek saja ketika kuamati gambar-gambar tersebut. Tidak
terasa bagian bawahku mulai berontak.

Tiba-tiba Nana membungkukkan badan di depanku, sambil ikut
melihat gambar-gambar porno tersebut.

“Nana, nggak pakai BH lho..” Aku kaget bukan kepalang,
mendengar suara manja itu, dan kulihat wajahnya sudah sangat dekat dengan
wajahku. Dan yang lebih dahsyat lagi adalah, dengan posisi menduduk itu maka
payudaranya yang bebas tidak terbungkus BH itu tergantung indah.

Aku segera meraihnya, sambil kucium bibirnya. Sebagai
tindakan naluri dan refleks priaku saja. Nana membalasnya dengan tidak mau
kalah lahapnya. Kubuka T-shirtnya, dan kuciumi putingnya yang kecil tetapi
panjang, seperti puting ibunya. Dan kulepas semua pakaiannya, terakhir adalah
celana dalamnya. Kuraih kemaluannya, jembutnya masih jarang, sehingga belahan
liang kewanitaannya yang berwarna merah jambu dapat terlihat dengan jelas. Ia
susupkan tangannya ke dalam celana pendekku. Begitu menemukan batang ppenisku
yang sudah sangat tegang ia lemas dan menarikku ke tempat tidurnya.

Aku melepaskan pakaianku, hingga telanjang bulat. Aku
baringkan di tempat tidurku, dengan posisi telentang, memberikan kesempatan
bagi Nana untuk menikmati bagian tubuhku yang sangat kubanggakan itu. Benar
saja, ia dengan sigap meraih kemaluanku dan mengulumnya, meskipun masih sangat
tidak profesional, tetapi kuhargai juga keberaniannya. Barangkali ia hanya
ingin mempraktekkan apa yang pernah ia lihat pada foto porno. “Jangan kena kena
gigi,” seruku ketika giginya menggesek ujung kemaluanku, yang membuatku
nyengir. “Eh sorry, Mas..” Lalu ia jilati seluruh permukaan batang
kejantananku, hingga kedua biji penisku tidak luput dari serangan ini. Aku
hanya meringis menikmatinya.

Setelah tidak ada lagi variasi darinya memperlakukan
kemaluanku, kubimbing dia untuk terlentang. Ia menurut ketika kubuka
pelan-pelan pahanya, kini dengan jelas liang kewanitaan yang manis bentuknya
itu. Ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya
sudah banyak mengalir ke sprei batiknya. Posisiku sudah siap untuk
menyetubuhinya. Batang kemaluanku sudah tepat di depan mulut liang
kewanitaannya.

“Nan, masih perawan nggak, aku masukin ya?” pintaku.
Nana tidak menjawab namun dengan kuat ia menarik bokongku,
hingga amblaslah batang kejantananku memasuki wilayah terlarangnya. Memang baru
separuh, sempit sekali, aku hampir tidak tega ketika Nana meringis sambil
memejamkan matanya.
“Kenapa Nan, Mas cabut ya..”
“Jangan,” bisik Nana sambil menjepit punggungku dengan kedua
kakinya.

Kugerakkan maju mundur pelan-pelan, karena sempitnya liang
kewanitaannya. Membuat Nana mengeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan
hingga sebuah jeritan panjang. Namun segera kuciumi mulutnya agar jeritan itu
tidak terdengar tetangga.

Orgasme Nana lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya
kupegangi kuat-kuat agar mulutnya tidak lepas dari ciumanku. Sehingga suara
jeritan itu tertelan sendiri. Badannya kejang, pelukannya kencang sekali.

Akhirnya tumpahlah kenikmatan Nana. Aku sangat gembira bisa
memuaskannya. Biarpun maniku belum keluar, aku puas sekali. Nana tertidur, aku
segera berpakaian, dan dengan berjingkat ke arah kamarku dekat kamar Mbak Tati.
Di depan kamar Mbak Tati kudengar suara, saat kusingkap dan aku terkejut
ternyatan ada Mbak Tati. Aku ketakutan dan hampir tidak bisa bicara. Dengan
suara seadanya aku mendesis,

“Oh, Mbak kok sudah pulang.” Tidak kusangka Mbak Tati
tersenyum manis, mendekatiku dan mencium bibirku. “Jangan buat anakku hamil,
ya.”
“Jadi, Mbak tahu kalau akau habis begituan sama Nana?”
“He eh, anak sekarang memang lain dengan jaman saya dulu,
baru kenal sudah tidur bareng.”

Aku hampir tidak percaya ini, kemaluanku masih belum lemas,
karena memang belum keluar. Mbak Tati tahu itu. Ia lepaskan celanaku dan segera
dihisap-hisapnya kejantananku dengan lihainya hingga keluarlah maniku ke dalam
mulutnya. Mbak Tati tersedak, dan segera menuju dapur meminum air kendi. Aku
hanya bengong saja. Lama tidak bergerak dari tempatku berdiri. Kemaluanku
tergantung dengan santainya.

0 comments: